Sebelum berakhir menjadi film animasi populer yang dirilis pada tahun 1988, Akira adalah sebuah manga karya Katsuhiro Otomo. Pada awalnya ia tidak mau mengadaptasi karyanya ini selain dalam bentuk manga. Namun, ia menjadi “sangat tertarik” ketika mendapat tawaran untuk mengadaptasinya ke dalam film berada di depannya. Ia kemudian setuju untuk menyutradarai adaptasi film animasi dari komiknya sendiri dengan syarat ia memiliki kontrol penuh atas adaptasi ini.

Akira menelan biaya produksi sebesar 1.1 Milyar Yen (9 juta US Dollar); menjadikannya film anime termahal pada zamannya. Hingga kini, Akira telah diakui sebagai salah satu film animasi dan fiksi ilmiah terbaik sepanjang masa, dan menjadi film penting yang memperkenalkan animasi Jepang. Akira juga memberikan jalan bagi budaya populer Jepang di dunia barat dan internasional, serta memberikan inspirasi bagi beberapa karya di dalam animasi, komik, film, musik, televisi, dan video game.

Pada tahun 2002, Warner Bros. telah mendapatkan hak untuk membuat film live-action dari Akira. Sayangnya usaha untuk memproduksi remake live-action ini selalu gagal, meski telah menarik lima sutradara dan sepuluh penulis naskah yang berbeda. Menurut penulis naskah Gary Whitta, yang telah menulis satu draft naskah Akira, mengatakan bahwa para sutradara ini sebenarnya memiliki kebebasan kreatif.

BACA JUGA: 20 Game Keren Yang Paling Diantisipasi di Tahun 2019!

Hal ini dikarenakan Katsuhiro Otomo yang mengintruksikan Hollywood agar tidak takut untuk merubah hal-hal yang ada. Ia juga menginginkan untuk melihat sesuatu yang asli dengan interpretasi yang berbeda, bukan hanya sebuah remake langsung. Namun, ada ketakutan dari para penggemar mengenai adaptasi ini, terutama mengenai versi “Amerikanisasi” cerita Akira, mengingat konteks ceritanya erat dengan Jepang paska Perang Dunia ke-II. Selain itu kegagalan adaptasi Ghost in the Shell pada tahun 2017 dan kemungkinan atas “whitewashing” juga semakin memburamkan masa depan adaptasi Akira. Namun, bukan berarti hal tersebut menghentikan niat Hollywood untuk mengadaptasi Akira ke dalam live-action.


Satu atau Dua Film?


Adaptasi animasi Akira hingga kini masih menjadi sebuah karya yang fenomenal, dengan detail yang kaya serta visual yang indah dan bahkan mengerikan. Namun, tahukah Geeks kalau film animasi Akira itu hanya sebagian kecil dari cerita yang lebih besar? Hal ini dikarenakan ketika film animasinya masih dalam tahap produksi, Katsuhiro Otomo masih belum menyelesaikan komiknya. Sehingga versi anime adalah versi ringkas dari komik aslinya, dengan beragam karakter dan subplot yang dihapus. Paruh kedua di dalam komik Akira menceritakan Kota Neo-Tokyo di Jepang paska kehancuran yang disebabkan oleh kekuatan psikis Akira. Kota Neo-Tokyo sendiri terbelah menjadi menjadi beberapa fraksi fanatik yang saling berperang satu sama lain, dengan latar belakang pihak militer Amerika Serikat yang melihat dari jauh dan berusaha untuk mengakhiri kerusuhan ini.

[yuzo_related]

Dengan cerita yang pada akhirnya telah selesai inilah Hollywood dapat benar-benar melakukan apa yang tidak bisa dilakukan Otomo dan timnya di dalam film animasi mereka: merampungkan cerita. Sehingga cerita Akira tidak akan selesai dengan hancurnya Neo-Tokyo, namun bagaimana masyarakat Jepang berusaha bertahan hidup setelah kejadian mengerikan tersebut. Namun, ada pertanyaan yang muncul apabila Hollywood hendak merampungkan kisah Akira: apakah cukup hanya dengan satu film? Mengingat paruh kedua dari komik Akira ini memiliki kisah tersendiri, maka ada kemungkinan Hollywood akan membuatnya menjadi dua film.


Tetap Jepang atau Amerikanisasi?


Inti cerita dari Akira adalah kisah politik yang dalam dengan tema keterasingan, korupsi, dan pemberontakan. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa cerita di dalam Akira adalah usaha Otomo untuk merekonstruksi ulang Jepang paska Perang Dunia ke-II. Mereka juga mengatakan kalau negara ini selamanya akan hidup dalam bayang-bayang Perang Dunia ke-II. Elemen “Jepang” ini yang merupakan kunci penting di dalam komik dan juga film animasi Akira. Sehingga, meski Otomo berkata bahwa ia ingin melihat sesuatu yang asli dan intrepretasi berbeda, apakah sebuah keputusan yang bijak apabila Hollywood menghapus elemen ini? Tentunya, mengingat produksi film Hollywood, pastinya akan terdapat elemen Amerikanisasi di dalam adaptasi Akira mereka. Namun, seberapa jauh Hollywood akan menyimpan elemen Jepang dan menambahkan elemen Amerikanisasi mereka?

Ada banyak anime dan manga yang memiliki budaya Amerika atau barat, seperti Attack on Titan, yang sudah dimiliki oleh Warner Bros. juga Selain itu manga Monster, yang dirumorkan tengah digarap oleh Guillermo del Toro, juga memiliki elemen barat yang lebih cocok bila diadaptasi ke dalam Hollywood. Akira memiliki elemen Jepang yang kental yang terdapat di dalam cerita, tema, dan lokasi, sehingga akan lebih baik apabila film live-action ini tetap mengambil lokasi di Neo-Tokyo, bukan di Neo-New York. Menurut data yang diambil pada tahun 2016, kebanyakan penonton di Amerika adalah orang Asia-Amerika, sehingga apabila adaptasi live-action Akira masih menyimpan banyak budaya Jepang yang kental dari sumber aslinya, maka hal ini dapat menjadi bisnis yang menguntungkan bagi Warner Bros.


Siapa yang “Pantas” Menyutradarai Akira?


Dengan sumber yang kaya, Akira pastinya membutuhkan seorang sutradara yang mapan untuk menjadikannya film live-action. Meski belakangan Warner Bros. menggunakan metode yang membiarkan sutradara film indie untuk menyutradarai film-film mereka, seperti Monsterverse, Akira adalah proyek yang terlalu besar, ambisius, dan kompleks untuk diserahkan kepada mereka. Dibutuhkan sutradara dengan pengalaman yang lebih besar untuk mengadaptasi lebih dari dua ribu halaman materi. Ada beberapa nama yang dapat dipercaya untuk menangani Akira, diantaranya Christopher Nolan dan George Miller. James Cameron, Matt Reeves, Rian Johnson, dan bahkan Justin Lin.

BACA JUGA: Bumblebee Buka Jalan Untuk Film Origin Cybertron?

Sutradara Get Out, Jordan Peele, ditawari oleh Warner Bros. untuk duduk di bangku sutradara, namun ia menolak karena lebih senang membuat film yang bukan berdasarkan konsep yang sudah tersedia. Meski belum dikonfirmasi, sutradara Thor: Ragnarok Taika Watiti, sedang dalam pembicaraan untuk duduk di kursi sutradara. Seandainya benar ia menjadi sutradara film Akira, Watiti mengatakan akan tetap mempertahankan etnisitas Asia (Jepang) para karakter. Ia juga mengatakan bahwa ia tertarik untuk memilih aktor/aktris remaja yang tidak terkenal. Entah bagaimana kelanjutan pembicaraan ini, namun mari berharap agar Akira akhirnya mendapat adaptasi yang layak di Hollywood.