Terlahir dari ras ksatria yang gemar bertarung, yaitu Saiyan, tidak mengherankan apabila Goku merupakan sosok yang kuat. Karakter utama dari seri manga anime klasik, Dragon Ball, ini merupakan sosok yang sangat ikonik dari dunia anime dan manga. Tidak ada yang tidak mengenal sosok pelindung bumi ini, mengingat banyaknya Goku terlibat dalam berbagai judul seri dan film di franchisenya.

Selama ini, para fans lebih banyak mengenal karakter ini dengan sebutan Goku atau Son Goku. Padahal, Goku sebenarnya memiliki nama sendiri yang menunjukan indetitasnya sebagai seorang Saiyan yaitu Kakarot. Kakarot merupakan nama pemberian dari Bardock, ayah dari Goku, berdasarkan dari apa yang muncul dalam ceritanya.

Hal tersebut wajar mengingat Akira Toriyama sendiri lebih sering menghadirkan nama Goku dibandingkan Kakarot dalam ceritanya. Hampir semua karakter, baik villain atau pun sekutu, memanggil nama Kakarot dengan Goku. Hanya Vegeta yang tetap memanggil Goku dengan nama Saiyan miliknya. Goku sendiri merupakan nama pemberian dari kakek Gohan ketika dia menemukan Kakarot terdampar di bumi.

Kakarot Bukan Nama Asli Goku di Dragon Ball

Meskipun nama Saiyan dari Goku adalah Kakarot, namun mungkin tidak banyak orang tahu bahwa Goku benar-benar memiliki nama “asli” yang sebelumnya sudah Akira Toriyama siapkan. Bahkan, mungkin sebagian besar dari fans Dragon Ball pun akan terkejut saat mengetahui siapa nama asli atau nama sebenarnya dari Goku.

Sebenarnya, nama asli Kakarot/Goku adalah Sun Wukong. Hal ini berdasarkan informasi yang ada di buku guidebook Dragon Ball, Daizenshuu 2. Dalam wawancara dengan Akira Toriyama, sang mangaka menjelaskan bahwa dalam draft asli untuk seri Dragon Ball dia sudah menyiapkan nama untuk Goku. Namanya tidak lain adalah Sun Wukong.

Toriyama menggambarkan sosok Goku sebagai bocah kera dalam bentuk  yang sebenarnya. Namun, pada draft kedua Toriyama kemudian memberikan perubahan desain Goku dengan memberikan pakaian pelaut. Sosoknya digambarkan sedang mengendarai sebuah kendaraan dan bukannya awan kinton yang kita kenal sekarang. Perubahan final kemudian Toriyama berikan pada draft yang ketiga.

Untuk desain pada draft ketiga ini Akira Toriyama menggabungkan desain Goku sebagai bocah kera dan juga bocah biasa. Hasilnya adalah sosok Goku yang kemudian kita kenal sekarang. Berdasarkan informasinya, Toriyama sengaja menggabungkan kedua desain sebelumnya agar bisa tetap sama dengan sumber aslinya yaitu novel Journey to the West.

Selain dari segi cerita dan desain karakter Goku, novel ini juga yang menjadi insipirasi Akira Toriyama untuk kemudian memberikan nama Son Goku. Nama Son Goku sendiri sebenarnya adalah terjemahan langsung dari nama karakter Sun Wukong dalam bahasa Jepang. Jadi, sebenarnya, Sun Goku bisa berarti adalah Sun Wukong. Dan koneksi antara Goku dan Wukong tidak hanya itu.

Koneksi Goku dan Sun Wukong

Koneksi kedua karakter ini pun ada kaitannya dalam hal kemampuan bela diri serta petualangan yang mereka alami. Dalam cerita di novel aslinya, seorang rahib Buddha bernama TangSangzang mendapatkan perintah untuk pergi berpetualang menuju India demi mendapatkan gulungan Buddha. Dalam perjalannya, sang rahib bertemu banyak orang-orang yang mencoba menghentikannya.

Sebagian orang tersebut justru kemudian menjadi sekutu yang sangat berguna untuk memperlancar petualangannya. Salah satu dari sekutu tersebut tidak lain adalah Sun Wukong. Nama Sun Wukong sendiri memberikan gambaran mengenai perjalannya untuk mencari pencerahan. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

BACA JUGA: One Piece: Luffy Dianggap Penjahat?

Sun Wukong, yang mana merupakan Son Goku, dapat diterjemahkan sebagai “enlightened to emptiness” atau “cahaya terang bagi kekosongan.” Bisa juga orang-orang mengartikannya sebagai “aware of the void” atau “kewaspadaan terhadap kegelapan.” Hal ini sesuai dengan apa yang Goku perlihatkan dalam cerita di seri Dragon Ball Super, di mana saat ini Goku berada di level tinggi dari penguasaan teknik Ultra Instinct.

Dalam chapter 63 kemarin, Merus nampak mengorbankan dirinya untuk membuat Moro tidak bisa lagi melakukan teknik andalannya. Kematiannya kemudian menjadi pemicu utama dari peningkatan level Ultra Instinct dari Goku. Peningkatan ini bukan karena rasa kehilangan, sedih, atau marah. Goku sudah mulai belajar untuk mengendalikan perasaannya.

Dengan Ultra Instinct memerlukan pikiran yang jernih dan tenang, Goku berusaha untuk tidak melibatkan berbagai perasaan atau pikiran agar dia bisa bergerak dengan baik. Hal inilah yang kemudian membuat Goku menjadi “cahaya” bagi “kekosongan.” Dengan level yang lebih tinggi dari Ultra Instinct masih harus Goku raih, kemungkinan besar petualangannya untuk menjadi “cahaya” masih akan terus berlanjut. Kita nantikan saja kelanjutan ceritanya pada chapter yang akan datang ya Geeks!

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.