Seri My Hero Academia karya Kohei Horikoshi menghadirkan sebuah dunia yang unik dan istimewa di mana dalam dunia tersebut kekuatan super, yang disebut sebagai Quirk, sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Bahkan, hampir semua penduduk di bumi memiliki kekuatan super. Namun, dengan banyaknya jumlah pengguna kekuatan super di dunia nampaknya justru menghadirkan sebuah masalah besar.

Berbagai masalah tersebut mulai dari kesahatan mental para penggunanya, pandangan dari orang lain, dan berbagai dampak sosial lainnya yang muncul dari mereka yang tidak mampu menguasai penuh kekuatan super mereka. Para pahlawan dan juga villain mungkin berada di sisi yang berbeda dalam tatanan hidup masyarakat, namun mereka memahami satu hal yang sama.

Mereka menyadari bahwa Quirks sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat dan juga kondisi manusia. Dalam manga My Hero Academia: Vigilantes Volume 12, simbol kejahatan dunia, All For One, memberikan pandangan yang menarik mengenai bagaimana hubungan yang terjadi antara kemanusiaan dan Quirk tersebut. All For One sepertinya memahami makna filosofis dari Quirks dibandingkan siapa pun dalam serinya.

All For One Pencipta Para Villain?

Dalam cerita kilas balik yang bersetting beberapa tahun sebelum Izuku Midoriya bergabung dengan UA, All For One memiliki peran penting untuk menyebarkan sebuah obat-obatan berbahaya yang disebut sebagai ‘Trigger.’ Obat tersebut mampu meningkatkan level kekuatan dari Quirk seseorang dan juga sekaligus menciptakan “musuh instan.”

Yang menarik adalah All For One memanfaatkan obat tersebut untuk membuat para “villain” yang lahir akibat dari obatnya untuk bergabung dengan League of Villains. Dia memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan mental dari pemilik Quirks tersebut untuk kemudian menciptakan apa yang disebut sebagai penjahat atau villain di mata masyrakat.

All For One kemudian menjelaskan kepada salah satu anak buahnya, Kurogiri, bahwa dengan mengikuti standar yang ada di masyarakat, ketika Quirk dari seseorang dan tekad mereka menyatu secara harmonis, maka hal tersebut akan menghasilkan sebuah kondisi yang stabil dan menjadi potensi kemunculan dari sosok pahlawan.

Orang tersebut kemungkinan besar mampu menguasai penuh Quirk miliknya dan juga sikap dan perilaku mereka, dan tidak akan terpengaruh oleh berbagai norma-norma yang ada di masyarakat. Namun, ketika seseorang berubah menjadi ekstrem dan penuh dengan kekerasan, maka hal tersebut bisa membuat sosok tersebut menyalahgunakan Quirk mereka.

Bila hal tersebut sudah terjadi, maka ketidakseimbangan tersebut akan menciptakan kondisi di mana sosok tersebut sudah tidak peduli lagi dengan moral atau kondisi masyarakat. Dan inilah yang kemudian awal dari seseorang untuk menjadi sosok yang jahat alias seorang villain. Inilah yang kemudian membuat All For One memanipulasi banyak pengguna Quirks untuk menjadi villain.

Disharmoni Quirk Para Villain

Beberapa anggota dari League of Villains membuktikan filosofi yang digambarkan oleh All For One tersebut. Contoh yang paling nyata dari hal ini adalah penerusnya sendiri, Shigaraki Tomura. Quirk miliknya, Decay, ternyata mampu membuat pikirannya kacau dan menghancurkan dunianya ketika dia masih kecil.

Bertahun-tahun yang lalu, Shimura Tenko adalah seorang anak kecil normal yang sangat mengagumi sosok pahlawan seperti neneknya, Nana. Namun, ketika Quirk miliknya kemudian aktif, tanpa sengaja Tenko menghabisi seluruh keluarganya. Saat All For One merekrutnya, Tenko adalah sosok anak yang sangat mudah dipengaruhi dan sangat terbuka yang mana membuat All For One dengan mudah memanipulasinya.

All For One bahkan berhasil membuat Tenko meyakini bahwa dia bukan lagi sosok tersebut, melainkan Shigaraki Tomura. All For One juga menanamkan beberapa lengan lainnya di dalam tubuhnya untuk semakin meningkatkan amarah dan rasa sakitnya. Jika saja Tenko lahir dengan Quirks yang tidak berbahaya, mungkin dia tidak akan berubah menjadi seorang penjahat.

Contoh lainnya adalah Toga Himiko. Toga adalah sosok gadis yang memiliki masalah pada mentalnya, yang membuat dia tidak bisa hidup di tengah-tengah masyarakat luas – terutama dengan mereka yang memiliki Quirk berbasis darah. Semua orang berpendapat bahwa kekuatan yang dimiliki oleh Toga adalah kekuatan yang mengerikan dan juga berbahaya.

Ketika kemudian Toga secara terang-terangan memperlihatkan Quirk yang selama ini dia sembunyikan, dia pun kemudian menjadi sosok villain di mata masyarakat, dan memiliki kemiripan dengan All For One. Toga adalah perwujudan dari kata-kata All For One, yaitu “tekad yang ekstrem dan juga penuh kekerasan” di mana ketika Quirk milik Toga aktif, maka dipastikan akan ada kekacauan besar yang muncul.

Dabi juga menjadi salah satu contoh nyata dari karakter tersebut, di mana Dabi memiliki tekad untuk bisa mengalahkan sang ayah, Endeavor. Dabi justu tidak memanfaatkan Quirk api miliknya untuk menyelamatkan orang-orang, melainkan untuk membalas dendam keluarganya dan juga berusaha menghancurkan seluruh sistem pahlawan yang ada dan selalu diyakini oleh sang ayah. Jika saja Endeavor mau menerima kondisi sang anak, mungkin sosok Dabi tidak akan pernah muncul dan menjadi ancaman bagi banyak orang.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.