Meskipun memiliki ongkos produksi yang mahal beberapa film blockbuster ini diketahui memiliki efek visual atau CGI yang sangat buruk. Efek visual bisa menjadi elemen pembeda dari sebuah film, selain dari sisi cerita dan elemen lainnya. Ini juga merupakan salah satu hal yang penting dalam produksi film. Film dengan efek visual yang menarik dan sempurna tentunya akan menjadi film yang banyak diminati.

Namun, hal berbeda tentunya akan dirasakan dengan film yang memiliki efek visual yang bisa dikatakan buruk. Bisa dipastikan bahwa filmnya akan kurang laku di pasaran. Terdapat beberapa contoh nyata dari berbagai film dengan ongkos produksi yang mahal, namun efek visual atau CGI yang dihasilkan sangatlah buruk. Hasilnya, banyak kritik pedas yang kemudian dihadirkan terhadap film tersebut.

The Lawnmower Man – 1992

Salah satu film mahal pertama dengan CGI yang buruk adalah The Lawnmower Man yang rilis pada 1992 dan disutradarai oleh Brett Leonard. Filmnya sendiri merupakan sebuah adaptasi dari buku karya Stephen King dengan judul yang sama. Alur cerita yang dihadirkan di filmnya memiliki perbedaan yang sangat jauh dari versi aslinya. Ceritanya sendiri berfokus pada seorang tukang kebun dengan disabilitas bernama Jobe Smith.

Jobe kemudian menjadi subyek penelitian bagi seorang dokter yang bereksperimen dengan virtual reality dan juga obat-obatan psikoaktif. Filmnya berusaha untuk menghadirkan sebuah dunia di mana teknologi begitu maju. Namun, yang justru hadir di filmnya malah sebaliknya. Elemen horror dan drama di film tersebut seolah hilang akibat CGI yang benar-benar buruk.

The Mummy Returns – 2001

Film mahal dengan kualitas CGI buruk selanjutnya adalah sekuel dari film blockbuster The Mummy, yaitu The Mummy Returns. Penampilan Brendan Fraser di film pertama The Mummy benar-benar luar biasa, yang membuat pihak studio kemudian memberikan lampu hijau untuk membuat sekuelnya. Sayangnya, sekuel dari filmnya ini justru kurang begitu laku di pasaran.

Bahkan, yang lebih buruk lagi adalah filmnya justru menghadirkan CGI yang dianggap mengerikan. CGI dari sosok Dwayne Johnson sebagai Scorpion King atau Raja Kalajengking dianggap sebagai salah satu CGI terburuk yang pernah muncul di sejarah perfilman. Dalam adegannya, Raja Kalajengking ini diperlihatkan setengah manusia dan setengah kalajengking yang mana justru hasilnya sangat mengerikan.

Scooby-Doo – 2002

Scooby-Doo merupakan salah satu franchise populer yang diproduksi oleh William Hannah dan Joseph Barbera. Bahkan, sosok Scooby-Doo juga bukan hanya menjadi sebuah brand yang sangat kuat, melainkan juga sudah menjadi wajah bagi pihak studio. Jadi, bukan hal yang mengejutkan jika kemudian mereka berencana untuk membuat versi live-action di layar lebar.

Sayangnya, film tersebut tidak sesuai yang diharapkan. Seluruh efek visual atau CGI yang ditampilkan di filmnya dianggap benar-benar sangat kacau. Meskipun konsep filmnya adalah menggabungkan antara CGI dan adegan nyata, namun dari apa yang dihadirkan di filmnya banyak penonton yang bingung apakah yang ditampilkan di filmnya merupakan photorealistis atau sekedar kartun biasa.

Hulk – 2003

Meskipun teknologi CGI di awal era tahun 2000an belum begitu sempurna, tapi banyak yang menganggap bahwa film Jurassic Park yang dirilis pada era 1990an jauh lebih baik dari film Hulk karya Ang Lee. Filmnya sendiri memang sukses dalam beberapa hal, seperti bagaimana pihak studio mampu melakukan rendering untuk wajah Hulk – meskipun wajah yang digunakan bukanlah wajah sang karakter utama, Eric Bana.

Tapi, kritikan pedas pun muncul terkait CGI untuk bagian lain terutama bagian tubuh Hulk dirasa kurang sempurna. Ada yang menganggap bahwa efek visual Hulk berasal dari seri animasi yang kemudian diubah sedemikian rupa untuk muncul di versi live-action. Namun, untungnya Marvel Studios kemudian memberikan perubahan besar terhadap CGI dari Hulk di Marvel Cinematic Universe.

Sekuel The Matrix – 2003

Meskipun Neo, Morpheus, dan Trinity adalah tiga karakter utama dalam franchise The Matrix, banyak juga yang berpendapat bahwa penampilan dari Hugo Weaving sebagai Agent Smith yang justru membuat franchise tersebut “sempurna”. Dengan kualitas akting yang baik, karakternya yang mengerikan, dan bagaimana cara Smith berdialog menjadikan karakternya sangat ikonik.

Sayangnya, meskipun penampilan Hugo Weaving sebagai Agent Smith sudah sempurna, efek visual yang diterapkan kepada karakter ini justru tidak sempurna. Kurang sempurnanya efek visual ini juga menjadi salah satu penyebab sekuel The Matrix gagal di pasaran, terlepas dari ongkos produksi film yang mahal dan juga alur cerita yang dianggap kurang menarik.

Harry Potter And The Order Of The Phoenix – 2007

Ternyata untuk sebuah franchise yang besar yang ditangani oleh studio yang besar seperti Warner Bros., juga dengan sumber daya manusia dan dana yang tidak terbatas, terkadang franchise Harry Potter juga mengalami masalah dengan efek visual atau CGI yang muncul di film mereka. Contohnya adalah film Harry Potter and The Order of the Phoenix. Apa yang kemudian jadi permasalahan CGI di film ini?

Salah satu momen yang dianggap fatal yang ditampilkan di film tersebut adalah bagaimana sosok Grawp ditampilkan di filmnya. Efek visual atau CGI yang dihadirkan untuk menggambarkan sosok Grawp dianggap kurang sempurna. Karakternya dianggap mengerikan dan akibat hal ini para fans menganggap justru nasib dari Gwarp semakin menderita.

Green Lantern – 2011

Green Lantern adalah film superhero mahal lainnya yang hampir seluruh proses produksinya memanfaatkan teknologi CGI. Bagaimana efek visual atau CGI yang dihadirkan dalam film tersebut, terutama pada bagian kostum dari Green Lantern yang digunakan oleh Ryan Reynolds dianggap sebagai salah satu hal buruk di filmnya. Bahkan, banyak fans menganggap jika Ryan Reynolds adalah karakter dari game dan bukan aktor.

Bentuk fisik dari efek CGI yang dihasilkan benar-benar tidak proporsional. Sehingga, banyak penonton menganggap jika karakter tersebut bukan manusia. Berbagai karakter pendukung di filmnya juga dihadirkan dari proses CGI. Film superhero ini benar-benar dianggap sebagai mimpi buruk, bahkan Ryan Reynolds sendiri mengaku kurang puas dengan film yang dia bintagi ini.

The Amazing Spider-Man 2 – 2014

Sudah bukan rahasia lagi, jika film The Amazing Spider-Man dan sekuelnya banyak menuai kritik. Mulai dari pemilihan cast, cerita, bahkan sampai efek visual atau CGI yang ditampilkan di filmnya. Filmnya memang berhasil menghadirkan sosok karakter villain yang jarang muncul di layar lebar. Tapi, sayangnya, penampilan mereka di film tersebut dianggap kurang sempurna.

Dan yang paling buruk adalah bagaimana CGI yang digunakan kepada sosok Electro, musuh Spidey di film keduanya benar-benar dianggap mengerikan. Jamie Foxx awalnya berusaha untuk bisa menghidupkan karakternya agar sesuai dengan versi komik. Tapi, sepertinya usaha tersebut gagal, dan justru membuat Electro tampak buruk karena hasil CGI yang tak mulus. Namun, hal ini berbeda ketika kemudian Electro hadir di film Spider-Man: No Way Home.

Justice League – 2017

Sedari awal proses produksi filmnya Justice League memang sudah mengalami banyak masalah. Mereka harus mengalami perbedaan sisi kreatif yang membuat Zack Snyder memutuskan untuk mundur dan kemudian digantikan oleh Joss Whedon. Hasilnya, alur cerita yang dihadirkan pun berubah total. Kondisi ini diperburuk dengan kualitas CGI yang dihadirkan meskipun film ini, padahal ongkos produksinya sangat mahal.

Beberapa momen yang muncul di film Justice League yang dianggap memiliki CGI buruk adalah ketika Superman beradu lari dengan The Flash di akhir filmnya. Adegan tersebut dianggap terlalu buram alias tidak terlalu jelas. Namun, yang paling epik dan jadi momen paling kontroversial adalah bagaimana kumis dari Henry Cavill yang dihilangkan menggunakan CGI yang hasilnya benar-benar buruk.

Cats – 2019

Cats adalah salah satu film yang paling kontroversial dalam sejarah perfilman Hollywood. Baik kritikus film atau pun penonton benar-benar menghadirkan nilai yang sangat buruk bagi film ini. Salah satu alasan terbesarnya adalah visual yang dihadirkan benar-benar buruk dan mengerikan. Film mahal ini merupakan adaptasi live-action dari sebuah pertunjukan broadway di mana mereka coba menghidupkan para karakternya dengan menggabungkan CGI manusia dan kucing.

Sayangnya, hal tersebut dianggap sangat mengerikan oleh hampir semua kalangan. Film mahal dengan kualitas CGI buruk ini bahkan dianggap sebagai sebuah proyek yang belum selesai yang dipaksa untuk bisa segera tayang di bioskop. Beberapa nama besar diketahui menjadi bagian dari film ini, misalnya penyanyi pop Taylor Swift yang jadi salah satu karakter utama.

Meskipun ongkos produksi yang dikeluarkan untuk membuat sebuah film sudah sangat besar, nyatanya tidak semua dari proyek tersebut berhasil menghadirkan sebuah efek visual yang memuaskan. Justru yang terjadi adalah CGI tersebut memperburuk filmnya yang pada akhirnya membuat film tersebut gagal di pasaran.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.