Dalam industri perfilman di Hollywood ternyata ada beberapa proses produksi film yang dibuat dengan berbagai aturan yang aneh. Hollywood merupakan sebuah bisnis yang sudah berjalan sejak lama dan industri ini pun banyak menghasilkan pundi-pundi yang luar biasa besar bagi banyak pihak. Banyak orang yang tidak tahu berbagai hal atau rahasia yang terjadi di belakang layar.

Hal atau rahasia yang terjadi di belakang layar tersebut tidak jarang menimbulkan kontroversi. Yang menarik adalah ada juga beberapa rahasia dari produksi sebuah film mungkin jarang diketahui oleh orang. Dalam proses produksi tersebut, ada beberapa film yang diketahui memiliki aturan aneh yang tidak biasa yang membuat banyak orang mungkin akan terheran-heran. Apa saja?

Harus Menghadirkan Laba-Laba Raksasa Mekanik

Film Wild Wild West memang merupakan film yang bisa dibilang kurang laku di pasaran. Namun, satu hal yang kemudian banyak diingat dari film tersebut adalah kemunculan dari laba-laba mekanik berukuran raksasa yang digunakan oleh villain utama, Dr. Arliss Loveless, sebagai senjata utamanya. Ada fakta menarik dari kemunculan laba-laba raksasa di film tersebut.

Ternyata, ide untuk menghadirkan laba-laba raksasa di film itu berasal dari sang produser, Jon Peters. Ide laba-laba raksasa tersebut sebenarnya pada awalnya akan dihadirkan dalam sebuah film Superman reboot yaitu Superman Lives, yang hendak dibintangi oleh Nicholas Cage sebagai Superman. Peters sempat memaksa Kevin Smith, penulis filmnya untuk menghadirkan momen Superman menghadapi laba-laba tersebut di akhir filmnya. Namun, karena filmnya gagal tayang akhirnya konsep laba-laba raksasa mekanik tersebut digunakan Peters untuk dimunculkan dalam film Wild Wild West.

Harus Digambar Manual

The Little Mermaid merupakan salah satu film animasi 2D produksi Disney yang memiliki visual mengagumbkan. Hal tersebut bisa terjadi karena Ron Clements dan John Musker benar-benar membuat para tim animasi bekerja ekstra keras. Film tersebut diproduksi bertahun-tahun sebelum teknologi digital muncul. Mereka harus melakukan semuanya secara manual untuk menghadirkan atau menciptakan gambar serta momen yang baik.

film dengan aturan aneh

Untuk menghadirkan momen repetitif, biasanya para animator menggunakan trik dengan cara memfotokopi gambar yang ada. Namun, Ron dan John tidak mau para animatornya melakukan hal itu. Mereka mengharuskan para animator menggambar gelembung yang ada di filmnya secara manual satu persatu. Hal itu pun membuat para animator harus bekerja ekstra keras.

Dengan proses produksi yang berat tersebut pad akhirnya membuat Disney menggunakan pihak ketiga yaitu perusahaan animasi dari China, Pacific Rim Productions. Ironisnya proses gambar gelembung ini pun sempat memunculkan protes dan kerusuhan di tempat dekat studionya berada. Gambar-gambar tersebut sempat terrancam hilang akibat protes itu. Meskipun akhirnya tidak terjadi, terbukti apa yang dilakukan oleh Ron dan John benar-benar menciptakan kekacauan besar.

Tidak Boleh Menggunakan Senjata

Drew Barrymore merupakan salah satu aktor yang menjadi bintang di film Charlie’s Angels bersama dengan Lucy Liu dan Cameron Diaz. Meskipun begitu, Drew juga adalah produser dari filmnya sehingga dia bisa mengendalikan semuanya tentang film ini termasuk aturan untuk melarang para Angels menggunakan senjata. Meskipun para villain di dua filmnya banyak menggunakan senjata, namun ketiga Angels tersebut tidak menggunakan senjata apa pun untuk mengalahkan mereka.

Dalam pengembangan filmnya, Drew Barrymore bersikukuh untuk para Angels menggunakan kemampuan bela diri mereka serta kecanggihan teknologi yang mereka miliki. Di sisi lain, Drew juga memiliki alasan atas hal tersebut yaitu karena Amerika sudah darurat kekerasan senjata. Mereka tidak ingin lebih mendorong lagi hal tersebut. Ironisnya, di tahun 2019 dalam film reboot Charlie’s Angels justru melakukan hal sebaliknya.

Harus Menggunakan Nama Istri Produser

Seperti yang disebutkan di atas, produser memiliki kendali atas proses produksi sebuah film. Selain Charlie’s Angels. contoh lain dari hal tersebut adalah Back to the Future. Film ini memang dikenal sebagai salah satu film yang populer, namun keputusan sang produser hampir saja membuat film ini gagal di pasaran. Sidney Sheinberg meminta Steven Spielberg untuk mengubah nama dari ibu Marty McFly.

film dengan aturan aneh

Pada awalnya, Spielberg hendak memberi nama ibu Marty dengan nama Meg. Namun, produser dari pihak Universal, Sheinberg, meminta untuk menggantinya menjadi Lorraine. Hal tersebut untuk menjadi menunjukan kasih sayangnya terhadap sang istri, Lorraine Gary. Sheinberg juga meminta Eric Stolz, yang sebelumnya memerankan Marty McFly, untuk diganti menjadi Michael J. Fox.

Villain Harus Pria

Meskipun di satu sisi film Iron Man 3 bisa dibilang menarik dari segi narasi, namun ada beberapa hal yang pada akhirnya membuat film ini mendapatkan ulasan yang buruk dari para fans. Misalnya bagaimana sosok The Mandarin ternyata adalah aktor bayaran. Sosok The Mandarin yang “asli” adalah Aldrich Killian. Namun, mungkin tidak banyak Geeks yang tahu mengapa kemudian Killian yang menjadi villain di film tersebut.

film dengan aturan aneh

CEO Marvel sebelumnya, Isaac Perlmutter, memaksa untuk menghadirkan sosok villain utama yang harus pria di film Iron Man 3. Padahal, sutradara filmnya, Shane Black, sempat menyiapkan draft di mana villain dari film ini adalah wanita yaitu Maya Hansen. Perlmutter beralasan jika anak-anak tidak akan mau membeli mainan villain wanita. Namun, setelah Perlmutter diganti oleh Kevin Feige di tahun 2015 villain wanita pun mulai mendapatkan tempat yang sama dengan villain pria.

Adegan Pembunuhan Setiap Delapan Menit

The Signal merupakan sebuah film horor dengan budget rendah yang diproduksi oleh sutradara independen, David Bruckner, Dan Bush, dan Jacob Gentry. Yang menarik dari proses pembuatan film ini adalah para sutradara filmnya tidak memiliki kekuatan apa pun dalam hal diskusi dengan pemilik modal. Bahkan, film ini pada akhirnya bisa diproduksi setelah mereka setuju dengan aturan aneh dari pemodal.

David Bruckner sempat mengatakan bahwa mereka akhirnya bisa membuat film tersebut setelah menyetujui jika akan ada banyak sekali korban dalam filmnya. Pihak pemberi modal meminta kepada pembuat film untuk menghadirkan adegan pembunuhan/kematian setiap delapan menit. Mereka pun menyanggupi hal tersebut dan film The Signal berhasil meraih keuntungan lebih dari 400.000 Dollar Amerika. Film ini pun berhasil melambungkan nama ketiganya.

Menggunakan Warna Tidak Alami

Film The Evil Dead merupakan salah satu film karya Sam Raimi yang membuatnya jadi salah satu sutradara terkenal Hollywood. Namun, film tersebut diketahui memiliki rating ‘X’ yang mana rating ini sama dengan konten film dewasa dan juga film transgresif alias adegan mengerikan di filmnya berada di luar batas kewajaran. Kesuksesan The Evil Dead membuat Sam Raimi mendapatkan perusahaan distributor untuk memasarkan film sekuelnya.

Tetapi, pihak distributor tersebut meminta Sam Raimi untuk patuh terhadap aturan sensor film yang ada. Para produser memberikan saran untuk merubah warna asli dari darah yang muncul di filmnya menjadi lebih gelap agar tidak terlihat seperti nyata. Dengan warna yang lebih gelap tersebut pun diharapkan tone adegan gore di filmnya bisa lebih ditekan. Pihak distributor sendiri masih menganggap film tersebut terlalu mengerikan yang akhirnya Sam Raimi memutuskan untuk kembali tidak berurusan dengan sensor film. Dengan tidak adanya sensor resmi pada akhirnya film Evil Dead II hanya diputar di bioskop secara terbatas yaitu hanya 310 bioskop.

Tidak Boleh Lebih Dari Dua Jam

Sedari awal, film Justice League yang tayang pada 2017 memang sudah kacau balau terutama dari segi produksi. Penulisan ulang, pengeditan ulang, bahkan pengambilan gambar ulang menjadi beberapa hal yang jadi masalah dari filmnya. Yang paling epik dari semua itu adalah bagaimana para petinggi Warner Bros. saat itu kurang senang dengan produksi awal yang dibuat oleh Zack Snyder.

film dengan aturan aneh

Durasi Justice League versi Snyder awalnya adalah 214 menit, yang mana durasi tersebut “tidak normal” untuk ukuran durasi film bioskop. Setelah mundur dari proyeknya, para petinggi WB kemudian menunjuk Joss Whedon untuk “memperbaiki” hal tersebut. CEO WB saat itu, Kevin Tsujihara, meminta kepada Whedon agar filmnya memiliki durasi tidak lebih dari dua jam. Dan durasi film Justice League versi Josh Whedon adalah 1 Jam 59 Menit dan 43 detik terhitung sejak filmnya dimulai.

Efek dari hal tersebut, Whedon berusaha untuk memaksakan berbagai plot yang ada, pengembangan karakter, dan sema hal lainnya untuk bisa masuk dalam durasinya. Dengan kampanye #ReleasetheSnyderCut WB akhirnya mau memberikan dana untuk menghadirkan film Justice League versi Zack Snyder, yang terbukti memang jauh lebih baik dari versi theatrical.

Harus Menghadirkan Sebuah Tambang

Dari semua film yang dibuat dengan aturan aneh dalam daftar ini, mungkin Enemy Mine adalah yang paling konyol. Enemy Mine adalah film fiksi ilmiah karya Wolfgang Petersen yang rilis di tahun 1985. Dalam film ini, seorang manusia dan alien terjebak di sebuah planet yang mengerikan. Mereka pun dipaksa bekerja sama untuk memastikan keselamatan masing-masing.

film dengan aturan aneh

Banyak penonton yang kemudian komplain mengenai kemunculan para penambang yang sekaligus juga antagonis yang dikenal sebagai Scavangers. Mereka merasa kemunculan para Scavengers tersebut tidak penting dan tidak diperlukan. Kemunculan para penambang tersebut nyatanya adalah ide dari rumah produksi sendiri, 20th Century Fox. Pihak Fox merasa bahwal filmnya harus menghadirkan tambang dan penambang agar penonton tidak bingung. Namun, keputusan itu terbukti justru berbanding terbalik dengan reaksi dari para penonton.

Menghadirkan sebuah film yang baik dan menarik memang membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Namun, terkadang para petinggi di film atau perusahaan film pada akhirnya yang justru menjadi dalang dari berbagai hal konyol dan aspek negatif lainnya di film tersebut melalui aturan aneh yang mereka buat.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.