Detective Pikachu merupakan bukti bahwa film adaptasi dari anime dan video games bisa meraih kesuksesan. Berbagai efek yang digunakan dalam filmnya untuk menghidupkan para monster di layar lebar benar-benar sangat fenomenal. Dengan pencapaian yang luar biasa ini, pertanyaan yang tentunya muncul kemudian adalah apa selanjutnya? properti apa lagi yang kemudian bisa diadaptasi? Dan jawaban untuk pertanyaan itu adalah Digital Monster atau Digimon.

Sudah Ada Trailer Versi Live Action

Beberapa hari yang lalu, Bandai Namco mengunggah sebuah video ke kanal Youtube mereka untuk merayakan dua dekade dari seri animasi Digimon. Tidak butuh waktu lama untuk video tersebut meraih jutaan penonton, apalagi videonya menampilkan berbagai monster-monster klasik yang tentunya membawa kesan nostalgia bagi sebagian besar penontonnya.

Beberapa monster yang muncul di video ini diantaranya adalah WarGreymon, Leomon, agumon, dan masih banyak lainnya. efek yang digunakan pun terintegrasi baik dengan para aktor sesungguhnya. Entah memang konsepnya seperti itu, atau masalah dana,  para monster yang muncul memang memiliki kualitas yang berbeda dengan para Pokemon di Detective Pikachu. Meskipun begitu, video ini tentunya membukna kemungkinan dari sebuah film live-action dengan kualitas yang lebih baik lagi.

Mengapa Digimon

Seri animasi Digimon sering kali berada di bawah bayang-bayang seri Pokemon, bahkan dulu sering kali disebutkan bahwa Digimon adalah “pesaing” dari Pokemon. Jadi, setelah kesuksesan Pokemon wajar jika kemudian seri animasi lainnya yang diangkat ke layar lebar dalam versi live-action adalah Digimon. Tapi, apa menariknya Digimon bagi sebagian besar pecinta film yang tidak terlalu familiar dengan serinya?

Berbeda dengan Pokemon, cerita Digimon lebih langsung ke intinya, dimana sekelompok anak-anak muda berkumpul dan bersatu untuk mengadapi musuh yang berhasal dari dunia digital. Hal ini bisa menjadi keuntungan bagi mereka yang ingin mengadaptasi serinya, karena konfliknya sudah jelas. Durasi pun bisa diatur sesuai dengan pihak studio, apakah ingin berlangsung selama 90 menit atau 120 menit.

Yang paling penting juga setiap cerita baru, artinya para tokohnya pun harus berkembang. Hal ini berbeda dengan Pokemon yang statis dengan Ash remaja. Para karakter dalam cerita Digimon terus tumbuh, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Dan hal itu terjadi di setiap cerita yang baru dari arc ke arc. Cerita yang baru bukan hanya dibangun dari apa yang terjadi sebelumnya, namun juga berhasil “memutar” karakter lama dengan karakter baru ketika ceritanya sudah selesai.

Ketika mereka tumbuh dewasa, hubungan mereka dengan para monster peliharaan mereka pun berubah. Hal ini membuat film Digimon bisa mengambil pola seperti film Toy Story. Tapi, pihak studio juga bisa saja mengadaptasi musim-musim atau seri anime Digimon tertentu, jika ingin memulai sesuatu yang baru atau jika mereka ingin mencoba peruntungan mereka.

Dengan hal itu, setidaknya para fans jadi tahu seri mana atau musim yang mana yang akan mereka adaptasi. Film tersebut bisa menjadi satu cerita utuh, ketika Digimon tidak akan lagi dibuat sekuelnya. Sehingga, para fans tidak dibuat menunggu untuk kelanjutan ceritanya. Selain cerita, tentunya yang menjadi daya tarik film ini adalah para Digimon atau monsternya. Tentunya akan sangat menarik jika para Digimon mendapatkan treatment yang sama dengan film Pokemon.

BERSAMBUNG KE HALAMAN 2

1
2
Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.