Pada tanggal 5 Agustus kemarin, Netflix baru saja merilis serial The Sandman yang mengadaptasi kisah DC Comics karya Neil Gaiman. Season perdananya ini telah berhasil menggambarkan ulang peristiwa yang terjadi di dua volume perdana komik Endless. Yang pertama adalah ‘Preludes and Nocturnes’ dan yang kedua adalah ‘The Doll’s House‘. Ada banyak sekali yang harus Dream/Morpheus lalui di sepuluh episode season perdananya. Di mana dia bertemu dengan sejumlah karakter menarik, dari mulai penguasa neraka Lucifer Morningstar sampai seorang Dream Vortex bernama Rose.

BACA JUGA: Para Monster ini Gabung Justice League!

Setelah berhasil terbebas dari kurungan Roderick Burgess/Magus, Dream yang telah meninggalkan Dreaming Realm selama satu abad harus berusaha untuk memulihkan kekuatannya. Dia memulai petualangan pertamanya dengan mencari tiga totem saktinya, agar bisa mengembalikan kondisi Dreaming Realm seperti semula. Setelah upaya pertamanya berhasil, dia kemudian harus berhadapan dengan seorang Dream Vortex baru bernama Rose yang mengancam kestabilan Dreaming Realm. Meskipun awalnya Rose sempat tidak percaya kepada Morpheus karena hasutan The Corinthian, tetapi pada akhirnya dia sadar bahwa keberadaannya dapat membahayakan semua orang.

Untungnya, dia mempunyai seorang nenek bernama Unity Kincaid yang bersedia mati dengan menggantikan posisinya. Pada titik inilah Dreaming Realm dan juga dunia secara keseluruhan berhasil selamat berkat upaya Morpheus dan yang lainnya. Meskipun kisah The Sandman season 1 berakhir dengan happy ending, tetapi akhir dari episode kesepuluhnya justru telah memicu pertanyaan di kalangan penggemar. Untuk itu mari kita bahas arti sebenarnya dari ending The Sandman season 1. Di mana jawabannya berpotensi menjadi premis penting untuk season selanjutnya.

BACA JUGA: 5 Hubungan Terlarang di Justice League!

Siapa True Villain yang Ingin Menjatuhkan Morpheus?

Ending The Sandman episode 10 yang berjudul ‘Lost Heart’ telah mengungkap bahwa selama ini yang menyusun rencana untuk menjatuhkan Dream adalah saudaranya sendiri, yaitu Desire. Ketika Unity mengalami tidur panjang, Desire dengan sengaja mengunjungi mimpinya sekaligus menghamilinya. Hal inilah yang kemudian membuat cucunya yang bernama Rose menjadi seorang Dream Vortex, karena sejatinya dia adalah anak dari seorang Endless yang terkenal mempunyai kekuatan tidak terbatas.

Mengingat semua Endless harus memegang teguh aturan untuk tidak melukai manusia dan juga saudara-saudarinya, perbuatan licik Desire ini sebenarnya sama sekali tidak melanggar aturan. Karena dengan menghamili Unity sampai akhirnya kekuatan Dream Vortex jatuh kepada cucunya, Desire ingin Dream membunuh seseorang dari keluarga Endless. Harapannya, hal tersebut dapat membuat Dream melanggar aturan dan akhirnya jatuh dengan sendirinya. Untungnya, Unity lebih dahulu sadar dan akhirnya Dream tidak perlu membunuh siapa pun karena Dream Vortex telah menyerahkan dirinya sendiri.

1
2
Egie
Egie adalah content writer yang memiliki passion tinggi untuk topik pop culture seputar komik, film dan series. Bergabung sejak tahun 2021, kini Egie menjadi salah satu sosok paling di andalkan untuk covering berbagai hal seputar pop culture.