Netflix baru saja menayangkan serial misteri terbarunya yang berjudul 1899. Sesuai dengan judulnya serial dari Baran bo Odar dan Jantje Friese ini bercerita tentang perjalanan kapal steamboat Kerberos pada tahun 1899. Menariknya, ternyata di ending baru terungkap bahwa selama ini yang terjadi di seriesnya tidak lebih dari sekadar simulasi. Di mana semuanya bermula dari ketertarikan karakter utama 1899, Maura, terhadap buku filosofi Plato berjudul ‘Allegory of the Cave’. Karena arti filosofi tersebut tidak dijelaskan di serialnya, mari kita bahas teori tentang hubungannya dengan simulasi yang ada di 1899.

Apa yang terjadi di 1899?

Di ending 1899, setelah semua karakter dan penonton mengalami kejadian yang penuh dengan misteri, akhirnya terungkap bahwa selama ini semuanya hanyalah bagian dari simulasi modern. Meskipun mengambil latar pada tahun 1899 di kapal steamboat Kerberos yang melakukan perjalanan panjang dari London ke New York, ternyata semuanya dikendalikan melalui sebuah mesin simulasi pada tahun 2099. Penciptanya simulasinya tidak lain adalah Maura sendiri, yang sejak awal terlibat langsung dalam perjalanan Kerberos dan juga simulasi-simulasi sebelumnya, termasuk simulasi kapal Prometheus.

Henry (Anton Lesser), ayah Maura yang mengendalikan simulasi di dalam simulasi, mengatakan bahwa alasan Maura menciptakan mesinnya adalah karena dia terinspirasi dari buku Allegory of the Cave karya filsuf legendaris Plato. Singkat cerita, hal tersebut pada akhirnya mewujudkan apa yang bisa kita lihat di sepanjang serialnya, di mana banyak para manusia yang terjebak dalam pengulangan simulasi dengan ingatan palsu. Walaupun begitu, sampai akhir serialnya tidak dijelaskan secara gamblang apa sebenarnya Plato Allegory tersebut, dan bagaimana penerapannya di mesin simulasi ciptaan Maura.

Allegory of the Cave Menurut Plato

Semua penggemar filosofi pasti mengenal siapa itu Plato. Dia adalah seorang filsuf legendaris asal Athena yang eksis sekitar 4 abad sebelum Masehi. Allegory of the Cave adalah salah satu buah pemikiran Plato, yang sampai sekarang masih dijadikan sebagai dasar filosofi untuk membuat kita sadar akan pentingnya mempertanyakan hal-hal yang menurut kita fakta atau sesuatu yang nyata. Allegory of the Cave bermula dari pemikiran besar nan dalam dari Plato yang berjudul Theory of Forms atau Teori Tentang Wujud. Yang intinya mengatakan bahwa apa yang ada di sekitar kita tidak semuanya nyata.

Menurut Plato, wujud dari sesuatu yang biasa kita lihat sebenarnya tidak dalam bentuk asli mereka, melainkan lahir dari apa yang selama ini kita percaya! Bagaimana, Geeks, sudah mulai pusing? Mengetahui bahwa filosofinya terlalu dalam bagi orang lain, Plato lantas mencoba menyederhanakannya dengan Allegory of the Cave. Di mana ada sejumlah orang yang duduk dalam keadaan terikat di dalam sebuah gua sambil menghadap ke tembok. Pada saat yang bersamaan ada sebuah api yang menghasilkan bayangan dari dalang yang berada di antara api dan orang-orang yang hanya bisa melihat ke arah tembok.

Ketika dalang tersebut membuat bayangan hewan dan benda lain, begitu juga dengan suara dan sebagainya, orang-orang yang tidak bisa melihat ke belakang akhirnya percaya bahwa bayangan tersebut nyata. Di mana wujud dan suaranya sama seperti yang digambarkan oleh dalang tersebut. Dari sinilah Plato menyimpulkan bahwa manusia seperti orang-orang yang terikat dalam kisahnya. Di mana kita tidak bisa melihat apa yang ada di luar perspektif. Melalui Allegory of the Cave, Plato ingin menekankan bahwa penting bagi kita untuk mempertanyakan fakta yang disajikan, tidak langsung menelannya bulat-bulat.

Penerapan Plato Allegory di 1899

Setelah mengetahui betapa dalamnya Plato Allegory, sekarang pertanyaannya apa hubungannya dengan serial 1899 dan mesin simulasi Maura. Teorinya, Maura menciptakan mesinnya berdasarkan cara kerja Allegory of the Cave. Di mana mesinnya bisa membuat orang lain terikat dan tidak bisa melihat perspektif yang sebenarnya. Dengan kata lain orang-orang yang ada di dalam simulasinya mirip seperti orang yang terikat dan hanya bisa melihat ke tembok gua. Sedangkan mesinnya bekerja sebagai api yang menciptakan sebuah bayangan simulasi, dan dalangnya adalah Maura sendiri.

Namun, karena Maura sendiri memilih terlibat dalam simulasi untuk melupakan sesuatu yang masih menjadi misteri sampai sekarang, akhirnya yang menjadi dalangnya adalah sosok misterius bernama Ciaran, adik maura yang namanya disinggung di ending episode terakhir 1899. Sampai serialnya berakhir, satu-satunya yang bisa melihat ‘ke arah dalang’ hanyalah Maura, sedangkan yang lainnya masih terikat dan tidak bisa melihat ke arah lain selain ‘ke tembok gua’.

Itulah pembahasan tentang Plato Allegory dan penerapannya di serial 1899. Perlu kita catat bahwa yang kita bahas kali ini masih bersifat teori, semuanya kembali kepada kalian. Apakah akan langsung percaya dengan apa yang disajikan di sini, atau ingin mempertanyakannya sendiri seperti saran Plato. Melihat ending yang masih menyisakan banyak misteri, sepertinya serial 1899 akan berlanjut dengan sekuelnya pada masa yang akan datang. Semoga saja ya, Geeks.

Egie
Egie adalah content writer yang memiliki passion tinggi untuk topik pop culture seputar komik, film dan series. Bergabung sejak tahun 2021, kini Egie menjadi salah satu sosok paling di andalkan untuk covering berbagai hal seputar pop culture.