Series One-Punch Man memiliki berbagai karakter yang “mengejutkan” dan unik, seperti Zombieman, Pig God, Black Sperm, dan masih banyak lainnya. Namun, ada 2 karakter yang sempat menimbulkan kontroversi di kalangan para fans, khususnya para fans di barat. One-Punch Man berasal dari webcomic yang dikerjakan oleh ONE. Namun, seiring popularitas yang semakin tinggi OPM kini juga sudah mendapatkan perhatian para fans internasional (di luar Jepang).

Dalam inti cerita dari One-Punch Man, terdapat dua asosiasi yang menaungi baik pahlawan maupun monster yaitu asosisasi pahlawan dan asosiasi monster. Masing-masing asosiasi diisi oleh berbagai karakter mulai dari yang normal, paling kuat, paling lemah, sampai yang paling gila sekalipun. Contohnya seperti yang sudah disebutkan di atas, yaitu Black Sperm yang sesuai dengan namanya dia mampu berkembang biak menjadi banyak dan Pig God, yang mampu menelan apapun.

Namun, diantara banyaknya karakter yang unik terdapat dua karakter yang mengundang kontroversi di kalangan para fans internasional. Pertama adalah Puri-Puri Prisoner dan kedua adalah Superalloy Darkshine. Kedua karakter ini dianggap memberikan sebuah stereotip yang buruk terhadap dua hal, yaitu suka terhadap sesama jenis dan stereotip terhadap ras khususnya kulit hitam.

Puri-Puri Prisoner digambarkan sebagai sosok berbadan besar, penuh otot dan maskulin, dan bisa kapan saja kabur dari penjara jika dia mau. Tapi, dia lebih memilih untuk tetap berada di penjara karena dia senang memiliki “teman” dari sesama rekan-rekannya di penjara. Banyak yang menduga jika “hubungan” yang dilakukan oleh Puri terhadap tahanan lainnya bersifat paksaan, demi memenuhi hasratnya.

Beberapa orang juga beralasan bahwa Puri-Puri Prisoner merupakan sosok karakter yang terlalu berlebihan dalam menghadirkan persona seorang penyuka sesama jenis di dalam penjara, dan juga disebut-sebut kurang mewakili sosok penyuka sesama jenis. Oleh karena itulah, tidak ada representasi yang mendekati nyata dari sosok Puri dan hanya terkesan dipaksakan.

Masalah ini juga sama terjadi kepada karakter Superalloy Darkshine. Dalam cerita anime, memang banyak judul yang menghadirkan karakter berkulit hitam namun untuk Superalloy banyak yang mengira jika karakternya merupakan bentuk stereorip dari orang-orang berwajah hitam di masa lalu. Masalah ini semakin mendapatkan sorotan ketika musim kedua OPM tayang tahun lalu, dan para fans internasional kurang begitu senang dengan sosok Superalloy Darkshine (atau “Blackluster”). Mereka menganggap desain karakternya terlalu offensive dibandingkan versi manganya.

Permalasahan tentang rasial dan stereotip ini sebenarnya tidak hanya dialami oleh OPM saja, tapi anime secara keseluruhan. Contohnya adalah karakter Bon Clay di cerita One Piece atau Mr. Popo dalam cerita Dragon Ball Z. Hal ini tentunya sangat disayangkan, ketika seharusnya anime bisa memberikan sesuatu yang berbeda dengan tidak menampilkan berbagai hal berbau ras atau menggambarkan karakter penyukai sesama jenis secara berlebihan.

Sebenarnya akar dari permasalahan ini adalah perbedaan kultur yang dianut antara Jepang dan negara barat. Contohnya adalah mereka tidak peduli ketika ada aktor Hollywood memerankan karakter karakter Asia (Death Note atau Ghost in the Shell). Hal ini berbeda dengan para fans di barat, yang menganggap hal tersebut sebagai whitewashing dan permasalahan ini menjadi salah satu masalah besar di Hollywood.

Jepang juga tidak memiliki keberagaman ras di negaranya (meskipun ada juga yang tinggal dan menetap atau kuliah dan bekerja disana), berbeda dengan kondisi di Amerika Eropa atau bahkan Indonesia yang memiliki keberagaman. Perbedaan pemahaman tentang kebudayaan tentunya tidak bisa dijadikan tameng atau alasan untuk menghadirkan karakter yang menyerang bagi sebagian pihak, apalagi anime sekarang sudah dinikmati oleh fans di luar Jepang.

Memang perlu waktu dan pemahaman dari para kreator manga ataupun anime terkait masalah ini, namun bukan berarti industri anime, seperti OPM, tidak bisa berkembang. Mudah-mudahan saja di masa depan tidak ada lagi permasalahan yang sama muncul di judul anime lainnya.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.