Hanya ada dua kubu yang  saling berperan satu sama lainnya dalam cerita One Piece, yaitu bajak laut, yang dikenal sebagai penjahat lautan, dan juga pihak angkatan laut, yang bertanggung jawab untuk menangkap dan menahan para bajak laut. Keduanya tentu memiliki perbedaan dalam berbagai pandangan. Namun, tidak selamanya bajak laut jahat, dan tidak selamanya juga angkatan laut terlaly ketat terhadap keadilan dan hukum.

Untuk tetap menjaga keamanan dan ketertiban di lautan, pihak angkatan laut mengeluarkan sebuah sistem yang akan membantu mereka menangkap para bajak laut, yaitu nilai buruan atau bounty. Meskipun pada awalnya sistem bounty ini menjadi hal menakutkan bagi bajak laut, namun sekarang hal ini sudah memiliki arti lainnya selain memberikan nilai terhadap seorang bajak laut.

Apa Itu Sistem Nilai Buruan?

Ketika seorang bajak laut sudah mendapatkan perhatian dari angkatan laut terkait apa yang mereka lakukan, maka pihak angkatan laut akan menawarkan sejumlah uang bagi siapapun yang bisa menangkap atau membawa mereka ke pihak angkatan laut. Dalam poster buruan yang dirilis oleh pihak angkatan laut selalu terdapat tulisan “hidup atau mati”.

Memang yang membedakan masing-masing orang adalah nilainya. Tapi, biasanya, jika sang buruan berhasil diserahkan dalam keadaan hidup maka orang yang membawa buronan tersebut akan dibayar secara penuh. Lain halnya jika kemudian buronan tersebut dibawa dalam kondisi sudah tewas. Mereka yang membawa buronan tersebut dalam keadaan tewas hanya akan dibayar 30 persen dari nilai buruan.

Hal tersebut dikarenakan para kriminal tersebut harus dieksekusi secara publik oleh pihak angkatan laut, bukan oleh pihak lain. Dengan menampilkan eksekusinya secara publik, maka hal itu akan meningkatkan rasa kepercayaan orang terhadap angkatan laut. Beberapa orang mengabdikan hidupnya sebagai pemburu bayaran, salah satu contohnya adalah Roronoa Zoro. Dia sempat membentuk tim pemburu borunan sebelum kemudian bergabung dengan Luffy.

Sama Seperti Level Kekuatan

Kekuatan dan kemampuan seorang bajak laut terkadang bisa menentukan seberapa besar nilai buruan mereka nantinya. Semakin besar kejahatan atau keterlibatan seseorang terhadap sesuatu yang dianggap kejahatan, maka semakin besar juga nilai buruannya. Sistem ini sedikit mirip dengan sistem level kekuatan dalam franchise Dragon Ball. Tapi, tentunya ada juga hal yang membedakan keduanya.

Dalam franchise Dragon Ball, level kekuatan seorang karakter ditentukan oleh jumlah nilai kekuatan. Misalnya adalah Goku yang memiliki level kekuatan di atas 9999 – bahkan sampai membuat alat pengukur milik Vegeta hancur. Dalam cerita One Piece, seseorang bisa mengetahui sampai sejauh mana atau sekuat apa seorang bajak laut dengan melihat nilai buruan yang diberikan oleh Pemerintah Dunia atau angkatan laut.

Seperti yang disebutkan diatas, seseorang akan diberikan nilai buruan tergantung seberapa besar kehancuran atau kejahatan yang mereka lakukan. Nilainya akan semakin besar jika kemudian bajak laut atau individu tersebut terus melakukan kejahatan, atau terus terlibat dalam sebuah peristiwa kriminal. Dengan nilai yang tinggi, hal itu bisa menjadi cerminan seberapa berbahayanya seorang karakter.

Mengapa Sistem Nilai Buruan Lebih Baik

Dalam cerita Dragon Ball, mereka yang memiliki alat pemindai level kekuatan akan mengetahui berapa jumlah level kekuatan musuhnya. Hal itu akan memastikan mereka bisa memenangkan pertarungan. Pada intinya, level kekuatan seseorang akan mengindikasikan pertarungan seperti apa yang akan mereka lakukan atau musuh seperti apa yang akan mereka hadapi.

Dalam cerita One Piece, nilai buruan yang tinggi adalah indikator terhadap kekuatan seorang bajak laut, juga ranking mereka dalam hal kekuatan – apakah mereka termasuk bajak laut biasa, Shichibukai, Supernova, atau Yonko. Hal ini sedikit lebih “praktis” dan lebih baik dibandingkan dengan alat pemindai yang dimiliki oleh beberapa Saiyan dalam cerita Dragon Ball.

Dengan melihat nilai buruannya kita tahu bahwa seseorang sangat berbahaya atau tidak. Dan yang paling penting dengan sistem buruan ini semua orang bisa mengetahuinya, tidak hanya sosok tertentu saja.

Kelemahan Sistem Nilai Buruan

Seperti yang disebutkan di atas, untuk bisa mendapatkan nilai buruan seseorang harus melakukan sesuatu yang jahat atau sesuatu yang besar. Jika tidak, maka nilai buruannya tidak akan berubah. Sistem nilai buruannya juga lebih fleksibel dari sistem pemindaian di cerita Dragon Ball, yang mana hal tersebut membuka kesempatan untuk melakukan “kesalahan”.

Karena tidak bisa diukur dengan pasti – dan tidak ada alat ukurnya karena semuanya berdasarkan peristiwa atau apa yang terjadi – terkadang nilai buruan yang dikeluarkan justru terlalu sedikit atau bahkan terlalu besar. Contohnya ada sebuah karakter yang sebenarnya dari level kekuatan tidak terlalu kuat dan tidak sering juga ikut bertempur, namun nilai buruannya jauh lebih besar daripada sosok karakter yang memang lebih mampu dan lebih kuat.

Lain halnya dengan sistem pemindaian dalam cerita Dragon Ball, dimana seseorang bisa menakar secara pasti sejauh mana level kekuatannya dan sekuat apa calon musuhnya tersebut. Kita tidak pernah tahu sejauh mana perkembangan kekuatan sebuah karakter.

Lebih Baik Hidup

Sistem nilai buruan ini, meskipun bertindak sebagai sistem pengukur level kekuatan, terasa sangat spesial karena sifatnya yang tidak bisa diprediksi. Meskipun kita tahu bahwa seorang karakter adalah kapten dari seorang kelompok bajak laut terkenal, tapi semuanya ditentukan seberapa besar nilai buruannya. Tidak ada indikasi pasti akan seperti apa pertarungannya nanti.

Luffy sering kali ditampilkan dengan foto yang konyol di poster buruannya, tapi itulah yang sering kali membuat para pemburu buronan ini menganggap remeh sosok Luffy. Padahal, jumlah nilai buruannya terus meningkat setiap saat. Terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangannya, ini menjadi salah satu elemen menarik dalam seri One Piece. Dan tentunya masalah nilai buruan ini akan terus menjadi topik perbincangan hangat di kalangan fans.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.