Dalam dekade terakhir, Phil Lord dan Chris Miller telah diakui sebagai penulis, sutradara, dan produser yang hebat. Keduanya berada dibalik film animasi yang disukai oleh penonton seperti Cloudy With a Chance of Meatballs dan franchise Lego Movie yang menghasilkan miliaran dolar. Duo ini juga berhasil dalam film live-action seperti 21 dan 22 Jump Street, meskipun mereka juga pernah dipecat saat mengembangkan film prekuel Star Wars, Solo.

Nah “mahakarya” garapan Lord dan Miller, Spider-Man: Into the Spider-Verse yang berhasil memenangkan Oscar menetapkan standar baru untuk industri animasi, dengan menggabungkan elemen-elemen komik klasik, psikedelia, dan artstyle menarik. Kesuksesan yang sama juga terjadi dalam sekuel Spider-Man: Into the Spider-Verse berjudul Spider-Man: Across the Spider-Verse yang baru-baru ini dirilis Sony, di mana film tersebut sangat sukses secara finansial. Bahkan Spider-Man: Across the Spider-Verse mendapat pujian dalam segala aspek. Tetapi dibalik kemegahan franchise Spider-Verse, kabar yang kurang mengenakan.

Menurut orang-orang yang bekerja pada Across the Spider-Verse milik Sony, membuat film tersebut bukanlah hal yang menyenangkan. Beberapa anggota kru Across the Spider-Verse (mulai dari artist hingga eksekutif produser yang telah bekerja antara lima hingga dua belas tahun di industri animasi) mengatakan bahwa proses pembuatan proyek Sony senilai 150 juta dolar ini sangat melelahkan.

Revisi yang tak henti-hentinya membuat sekitar 100 artist meninggalkan proyek film tersebut, sebelum selesai. Empat kru yang setuju untuk diwawancarai (menggunakan nama samaran) berbicara tentang upaya untuk menyelesaikan film tersebut setelah tiga tahun pengembangan dan produksinya. Selama pembuatannya, mereka menggangap pekerjaan itu sangat “hectic” dan melelahkan, yang disebabkan oleh gaya manajemen Lord – terutama ketidakmampuannya untuk mengonseptualisasikan animasi 3D dalam tahap perencanaan awal dan kecenderungannya untuk mengedit pekerjaan yang sudah sepenuhnya dirender.

Meskipun perubahan besar sering terjadi dalam film animasi (film Pixar dapat memakan waktu antara empat hingga tujuh tahun untuk merancang, menganimasikan, dan merender), perubahan-perubahan tersebut biasanya terjadi pada tahap awal pengembangan dan perencanaan cerita.

Namun, kru Across the Spider-Verse mengatakan bahwa mereka diminta untuk melakukan perubahan pada adegan animasinya yang sudah disetujui sebelumnya, sehingga membuat tumpukan pekerjaan menjadi menumpuk di berbagai departemen. Dan hal tersebut dianggap tidak manusiawi oleh para pekerja. Sekarang kiita mengetahui bahwa ada proses yang sangat sulit dilakukan untuk menyelesaikan film tersebut.

Restu
https://www.greenscene.co.id/author/restuprawira/