Memang dari judulnya saja sudah berbeda. Tapi tidaklah dipungkiri kalau The Night Comes for Us, tidak bisa lepas dari bayang-bayang film action Indonesia tersukses, The Raid (2011).

Pasalnya selain menampilkan beberapa bintang dari film arahan Gareth Evans tersebut, secara tampilan dan eksekusi, film action arahan Timo Tjahjanto (Rumah Dara, Headshot) ini memanglah terlihat hampir serupa dengan film tersebut.

Tapi itulah kata kuncinya: Hampir serupa. Alias film ini pada akhirnya tetaplah film yang berbeda dengan senior-nya tersebut. Ditambah lagi, tidak seperti The Raid yang dirilis di teater, The Night Comes for Us, dirilis di layanan tayang streaming, Netflix.

Lalu, bagaimana nih? Apakah The Night Comes for Us sama atau malah lebih keren dari The Raid?


Lebih Berdarah dan Lebih Kreatif


Kalau mau bilang lebih keren atau sama saja seperti The Raid, semuanya kembali ke selera masing-masing. Nah, kalau kami menilainya dari 2 aspek disini. Dari sisi kisah dan action. Kalau dilihat dari sisi kisah, sayangnya plot-nya terlalu standar.

Sedangkan dari sisi action, mungkin inilah film action ter-berdarah dan tersadis yang pernah diproduksi di dalam sejarah perfilman action di Indonesia. Yap. Bahkan lebih sadis dari dua film The Raid dikombinasikan.

Dari awal hingga akhir, tak terhitung berapa banyak jumlah anggota tubuh dan darah yang berceceran. Selain itu, “seni” menyakiti atau lebih jauhnya membunuh yang ditampilkan juga jauh lebih “kreatif”. Mulai di tempat penjagalan daging, lift, menggunakan anggota tubuh, pisau, dll pokoknya terlihat unik tapi di saat yang sama, tidak menghilangkan aspek gory-nya.

Tapi sayangnya menurut kami, pertarungan hand to hand terutama ekspos seni Pencak Silatnya, tidaklah sebanyak seperti yang diperlihatkan di The Raid. Untungnya, setiap ditampilkan setiap pukulan dan tendangannya terlihat dan terasa sangat sakit alias tidak tanggung-tanggung.


Plot Menarik Tapi Salah Pengeksekusian


Seperti yang dikatakan sebelumnya, sangat disayangkan bahwa unsur action yang super keren di filmnya, tidak diimbangi dengan plot yang tereksekusikan secara baik. Sekali lagi, plot kisahnya memang sangat standar.

Mantan anggota tim pelindung aktivitas Triad, The Six Seas, Ito (Joe Taslim) mengkhianati teman-teman anggotanya karena merasa sangat iba dengan anak gadis cilik bernama Reina (Asha Kenyeri Bermudez) yang mana kedua orang tuanya dibunuh oleh dirinya beserta pasukan.

Gadis cilik itu pun lalu diselamatkan oleh Ito. Dan atas tindakannya tersebut,Triad pun mengutus orang-orangnya untuk membunuh Ito. Di tengah itu, ada sahabat dekatnya Arian, (Iko Uwais) yang juga dendam dan mengincar nyawa Ito.

Standar tapi sebenarnya bisa menarik. Nah sayangnya, Timo tidak bisa memaksimalkannya secara total. Spesifiknya ia tidak bisa menggali lebih jauh keterikatan emosional antara Ito dan Arian. Memang aspek tersebut nantinya ditampilkan di babak final. Sayang dikarenakan tidak terlalu maksimal, otomatis interaksi emosional yang diperlihatkan keduanya pun menjadi kurang greget.


Performa Uwais & Taslim Yang Makin Keren!


Untungnya terlepas keterikatan emosionalnya yang kurang dalam digali, Timo sukses menutupnya dengan adegan tarung super keren antara Arian dan Ito. WOW. Setelah 7 tahun menunggu Taslim VS Uwais, akhirnya fantasi tersebut direalisasikan juga melalui film ini.

Dan sekali lagi, untungnya ketika direalisasikan, adegan pertarungan berdarah keduanya, benar-benar terlihat sangat brutal dan sangat berdarah. Keren banget. Chemistry bertarung keduanya benar-benar terlihat sangat klik.

Secara individual pun, Taslim & Uwais terlihat makin keren saja performa aktingnya terutama, Uwais. Bisa dikatakan bahwa suami vokalis cantik Audy Item ini, terus belajar dan belajar tanpa henti untuk mengasah skill akting-nya. Dan terbukti kegigihannya tersebut, terbayarkan dengan sangat manis di film ini.

 


Film Action Indonesia Terbaik Sepanjang Masa


Pada akhirnya, The Night Comes for Us bisa dikatakan tidak hanya jauh lebih baik dari dualogi hit The Raid. Film yang juga dibintangi Dian Sastrowardoyo (Ada Apa Dengan Cinta?) dan Julie Estelle (Rumah Dara) ini, juga bisa dikatakan sebagai karya action terbaik yang pernah diproduksi oleh putra bangsa.

Tak sia-sia sama sekali  seluruh ivestasi modal yang diberikan oleh Netflix ke proyek ini. Pasalnya investasi tersebut berbuah keuntungan yang sangat mengagumkan. Jadi tunggu apalagi Geeks?

Bagi kalian yang belum menyaksikan, langsung saja deh saksikan filmnya. Dijamin kalian akan suka banget. Namun bagi Geeks yang memang tidak tahan dengan tampilan darah atau daging berceceran (baca: yang sadis-sadis), sebaiknya memang skip saja filmnya ini.

TINJAUAN IKHTISAR
Storyline
Acting
Cinematography
Music Scoring
review-the-night-comes-for-usBagi kalian yang belum menyaksikan, langsung saja deh saksikan filmnya. Dijamin kalian akan suka banget. Namun bagi Geeks yang memang tidak tahan dengan tampilan darah atau daging berceceran (baca: yang sadis-sadis), sebaiknya memang skip saja filmnya ini.