Chapter 1002 benar-benar menampilkan sebuah ajang adu level kekuatan yang sudah menjadi “ciri khas” dari sebuah pertarungan dalam genre Shounen, dimana mereka yang kuatlah yang menang. Semua serangan Gamma Knife milik Law, Advanced Haki Luffy, Enma Zoro, dan Sonic Scythe dari Killer mendemonstrasikan bagaimana Oda membangun pertarungan berdasarkan kemampuan unik yang mereka miliki,

Namun, pertarungan ini juga menghadirkan sesuatu yang lain selain pertarungan stereotip manga bergenre Shounen, dimana para karakter utama akan membangkitkan kekuatan terbesar dalam dirinya dan mengalahkan musuhnya, atau melakukan latihan berat sebelum menghadapi musuh. Formula ini sebenarnya tidak salah dan juga tidak buru. Hanya saja, jika terlalu sering dipakai, maka akan membuat para pembaca atau para fans bosan.

Lagipula, One Piece bukan hanya sekedar level kekuatan. One Piece bukanlah Dragon Ball. Ada satu hal yang mungkin luput dari perhatian Geeks semua, dimana dalam pertarungan melawan Kaido level kekuatan bukan menjadi satu-satunya penentu kemenangan. Bagaimana mereka bisa menentukan serangan yang tepat dan efektif menjadi cara lain untuk menghadapi musuh yang jauh lebih kuat.

Worstgen.alwaysdata.net

Inilah alasan mengapa Red Scabbards mampu menyerang Kaido dan para Worst Generation mampu melukai Kaido, seperti diperlihatkan di chapter 1002. Kaido sendiri dalam dialognya mengatakan bahwa mereka mampu “menangkis/melakukan serangan balasan” dengan baik. Jadi, pertarungan kali ini bukan hanya sekedar masalah level kekuatan melainkan menentukan teknik yang tepat untuk melukai lawan yang lebih kuat.

Ini juga alasan mengapa Brook bisa memotong Zeus dan Nami bisa melukai Big Mom yang lemah. Mereka memiliki teknik atau serangan yang tepat untuk menghadapi Big Mom. Ini juga alasan mengapa Luffy bisa dikalahkan oleh Caesar Clown. Caesar menyerang Luffy dengan serangan kejutan, yang mana hal itu sangat efektif untuk mengalahkan Luffy.

Luffy kalah dari Apoo pun menjadi bukti lain dari hal tersebut. Luffy tidak pernah tahu bagaimana menghadapi kekuatan Apoo. Luffy juga tidak pernah tahu sekuat apa kekuatan Apoo, sehingga mereka harus terluka cukup parah. Baru setelah Drake memberitahu cara menghadapi Apoo, Luffy dan Zoro akhirnya mampu menghindari serangan tersebut.

Sering kali para fans terjebak atau terlalu fokus pada level kekuatan seseorang atau karakter, padahal selama ini pertarungan dalam cerita One Piece selalu memakai “skema” tersebut. Sebagian fans beranggapan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari “plot.” Namun, seperti disebutkan diatas bahwa formula level kekuatan pun tidak salah diaplikasikan dalam cerita.

Twitter.com

Oda juga sering kali mempraktikannya, contohnya ketika Zoro bertarung melawan Killer. Oda Sensei memang sangat senang untuk mempermainkan asumsi para fans, membuat masing-masing fans memiliki argumen dan pemikirannya sendiri. Adegan Zoro menggunakan teknik Hiryukaen menjadi bukti lainnya. Pertama, Big Mom dan Kaido dengan jelas menggunakan Observation Haki dan bisa merasakan bahwa ada Haki Oden di sekitarnya.

Big Mom juga bisa merasakan bahwa pedang yang digunakan oleh Zoro saat menggunakan teknik Hiryu Kaen bukanlah pedang biasa, dan meminta Kaido untuk menghindar. Hasil dari serangan Zoro tersebut harus diakui sangat luar biasa. Biasanya, hal epik seperti serangan Zoro tersebut disimpan di akhir arc. Hal ini memberikan petunjuk bahwa ada hal yang jauh lebih gila lagi yang sudah dipersiapkan Oda Sensei.

Bahkan, Zoro diperlihatkan baru menggunakan satu pedang dan belum benar-benar bisa mengendalikan Enma. Tentunya tidak terbayangkan bagaimana jika Zoro menggunakan ketiga pedangnya, dan Enma sudah berhasil dikuasai sepenuhnya.

Momen dimana Luffy tahan terhadap serangan listrik Big Mom membuktikan lagi bahwa level kekuatan tidak ada kaitannya dengan kemampuan bertarung yang unik. Karena dengan kata lain ini adalah pertarungan adu taktik, kita mungkin akan melihat bagaimana para Worst Generation lainnya akan mencari cara untuk bisa menyerang secara efektif dan menahan serangan mereka dengan baik.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.