Setelah lama dinantikan, akhirnya film produksi Warner Bros. ini pun resmi dirilis. Task Force X pada akhirnya berhasil mengalahkan Starro the Conqueror dalam pertarungan puncak di film The Suicide Squad. Sayangnya, tidak semua karakter berhasil selamat sampai akhir cerita. Meskipun begitu, setelah semuanya selesai, dalam post-credit scene diperlihatkan dua anggota tim Task Force X kembali dari kematiannya.

Disutradarai oleh James Gunn, The Suicide Squad menghadirkan tim Task Force X yang ditugaskan untuk menghancurkan semua jejak dari “Project Starfish”. Dengan nasib dari Corto Maltese yang dalam bahaya setelah seekor bintang laut raksasa menyerang wilayah tersebut dan berusaha menghancurkan semuanya, akhirnya tim Task Force X pun dikirim untuk menghancurkan Starro.

Asal-usul Starro, Sejarah Proyeknya, dan Misi Task Force X

Dalam cerita komik, Starro mendapatkan popularitasnya setelah dia berhasil menaklukan berbagai planet yang ada di alam raya dan membuat para penduduknya menjadi budaknya. Di film ini, justru sebaliknya. Dia merupakan korban. Julukan dari “The Conqueror” sebenarnya merupakan julukan yang ironis yang diberikan oleh The Thinker. Hal itu dilakukan untuk mengejek subjek uji cobanya tersebut setelah berhasil dia kurung dan siksa selama berabad-abad.

Namun, ketika Starro berhasil kabur, dia marah dan berusaha untuk benar-benar mendapatkan julukan tersebut. Bagaimana kemudian Corto Maltese menjadi sasaran dari Starro? Pada suatu hari, Starro sedang melayang di luar angkasa dengan tenang, tanpa diganggu siapa pun. namun, kemudian dia bertemu dengan kapal luar angkasa milik Amerika. Mereka kemudian membawanya tanpa mengetahui bahaya yang bisa muncul kapan pun.

Mekanisme bertahan dari Starro pun aktif yang mana kemudian dia melepaskan mini-starro yang kemudian mengambil alih para anstronot tersebut. Hanya ada satu astronot yang selamat, yang saat kejadian berlangsung dia berada di bagian lain pesawat. Starro kemudian dibawa ke bumi. Saat itu perang dingin sudah selesai, namun pemerintah Amerika tertarik dengan potensi sebuah senjata super dan menugaskan Dr. Gaius Grieves alias The Thingker untuk melakukan eksprerimen terhadap Starro.

Seperti dijelaskan oleh The Thinker, pihak Amerika merasa tidak nyaman menyimpan Starro di wilayahnya. Akhirnya, sebuah perjanjian pun dibuat dengan keluarga Herrera – pemimpin dari Corto Maltese. Dengan perjanjian ini, Starro pun disimpan di Jotunheim dan menggunakan musuh-musuh keluarga Herrera sebagai subyek uji coba dari penelitian Starro.

Perjanjian ini berlangsung selama tiga puluh tahun, sampai Jendral Silvio Luna memimpin kudeta militer terhadap keluarga Herrera. Pihak militer Corto Maltese juga mengambil alih Jotunheim dan semuanya. Takut semua hal tentang Starro diketahui publik, akhirnya Amanda Waller membentuk Task Force X untuk menghancurkan semua bukti keterlibatan Amerika dalam “Project Starfish”.

Para anggota Task Force X sendiri tidak menyadari apa misi sebenarnya. Hanya ada satu orang yang mengetahui misi tersebut, yaitu Peacemaker. Dia diberikan tugas untuk menghancurkan semua bukti-bukti tersebut. ketika Bloodsport dan yang lain membebaskan Starro dari Jotunheim, Waller tidak peduli. Dia mengaku bahwa menciptakan kepanikan di sebuah negara yang menjadi musuh Amerika merupakan bonus.

Timeline Di The Suicide Squad

Task Force X dibagi menjadi dua tim di awal filmnya: tim 1, bertugas untuk mengalihkan perhatian tentara Corto Maltese dan membuat banyak kegaduah; dan tim 2, yang tugasnya diam-diam menyelinap ke pulau dan menyelesaikan misi menghancurkan Project Starfish. Anggota Task Force X yang masih hidup kemudian dibagi lagi menjadi dua tim di akhir film.

Dengan satu kelompok memasang bahan peledak di bagian yang lebih tinggi dari penjara Jotunheim sementara yang lain turun ke perut benteng untuk pergi ke laboratorium milik the Thinker. Dibandingkan dengan menerapkan pola ‘maju-mundur’ filmnya lebih fokus pada dua poin kunci – pertama memperlihatkan perkembangan dari satu tim dan kemudian kembali melihat perkembangan tim lainnya.

Dengan timeline ‘zig-zag’ ini membuat filmnya bisa langsung pada aksinya di awal cerita, dan menampilkan sedikit proses rekrutmennya dibandingkan harus kembali memperkenalkan Task Force X kepada para penonton baru. Pada saat Amanda Waller memberikan presentasinya tentang Project Starfish kepada tim 2, para penonton sudah tertarik dan merasakan kekacauan yang akan datang.

Bagian akhir dari filmnya menghadirkan momen di mana nasib dari Ratcatcher 2 masih belum diketahui dan ketika Bloodsport muncul dengan badass. Meskipun bisa dibilang sedikit membingungkan, namun ini menjadi cara yang baru yang bisa diterapkan dalam formula film superhero.

Bagaimana Starro Tewas

Meskipun Bloodsport memperlihatkan jiwa kepemimpinannya di akhir The Suicide Squad, rencana awalnya sempat menemui hambatan ketika Starro berhasil menghajar Polka-Dot Man dan menghancurkan King Shark ke sebuah gedung. Pada akhirnya serangan terakhir terhadap Starro dilakukan dengan kerja sama antara Ratcatcher 2 dan Harley Quinn.

Sempay sekarat di awal filmnya, Javelin juga berperan dalam kematian Starro ketika Harley Quinn menggunakan senjata andalannya untuk menusuk mata Starro dan membuat titik akses masuk untuk tikus-tikus Ratcatcher 2. Saat berada di dalam bintang laut raksasa tersebut, tikus-tikus itu langsung mengunyah ujung saraf Starro dan memakan otaknya sampai Starro mati. Dengan kata-kata terakhirnya (disampaikan melalui salah satu drone manusia miliknya), Starro sangat sedih mengingat betapa indahnya melayang di angkasa dan melihat bintang-bintang.

Bloodsport Membebaskan Tim Suicide Squad Yang Masih Hidup

Meskipun Rick Flag ingin menggunakan hard drive dari Project Starfish untuk memberi tahu dunia tentang kebenaran peran Amerika dalam membawa Starro ke Bumi, Bloodsport memiliki rencana lain. Dia menggunakan benda tersebut untuk mendapatkan kembali kebebasannya, dan juga para anggota Suicide Squad lain yang masih hidup.

Setelah mengunggah konten hard drive ke server yang aman, Bloodsport memperingatkan Amanda Waller bahwa dia akan memberikan bukti-bukti tersebut kepada media, kecuali jika Amanda mau membebaskan dia dan teman-teman barunya. Serta jangan sampai ada yang dilukai. Meskipun para anggota Task Force tersebut sudah bebas, bukan berarti mereka tidak bisa lagi muncul di film sekuelnya.

Amanda Waller pernah mengatakan bahwa dia ahli dalam mengumpulkan orang-orang untuk melakukan tugas atau misi yang mereka tidak inginkan. Hanya tinggal masalah waktu bagi Waller untuk menemukan cara menggunakan mereka kembali.

Kritik Politik Dari Misi Starro

Ketika biasanya film adaptasi buku komik menghindari untuk memperlihatkan sikap politik dari Amerika, lain halnya dengan apa yang terjadi di film ini. Gunn seolah mengkritisi apa yang menjadi kebijakan luar negeri dari presiden Ronald Reagen pada saat itu, seperti mendukung aksi militer ke negara lain untuk menghancurkan kestabilan politik yang terjadi di negara tersebut.

Gunn dengan cerdas membungkus semua itu dengan adanya kemunculan Starro, dibandingkan harus secara terang-terangan mengkritisnya. Apa yang dihadirkan oleh Amanda Waller juga bisa menjadi “cerminan” dari sikap pemerintah Amerika, dan bagaimana Amerika rela melakukan apa pun dalam situasi yang mereka anggap genting bagi keamanan nasional.

Ratcatcher 2 Adalah “Inti” Dari Cerita

Meskipun The Suicide Squad merupakan film yang penuh aksi dan ledakan dan adegan mengerikan, namun ada hal menarik yang dihadirkan oleh Gunn melalui ceritanya. Melalui sosok Ratcatcher 2, Gunn mencoba menghadirkan pesan menyentuh. Ratcatcher 2 memberikan alasannya mengapa dia memilih tikus untuk menjadi anak buahnya.

Tikus adalah makhluk yang rendah, namun mereka bisa berubah menjadi makhluk yang berguna ketika mereka melakukan hal yang baik dan menjadi harapan bagi mereka yang tidak memiliki harapan. Hal ini sama seperti halnya Task Force X, yang mana para villain dianggap jahat dan mengerikan, namun mereka bisa menjadi sosok yang diandalkan ketik mereka melakukan kebaikan.

Apa Yang Terjadi Kepada Weasel?

Weasel adalah anggota Task Force X yang ternyata tidak mampu bertahan lama. Hal ini dikarenakan kesalahan tim kendali dari Amanda yang tidak memeriksa terlebih dahulu apakah dia bisa berenang atau tidak. Pusat kendali juga tidak memiliki semacam alat untuk memeriksa tanda vital pada tubuh mereka. Amanda hanya menggunakan kalur peledak dan radio untuk menghubungkan semua.

Ketika Savant menyatakan bahwa Weasel sudah tewas, Waller langsung percaya. Namun, kemudian terungkap Weasel tidak tewas. Dia kemudian kembali sadar setelah semua pertarungan selesai. Weasel sendiri tersadar di Corto Maltese, yang mana hal ini bisa menjadi ancaman bagi pemerintah Corto Maltese. Pasalnya, Weasel memiliki catatan mengerikan di mana dia sudah membunuh 27 anak-anak.

Meskipun Waller kemudian berhasil melacak keberadaan Weasel, membawanya kembali ke Belle Reve sepertinya bukan menjadi prioritas utamanya. Namun, mungkin Weasel akan menjadi bagian penting di sekuel filmnya.

Bagaimana Filmnya Menjadi Landasan Bagi Spinoff Peacemaker

John Cena akan kembali berperan sebagai Peacemaker dalam sebuah TV series yang tayang di HBO Max pada Januari 2022 mendatang, dengan judul Peacemaker. Seri yang akan memiliki delapan episode ini dibuat oleh James Gunn. Cena sendiri diketahui baru-baru ini sudah selesai melakukan proses pengambilan gambar untuk musim perdananya, di wilayah Vancouver, Kanada.

Berdasarkan sinopsisnya, seriesnya sendiri akan menghadirkan cerita tentang asal-usul dari Peacemaker, sosok yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan kedamaian. Peacemaker sendiri dibuarkan tewas setelah ditembak di leher oleh Bloodsport, namun di akhir filmnya diperlihatkan bahwa dia berhasil diselamat dari reruntuhan Jotunheim dan berhasil selamat.

Dengan Peacemaker rela melakukan apa pun demi kebebasan dan perdamaian, hal tersebut menjadi sebuah senjata yang berguna bagi Amanda Waller. Mungkin di spinoffnya nanti kita akan mengetahui apa yang menjadi alasan mengapa Peacemaker menjadi seperti sekarang. Kita nantikan saja ya Geeks kelanjutan informasi dari proyek series ini.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.