Akhirnya setelah hampir satu tahun lamanya ditunggu, film yang menjadi ujung dari kisah Infinity Saga tayang di layar lebar seluruh dunia. Avengers: Endgame. Film yang secara langsung tersambung dengan cerita Avengers: Infinity War ini diharapkan benar-benar menjadi konklusi dan jawaban dari semua pertanyaan yang ada di film-film MCU sebelumnya. Namun ada sisi yang menarik dari film ini. Endgame sepertinya ingin memperlihatkan sisi manusia dari para jagoan super yang ada, terutama di paruh pertama film berjalan.

Di sini kita bisa melihat Tony Stark yang setelah berhasil diselamatkan ke Bumi oleh Captain Marvel, menunjukkan kekecewaannya pada Steve Rogers. Dia memprotes keputusan Rogers yang memilih membelot terhadap pemerintah (Captain America: Civil War) sehingga membuat Avengers terpecah dan kehancuran masif pun tak terhindarkan akibat serangan yang dilancarkan Thanos. Selain itu Tony juga menyinggung ketidak setujuan Rogers pada proyek yang digagasnya, yaitu melindungi Bumi menggunakan pasukan robot yang ia rancang sebagai bentuk antisipasi dari serangan luar angkasa (Avengers: Age of Ultron). Kemudian entah karena kecewa pada Rogers atau karena kekalahannya oleh Thanos, Tony menarik diri dari pergaulan superhero. Dia tak mau lagi menemui teman-temannya di Avengers, dan memilih hanya ingin hidup tenang dengan keluarga kecilnya.

Dua karakter yang tak unjuk gigi saat di Infinity War pun juga mengalami hal yang sama. Bruce Banner dilandasi kekecewaannya karena tidak bisa memunculkan Hulk sehingga dia tidak dapat banyak membantu di Infinity War. Ia lantas melakukan percobaan selama 18 bulan di laboratoriumnya sampai akhirnya Hulk kembali muncul, namun kali ini sosoknya dapat melebur menjadi satu kesatuan dengan Banner. Mungkin sebelumnya, Banner merasa depresi dan merasa bahwa satu-satunya cara untuk berkontribusi nyata dengan tim Avengers adalah dengan menjadi Hulk. Sementara Clint Barton bahkan sampai menjadi seorang pembunuh jalanan peneror kota lantaran ia kehilangan seluruh anggota keluarganya.

Natasha juga tak kalah depresi. Kehilangan kabar sahabat baiknya, Clint Barton, dan menyaksikan teman-teman barunya di Avengers menjadi debu, membuat wanita yang akrab dengan nama Black Widow ini menjadi sosok yang dalam dirinya terluka. Bagaimana tidak? Avengers telah ia anggap sebagai bagian dari keluarganya sekaligus obat bagi penyembuh dari masa lalunya yang kelam. Dia seakan yang paling ingin menyelamatkan orang-orang lain. Menunggu kabar dari teman-teman yang tersisa, berkordinasi, dan diakhiri oleh tangisan yang lebih mendekati putus asa.

Tapi diantara semua karakter tadi, mungkin Thor yang sepertinya paling merasa bersalah. Memiliki kesempatan membunuh Thanos di akhir Infinity War, karena salah mengenai sasaran, dia justru menjadi karakter yang jaraknya paling dekat dengan Thanos ketika Thanos menjentikkan jarinya. Meskipun selanjutnya berhasil membunuh Thanos, tidak membuat Thor lantas bangkit, karena ternyata semua sudah terlambat dan keadaan tidak bisa diubah. Thor mengasingkan diri, lusuh, tak terurus, menjadi pemabuk dan kehilangan bentuk fisik terbaiknya.

Menarik, karena dibalik kemampuan masing-masing superhero tersebut, Marvel ingin memperlihatkan bahwa mereka juga adalah seorang manusia biasa. Mereka bisa terjatuh. Mereka bisa terluka. Mereka bisa menangis. Mereka bisa merasakan kegagalan dari usahanya. Pada dasarnya Marvel ingin menjelaskan bahwa mereka adalah kita dalam bentuk perjuangan yang berbeda. Sisi inilah sebenarnya yang tak kalah menarik dari adegan final battle Avengers: Endgame, yang menurut salah satu aktornya, Robert Downey Junior, adalah adegan terbaik sepanjang perjalanan Marvel Cinematic Universe. Melirik sisi manusia para Superhero.

 

Penulis merupakan penonton setia film Marvel bernama Febrian Hidayat.

Redaksi mengundang kamu untuk menulis. Kirimkan tulisan sepanjang 1-2 halaman Microsoft Word atau minimal 400 kata ke email redaksi@greenscene.co.id

Redaksi berhak melakukan penyuntingan atas setiap tulisan yang ditayangkan dengan tidak mengurangi atau mengubah esensinya. Tulisan akan selalu diterima sepanjang tidak menyinggung unsur SARA dan bernada hasutan/provokasi.