Apakah Godzilla merupakan musuh atau kawan? Kebingungan inilah yang muncul di kalangan para fans dalam beberapa tahun belakangan, tentang sosok Godzilla. Godzilla terkadang digambarkan sebagai sosok pahlawan dalam beberapa film, dan di beberapa film lainnya Godzilla diperlihatkan sebagai sosok villain, meskipun dia tidak benar-benar melakukan kejahatan.

Hal inilah yang membuat banyak fans pusing. Godzilla sudah ada di jagat hiburan lebih dari 65 tahun, tapi meskipun secara penampilan kaiju ini sudah mengalami banyak perubahan tapi dari segi citra seorang “Godzilla” kaiju ini mengalami inkonsistensi. Termasuk beberapa bagian dari cerita originnya dan tujuan mengapa dia ada di cerita tersebut.

Awalnya Adalah Villain

Selama lebih dari 10 tahun sejak dia diperkenalkan di era 1950an, Godzilla selalu digambarkan sebagai sosok kaiju villain. Hal ini bisa dilihat dari empat film pertamanya: Godzilla, Godzilla Raids Again, King Kong vs. Godzilla, dan Mothra vs. Godzilla. Dalam film-film tersebut Godzilla diperlihatkan sebagai monster yang selalu mengobrak-abrik wilayah Jepang. Bahkan Jepang sendiri menganggap Godzilla sebagai ancaman terbesar.

Meskipun ketika Godzilla menghancurkan wilayah Jepang kaiju ini tidak melukai siapapun, tapi dia tetap menciptakan kehancuran kemanapun dia pergi, akibat ukurannya yang sangat besar. Dan ketika dia diserang oleh pihak militer, Godzilla akan menyerang balik dengan nafas atom (atomic breath) yang akan menghancurkan wilayah sekitarnya.

Di dua film pertamanya, manusia digambarkan sebagai pihak pahlawan, tapi dalam King Kong vs. Godzilla dan Mothra vs. Godzilla, kaiju lainnya yang justru digambarkan sebagai pahlawan atau pihak protagonis yaitu King Kong. Keganasan Godzilla kemudian diperlihatkan dalam film Mothra vs. Godzilla, dimana Mothra dibunuh oleh Godzilla.

Godzilla Sebagai Pahlawan

Baru pada dekade 1960an Godzilla kemudian digambarkan sebagai sosok Kaiju pahlawan atau pelindung bumi dan manusia. Dalam film Ghidorah, the Three-Headed Monster yang dirilis pada 1964 (dan sekuel bagi Mothra vs. Godzilla), Toho memberikan arahan baru terhadap karakter Godzilla. Kemunculan king Ghidorah, makhluk yang menyebabkan kehancuran lebih fatal dibanding Godzilla, membuat Jepang tidak memiliki pilihan untuk bertahan. Mothra tidak bisa menghancurkan Ghidorah sendirian, sehingga dia meminta bantuan Godzilla dan Rodan.

Pada awalnya, Rodan dan Godzilla tidak peduli tentang apa yang terjadi kepada bumi dan manusia. Baru setelah mereka melihat perjuangan Mothra yang luar biasa saat melawan Ghidorah, akhirnya Godzilla dan Rodan bergabung. Bersama-sama mereka kemudian mengalahkan Ghidorah dan menyelamatkan bumi. Momen ini tentunya menjadi momen transformatif bagi Godzilla, dimana Godzilla memulai sebuah “era baru”.

Selanjutnya, beberapa tahun kemudian Godzilla kemudian dikenal sebagai sosok monster atau Kaiju yang bisa diandalkan untuk melindungi bumi dan wilayah Jepang ketika ancaman tiba. Era ini juga menjadi era perubahan tone cerita Godzilla oleh Toho, dimana filmnya dibuat lebih ramah untuk anak-anak.

Hal ini bisa dilihat dalam film Godzilla vs. Megalon, Son of Godzilla, dan Godzilla’s Revenge. Citra Godzilla sebagai pahlawan hanya bertahan sampai tahun 1975 dalam film Terror of MechaGodzilla, dimana dalam filmnya Godzilla harus tewas akibat serangan Mechagodzilla.

Berubah Menjadi Sosok Anti-Hero

Ketika Toho menghidupkan kembali franchise Godzilla pada 1985 yang dimulai dengan film Return of Godzilla, kaiju ini kembali ke akarnya. Karena filmnya pada dasanya merupakan remake dari film pertama pada 1954, peran Godzilla pun sama dengan film terdahulu. Perubahan besar terjadi di film Godzilla vs. King Ghidorah yang dirilis pada 1991.

Toho merubah total citra Godzilla sebagai pahlawan dengan menghadirkan cerita dimana elemen perjalanan waktu dimasukan di filmnya. Hal itu ternyata mengubah cerita tentang Godzilla dan akhirnya merubah sikap dan perilaku kaiju tersebut. Godzilla yang awalnya tidak pernah melukai manusia, justru membunuh orang yang tidak berdosa.

Citra ini kemudian kembali diperlihatkan dalam film Godzilla vs. Mothra, dimana Mothra dan musuh abadinya, Battra, sampai harus menyingkirkan perbedaan mereka demi melindungi bumi dari serangan Godzilla. Dua film terakhir di era 1990an, tetap menghadirkan kontinuitas yang sama hanya saja peran yang dijalankan Godzilla sedikit berbeda.

Dia bukan lagi digambarkan sebagai antagonis, melainkan protagonis. Meskipun dia bukan pahlawan seperti yang kita ketahui, Godzilla tetap menjadi harapan terakhir bagi Jepang untuk bertahan dari serangan SpaceGodzilla dan Destoroyah. Dalam film Godzilla vs. Destoroyah, kita diperlihatkan sisi lain dari seorang Godzilla dimana dia mengorbankan dirinya demi menyelamatkan sang anak.

Kemudian setelah kegagalan film Godzilla pada 1998 yang merupakan adaptasi Hollywood, dan kembali mengubah citra Godzilla, membuat Toho kembali membuat film Godzilla pada era 2000an. Dengan sebuah Millenium series, film-film tersebut menggunakan Godzilla sebagai protagonis maupun antagonis. Contohnya dia menjadi pahlawan di film Godzilla 2000 tapi kemudian menjadi musuh bagi kaum manusia dalam film Godzilla Againts Mechagodzilla.

Di film Godzilla, Mothra, and King Ghidorah: Giant Monsters All-Out Attack, Godzilla benar-benar melawan “arus” dari apa yang digambarkan oleh franchisenya saat ini. Untuk pertama kalinya dalam sejarah franchisenya, Godzilla benar-benar berubah menjadi sosok monster pembawa kehancuran dan kesedihan.

MonsterVerse Kembali Merubah Godzilla

Godzilla di era modern coba kembali dirubah citranya oleh Legendary Pictures, melalui MonsterVerse. Film Godzilla yang dirilis pada 2014 memperlihatkan kita bahwa Godzilla merupakan makhluk raksasa kuno yang muncul untuk menjaga keseimbangan alam. Sama seperti para Titan lainnya di MonsterVerse, Godzilla merupakan sebuah kekuatan alam yang memiliki tujuan untuk menjaga monster lainnya agar tidak berbuat kekacauan.

Hal ini tentunya sangat kontras dengan sosok Godzilla yang diperlihatkan dalam film Godzilla vs. Mothra, dimana justru dia adalah ancaman bagi alam itu sendiri. Godzilla versi Legendary Pictures bisa dikatakan merupakan perpaduan dari versi 1960an dan juga versi 1990an. Kecuali, untuk versi modern ini Godzilla memiliki alasan kuat untuk melindungi bumi dari serangan Ghidorah atau M.U.T.O. lainnya.

Inti dari pembahasannya adalah tidak mudah untuk menjawab pertanyaan apakah Godzilla merupakan karakter villain, atau protagonis. Karena, semua peran pernah Godzilla mainkan. Tergantung dari film mana kita melihat sosok Godzilla tersebut. Mungkin akan lebih “aman” jika Godzilla disebut sebagai anti-hero karena peran tersebut yang tetap konsisten. Tapi, jika berbicara mengenai Godzilla versi Legendary Pictures, tentunya Godzilla adalah sosok pahlawan. Apakah penggambaran sosok Godzilla oleh Legendary ini kemudian akan mempengaruhi film Godzilla produksi Toho selanjutnya? Masih harus kita tunggu.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.