Dalam sebuah proses produksi film ternyata ada deretan film yang harus kehabisan dana dan memutar otak agar filmnya tetap berjalan. Menganggarkan dana produksi sudah sejak lama menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam pembuatan sebuah film atau TV series. Pasalnya, ada berbagai hal dalam proses produksi tersebut yang membutuhkan dana tidak sedikti.

Misalnya, penundaan proses shooting, menyewa sebuah tempat yang mahal, atau bahkan membayar upah dari para kru. Dana produksi ini sering kali menjadi masalah dan jadi sumber perselisihan antara pihak pembuata film dan produser. Yang menarik adalah nyatanya ada beberapa film yang harus kehabisan dana saat proses produksi masih berlangsung. Apa saja?

The Untouchables

Contoh film pertama yang harus kehabisan dana saat proses produksi masih berlangsung adalah The Untouchables. Film yang diproduksi pada 1987 ini harus membayar uang tambahan sebesar 170.000 Dollar Amerika. Dana tersebut digunakan untuk menyewa tiga kamar tipe suite di Al Capone. Tetapi, yang jadi masalah kemudian adalah dana sebesar itu nyatanya dihabiskan hanya untuk membuat tiga menit adegan dalam filmnya.

film kehabisan dana

Dengan dana produksi yang membengkak, hampir saja membuat proses produksi film ini batal. Sang sutradara, Brian De Palma, terpaksa harus mencari ide kreatif demi bisa melanjutkan proses produksi. Namun, yang menariknya adalah adegan yang justru De Palma lakukan secara sederhana memberikan pengaruh besar terhadap industri perfilman.

Cutthroat Island

Salah satu film yang harus mengalami banyak masalah dalam proses produksinya di era 90an. Contoh masalah besar dalam proses produksinya adalah Michael Douglas memutuskan mundur dari perannya di momen terakhir produksi. Oliver Reed harus dipecat oleh pihak studios. Renny Harlin, sang sutradara, akhirnya melakukan castng ulang dengan memilih Matthew Modine sebagai bintang utama.

Yang juga menjadi masalah lainnya adalah Renny Harlin harus mengeluarkan dana sebesar 1 juta Dollar Amerika dari kantongnya sendiri untuk membangun kembali set yang sudah ada. Dengan total dana produksi yang keluar mencapai 90 juta Dollar Amerika, film ini justru hanya mendapatkan 10 juta Dollar Amerika. Hal ini membuat Cutthroat Island jadi film yang paling merugi dalam sejarah.

Monty Python And the Holy Grail

Sudah bukan hal asing jika proses produksi dari berbagai proyek film Monty Phyton sulit untuk mendapatkan dana. Untuk pembuatan film ini pun sang komedian bahkan harus meminta tolong kepada rekannya yang merupakan personil dari band Led Zeppelin dan Pink Floyd. Karena dana yang dia miliki sedikit, pada akhirnya dana tersebut habis di tengah jalan.

Ketika Monty Phyton tidak mampu melakukan adegan dengan skala besar, dia kemudian merubah skrip filmnya. Di akhir filmnya, muncul adegan kocak di mana polisi datang ke lokasi shooting dan menghentikan semua proses produksinya. Mereka berupaya untuk melakukan investigasi seorang sejarawan terkenal yang muncul di awal cerita. Semua orang akhirnya ditangkap dan filmnya pun selesai.

Super Mario Bros.

Jika film animasi Super Mario Bros. yang kemarin tayang jadi film animasi yang sukses, lain halnya dengan film Super Mario bros. yang muncul di era dekade 1990an. Berbagai masalah produksi film ini sudah muncul sejak awal. Dan yang paling fenomenal adalah bagaimana para petinggi dan tim kreatif filmnya justru saling berbeda pandangan terkait filmnya.

film kehabisan dana

Menurut Bob Hoskins, pemeran Mario, proses shooting film ini jadi yang paling buruk yang pernah dia lakukan. Semua hal yang terjadi di set benar-benar menjadi sebuah mimpi buruk. Film ini pun menghabiskan banyak sekali dana, terutama dalam proses pasca-produksi. Akibatnya, banyak efek visual di film tersebut yang tidak jadi muncul atau kurang maksimal.

Star Trek V: The Final Frontier

William Shatner merupakan bintang sekaligus sutradara dari film ini. Namun, Shatner sepertinya harus mengalami banyak kendala saat produksi. Mulai dari anggaran produksi yang kurang, penulisan naskah skrip yang tidak sinkron, protes para penulis, dan bahkan anggaran dana untuk kostum pun harus mengalami masalah. Pada akhirnya, film ini memang berhasil diproduksi meskipun ada banyak hal yang akhirnya harus dia batalkan. Shatner juga melakukan berbaagai upaya agar semuanya efektif, seperti efek visual yang tidak terlalu mewah.

The Adventures of Baron Munchausen

Sosok sutradara Terry Gilliam terkenal sebagai sutradara yang banyak mengeluarkan dana saat produksi sebuah film. Hal ini karena concept art yang dia suguhkan serta skala ceritanya sering kali sangat besar. The Adventures of Baron Munchausen adalah salah satunya, di mana pengeluaran terbesar dari film ini adalah membangun set film. Karena dananya habis, Terry Gilliam harus menggunakan cara kreatif seperti menggunakan kardus untuk menghadirkan suasana seperti halnya dalam pertunjukan kabaret atau teater. Dan hasilnya film ini gagal di pasaran.

Kill Bill: Vol. 2

Nama Quentin Tarantino memang terkenal karena keunikan setiap film yang dia hadirkan. Kill Bill adalah salah satunya. Film yang penuh dengan adegan aksi dan kekerasan ini jadi salah satu film ikonik dan sukses dalam sejarah Hollywood. Dan hal tersebut membuat Tarantino akhirnya menghadirkan sekuelnya, Kill Bill: Vol 2. Namun, ada banyak masalah yang muncul terutama dalam hal budget.

Sebenarnya di akhir filmnya Tarantino berencana untuk menghadirkan pertarungan antara The Bride dan Bill. Namun, karena ada masalah dana yang tidak terduga akhirnya rencana tersebut Tarantino batalkan. Atas saran dari Harvey Weinstein, Tarantino akhirnya merubah naskah yang ada dan juga adegan yang melibatkan kedua karakter. namun, sebagian beranggapan cerita akhir ini kurang maksimal.

Birdman

film kehabisan dana

Menggunakan kota New York, terutama Times Square, untuk sebuah produksi film membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dan hal ini juga yang Alejandro Innaritu rasakan dalam proses produksi Birdman, di mana dia tidak mampu membayar kru untuk melakukan proses shooting di New York. Akhirnya, dia pun menggunakan cara lain di mana Innaritu mempersiapkan sebua kamera sambil menunggu Michael Keaton keluar dari ruangan teater. Dengan mengelilingi Times Square sambil mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitar momen ini jadi sesuatu yang epik dan jarang terjadi di era sekarang.

Malcolm X

Dalam proses pembutan film Malcolm X, Spike Lee benar-benar membutuhkan dana yang sangat besar. Bahkan, dana yang Spike Lee butuhkan untuk film ini jauh lebih besar dari beberapa filmnya yang lain. Tahu bahwa film ini sangat penting apalagi menghadirkan sejarah dari sosok berpengaruh di Amerika, Lee kemudian rela menggunakan gajinya sebesar 2 juta dollar untuk melanjutkan proses produksi.

film kehabisan dana

Namun, nyatanya hal tersebut tetap tidak mencukup biaya produksinya. Akhirnya, Spike Lee meminta bantuan kepada Oprah Winfrey, Michael Jordan, dan Magic Johnson untuk mendanai proses pasca produksi filmnya. Hasilnya, Spike Lee berhasil menghadirkan sebuah gebrakan baru dari ceritanya yang membuat film ini jadi salah satu film kontroversial.

Rocky

Film yang kehabisan dana saat proses produksi yang terakahir adalah Rocky. Rocky merupakan salah satu series film yang berhasil melambungkan nama Sylvester Stallone selain juga film Rambo. Namun, ada fakta menarik terkait filmnya. Sebelum proses produksi filmnya mulai, Sly sempat bersitegan dengan pihak United Artists. Mereka ingin film ini menghadirkan bintang besar untuk jadi pemeran utamanya. Namun, Sly sendiri bersikukuh bahwa dia yang harus jadi pemeran utamanya.

Hal ini membuat ongkos produksi filmnya harus dipotong cukup besar. Dan saat produksinya, Sly harus menghadapi berbagai tantangan seperti celana tinjunya yang tidak pas dan jubah yang dia kenakan terlalu besar. Meskipun harus menghadapi tantangan besar, namun Rocky sendiri berhasil mendapatkan kesuksesan yang luar biasa.

Bermasalah dalam hal dana produksi memang jadi sesuatu yang mengerikan bagi para pembuat film. Mereka harus memaksimalkan dana yang ada meskipun pada kenyataanya sering kali ada dana pengeluaran yang tidak terduga. Dan beberapa film di atas jadi contoh bagaimana dana mereka harus habis saat proses produksi masih berlangsung.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.