John Henry

Terry Crews di film thriller dan menjadi sosok vigilante dengan bersenjatakan palu martil? Memang secara prospek film John Henry bisa sangat bagus, tapi nyatanya film ini dianggap sebagai film gagal dalam berbagai hal. Mulai dari penulisan yang kacau, kurangnya arahan, dan penampilan yang kurang sempurna.

Sutradara sekaligus penulis, Will Forbes, ingin membuat film ini menjadi “penerus” bagi film-film Tarantino. Tapi, film ini bahkan tidak cukup kekerasan dan tidak cukup kreatif untuk kemudian bisa disebut sebagai penerus Tarantino. Terry Crews benar-benar bekerja keras dalam film ini, dan beruntung penampilan kocak dari Ludacris cukup membantu filmnya.

London Fields

Dilihat dari daftar cast – seperti Jason Isaacs, Amber Heard, dan Cara Delevinge, bahkan Johny Depp – film London Fields mungkin terlihat meyakinkan.  Tapi, nyatanya film ini merupakan film adaptasi dari novel karya Martin Amis yang dirilis pada 1989. Novelnya sendiri banyak mendapatkan kritikan sehingga mengadaptasinya merupakan sebuah kesalahan besar.

Meskipun awalnya dijadwalkan akan tayang pada acara TIFF 2015, pada akhirnya film ini ditarik setelah sutradara Matthew Cullen menuntut pihak produser dengan kasus penipuan, karena dianggap tidak membayar gajinya dan juga mereka memotong filmnya tidak sesuai yang dia inginkan. Amber Heard juga kemudian dituntut oleh pihak produser sebanyak USD 10 juta karena dianggap mengubah isi naskah skrip dan tidak menjalankan tugasnya untuk alih suara. Heard kemudian menuntut balik karena melanggar kesepakatan kontrak untuk hal memperlihatkan badan (nudity).

10 Minutes Gone

Lagi-lagi film gagal dengan dibintangi artis papan atas Hollywood. Nama Bruce Willis dan Michael Chirkis sebenarnya merupakan magnet untuk film ini agar ditonton oleh banyak orang. Tapi, nyatanya film ini justru dianggap sebagai film yang buruk dan mengecewakan. Willis sendiri berperan sebagai seorang bos kriminal bernama Rex, dan Chirkis berperan sebagai bawahan dari Rex yaitu Frank Sullivan.

Film ini memperlihatkan bagaimana Willis tidak mengeluarkan seluruh kemampuan aktingnya, dan screen time di film ini pun sangat jarang. Bahkan, sebagian besar adegan yang melibatkan Willis diambil di dalam ruangan. Hampir tidak ada hal positif yang bisa disampaikan dari film yang dianggap membosankan ini. Semuanya benar-benar rata.

Gotti

Tidak ada film di dalam daftar ini yang seaneh dan seburuk film yang dibintangi oleh John Travolta, Gotti. Film ini merupakan film biopik dari seorang mafia legendaris New York, John Gotti. Film ini bahkan mendapatkan 55 ulasan negatif di situs Rotten Tomattoes. Dari satu adegan ke adegan lainnya, film ini dipenuhi oleh kebosanan dan cenderung lucu.

John Travolta memang benar-benar berusaha untuk film ini, tapi sayangnya usahanya tersebut berjalan ke arah yang salah. Film Gotti seakan-akan mengubah figur yang dulu disegani dan ditakuti di New York menjadi figur yang cenderung komedik. Penampilan John Travolta sebagai Gotti dianggap sebagai sebuah parodi. Para pembuat film sendiri mencoba untuk membela diri dengan “menyerang” mereka yang mengkritik, tapi pada kenyataannya film ini memang sangat buruk. Film ini bahkan masuk enam nominasi Razzle Awards (ajang untuk film terburuk).

The Murder of Nicole Brown Simpson

Film ini mengangkat kisah dari kasus pembunuhan mantan istri dari artis O.J. Simpson yang terjadi pada 1994 silam. Disutradarai oleh Daniel Farrands, film ini berani menawarkan sebuah “teori” tentang siapa yang menjadi pelaku utamanya, yang tidak lain adalah sang mantan suami, O.J. Simpsons.  Tapi, apa yang ditampilkan dalam film semata-mata hanya teori dari sang pembuat film.

Mena Suvari yang memerankan karakter utama di film ini benar-benar sangat berjuang keras untuk bisa memerankan karakter ini, belum lagi beberapa nama lainnya yang juga harus berusaha keras dengan karakter mereka. The Murder of Nicole Brown Simpson mendapatkan nilai 1.7/10, yang menjadikan film ini salah satu yang paling buruk dalam sejarah Rotten Tomattoes.

1
2
Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.