Home MOVIE MOVIE FEATURES 10 Film Blockbuster Yang Gunakan Teknologi De-Aging!

10 Film Blockbuster Yang Gunakan Teknologi De-Aging!

Salah satu bukti kemajuan teknologi di dunia film adalah de-aging dan ada beberapa film yang gunakan teknologi tersebut dalam alur ceritanya. Perkembangan teknologi khususnya di dunia film sudah sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Teknologi di dunia film yang paling terasa muncul dalam hal visual. Salah satu kemajuan teknologi di dunia film adalah de-aging atau teknologi yang membuat sosok karakter nampak jauh lebih muda. Ada beberapa film yang gunakan teknologi de-aging. Apa saja?

10 Gemini Man

Film yang gunakan teknologi de-aging yang pertama adalah Gemini Man. Bisa dibilang, ini adalah film yang paling populer dan paling apik dalam penggunaan teknologi de-aging tersebut. Gemini Man sendiri bercerita tentang seorang pembunuh bayaran yang sudah beranjak tua yang diperankan oleh Will Smith. Setelah dia memutuskan untuk pensiun pasca kejadian sebelumnya, Henry Brogan pun mencoba untuk hidup damai.

Namun, yang terjadi justru dia harus menghadapi sosok penjahat yang berusaha mengancam nyawanya. Yang lebih mengerikan lagi adalah ternyata sosok yang mendapatkan tugas untuk menghabisi nyawa Henry memiliki wajah yang sangat mirip dengannya. Ternyata diketahui jika sosok tersebut merupakan kloning dari Henry. Dalam film ini, kita meihat bagaimana Will Smith tua harus menghadapi kloningnya yang lebih muda.

Dengan menggunakan CGI dan teknologi de-aging, Will Smith pun bisa kembali muda dan bertemu dengan dirinya. Dari segi teknis pembuatan film, Gemini Man menggabungkan 3D, sinematografi dengan tangkapan layar per detik yang tinggi (High Frame Rate), dan CGI untuk menciptakan Will Smith muda. Penggunaan tangkapan layar tinggi atau HFR (kabarnya menggunakan sampai 120 frame per detik) dalam sebuah adegan aksi di film ini membuat feel dari adegan tersebut terasa begitu nyata.

9 The Irishman

Salah satu film baru yang juga tidak mau ketinggalan dalam penggunaan teknologi de-aging. Salah satu film original terbaik Netflix yang banyak dinantikan perilisannya di tahun 2019 kemarin. The Irishman merupakan film bertema gangster dan mafia garapan sang maestro, Martin Scorsese. Film ini menghadirkan kembali berbagai nama-nama klasik Hollywood seperti Robert De Niro, Al Pacino, Joe Pesci, dan Harvey Keitel.

Dengan durasi film The Irishman yang mencapai 3,5 jam, para fans benar-benar dimanjakan dengan kualitas akting luar biasa dari para aktor. The Irishman menjadi film bergenre gangster lain yang diproduksi oleh Scorsese. Dalam film ini, De Niro nampak lebih muda berkat teknologi de-aging. Dalam ceritanya, dia berperan sebagai sosok mafia yang bekerja untuk sang pemimpin yaitu Jimmy Hoffa.

Penggunaan teknologi de-aging ini membuat De Niro nampak 10-20 tahun lebih muda dari usia aslinya. Meskipun penggunaan teknologi digital, seperti de-aging, sempat mengundang kritik dari para fans, namun sebagian lainnya tidak mempermasalahkan hal tersebut dan menganggap keseluruhan filmnya luar biasa. Di sisi lain, penggunaan de-aging ini pun masih berada dalam tahapan yang wajar.

8 The Hobbit: Desolation Of Smaug

Sebenarnya, banyak fans yang tidak setuju bagaimana kemudian novel The Hobbit dihadirkan dalam sebuah trilogi film. Namun, yang terjadi hal tersebut tetap muncul di mana triloginya sendiri hadir sejak 2012 hingga 2014. Karena dalam ceritanya sendiri tidak banyak hal yang bisa digali, Peter Jackson kemudian memutuskan untuk menghadirkan berbagai karakter lain seperti Legolas.

Karakter yang diperankan oleh Orlando Bloom ini muncul dalam seluruh trilogi filmnya. Kemunculan sosok Legolas ini menjadi salah satu hal orisinal yang Peter Jackson munculkan di filmnya. Pasalnya, Legolas sama sekali tidak muncul di novelnya. Namun, karena Orlando Bloom bertambah usianya, sedangkan para elf tidak bertambah tua, akhirnya mereka menggunakan bantuan digital.

Teknologi de-aging pun akhirnya digunakan untuk membuat Legolas nampak muda. Meskipun penggunaan teknologi de-aging ini tidak buruk, namun tidak sedikit para fans yang merasa bahwa efek visual yang digunakan tersebut terasa aneh. Akibatnya, penampilan dari karakter Legoas sendiri kurang begitu apik jika dibandingkan dengan kemunculannya di trilogi Lord of the Rings.

7 Teminator: Genisys

Film Terminator Genisys merupakan film di franchise Terminator yang banyak menerima kritikan negatif dari para fans. Namun, satu hal yang “menyelamatkan” film tersebut adalah kemunculan Arnold Schwarzenegger di film tersebut. Dalam film tersebut, Arnold berperan sebagai robot Terminator yang baru yaitu T-3000. Terminator model T-3000 merupakan sesuatu yang baru di filmnya.

Terminator model terbaru tersebut diciptakan setelah Skynet terinfeksi oleh John Connor dari realita lain. Kemampuannya tentunya jauh diatas Terminator lainnya, bahkan model T-1000 yang memiliki kemampuan berubah bentuk, kemampuan untuk meregenerasi, dan juga kemampuan mengadopsi perilaku lainnya. Yang menarik adalah Arnold nampak lebih muda dalam film tersebut.

Filmnya sendiri menghadirkan momen yang mirip dengan adegan di Gemini Man, di mana Arnold versi tua harus berhadapan dengan versi muda. Dan untuk menghadirkan versi muda dari Arnold filmnya kemudian menggunakaj teknologi de-aging yang mana sayangnya hal itu tidak berjalan dengan baik. Teknologi de-aging tersebut nampak aneh dan kurang menarik.

6 The Curious Case Of Benjamin Button

Teknologi de-aging memang menjadi salah satu kunci utama dalam proses produksi film The Curious Case Of Benjamin Button. Jika kemudian efek visual ini tidak sesuai dengan harapan maka, filmnya bisa dipastikan gagal. The Curious Case Of Benjamin Button sendiri bercerita tentang seorang pria yang mengalami kejadian aneh. Usianya tidak bertambah melainkan berkurang alias mundur.

Brad Pitt menjadi aktor utama dari film ini dam teknologi de-aging pun kemudian mereka gunakan terhadap karakternya. Hal tersebut mereka lakukan untuk memberikan kesan nyata dari karakternya yang justru bertambah muda serta menjadi momen untuk menghadirkan berbagai fase kehidupan dalam hidupnya. Penggunaan teknologi de-aging ini sendiri sebenarnya merupakan hal yang ambisius dari filmnya.

Daripada memilih opsi untuk melakukan recast atau mencari aktor yang muda, mereka justru lebih memilih menggunakan teknologi efek visual. Namun, harus diakui jika teknologi visual pada tahun itu memang belum sedahsyat sekarang. Penggunaan de-aging dari sosok Brad Pitt begitu terasa dan cukup membuat karakternya sedikit aneh. Namun, secara keseluruhan filmnya sangat luar biasa.

5 Captain America: Civil War

Pada 2016 Marvel Studios merilis film Captain America: Civil War. Dalam salah satu adegan kita melihat bagaimana Robert Downey Jr. menggunakan teknologi de-aging untuk berperan sebagai sosok Tony Stark muda. Adegan tersebut muncul ketika Tony Stark memperkenalkan teknologi Binarily Augmented Retro-Framing (B.A.R.F.) yaitu sebuah teknologi yang mampu menciptakan ilusi dari kenangan yang tersimpan di otak seseorang yang membantu menghilangkan rasa sakit, sedih, atau duka.

Teknologi tersebut diperkenalkan oleh Tony Stark ketika dia menjadi pembicara utama di kampus M.I.T, yang mana dia menunjukan teknologi tersebut dengan menghadirkan momen atau kenangan interaksi terakhirnya dengan kedua orangtua Stark, Howard dan Maria Stark, sebelum mereka dihabisi oleh Winter Soldier pada 1992. Bisa dibilang, ini merupakan salah satu penggunaan teknologi de-aging yang cukup luar biasa.

Pasalnya, usia dari Tony Stark dan juga RDJ dalam filmnya benar-benar sangat terpaut jauh dari apa yang muncul dalam ceritanya. Rasanya semua fans bisa merasakan bagaimana perbedaan yang kontras dari usia Tony Stark yang muncul dalam B.A.R.F. dan sosok Tony Stark dalam cerita filmnya. Meskipun begitu, efek visualnya sendiri tidak terlalau berlebihan.

4 Captain Marvel

Film besutan Marvel Studios lainnya yang menggunakan teknologi de-aging. Captain Marvel merupakan film di MCU yang keseluruhan filmnya mengandalkan teknologi de-aging, berbeda dengan film-film lainnya yang menggunakan teknologi tersebut hanya untuk momen flashback. Di film Captain Marvel kita melihat versi muda dari sosok Nick Fury dan juga Phil Coulson.

Keduanya nampak 25 tahun lebih muda dari usia karakternya. Dengan setting di dekade 1990an, filmnya menghadirkan kisah bagaimana Carol Danvers bisa mendapatkan kekuatan supernya dan kemudian berevolusi menjadi sosok pahlawan, setelah sebelumnya dia menjadi bagian dari kelompok elit pasukan Kree, Starforce. Di film ini juga diperlihatkan bagaimana Nick Fury mendapatkan ide untuk membentuk Avengers.

Samuel L. Jackson sendiri berusia 71 tahun saat filmnya rilis di tahun 2019. Namun, saat itu, dia harus berperan sebagai sosok Nick Fury yang berusia 40 tahun. Captain Marvel bisa menjadi contoh nyata bagaimana penggunaan teknologi de-aging di filmnya sangat berjalan dengan baik dan hasilnya pun luar biasa. Hal ini bisa dilihat dari kualitas de-aging dari kedua karakter tersebut di filmnya yang nampak meyakinkan.

3 Rogue One: A Star Wars Story

Rogue One: A Star Wars Story merupakan film yang menjadi bagian dari franchise Star Wars. Disutradarai oleh Gareth Edwards, film ini adalah cerita spinoff yang terjadi sebelum peristiwa Star Wars: Episode IV – A New Hope. Ceritanya sendiri berfokus pada kelompok pemberontak yang berusaha mencuri rancangan Death Star, senjata super yang sangat kuat yang dibangun oleh pihak Imperial.

Jyn Erso, putri seorang ilmuwan yang terlibat dalam pembangunan Death Star, direkrut oleh pihak Rebel Alliance untuk menemukan dan membawa rencana Death Star kepada mereka. Dia bekerja sama dengan timnya, seperti Cassian Andor, K-2SO (robot Imperial yang diprogram ulang dan diisi suara oleh Alan Tudyk), dan sejumlah karakter lainnya. Ada satu hal menarik yang kemudian muncul dalam film ini.

Rogue One menjadi film yang menghadirkan banyak karakter baru sekaligus juga karakter lama. Salah satunya adalah kemunculan kembali sosok Princess Leia yang muncul di akhir filmnya. Sayangnya, penggunaan teknologi de-aging dari film ini terutama untuk menghadirkan kembali sosok Princess Leia muda nampaknya kurang maksimal. Hal ini membuat karakternya justru seolah tempelan alias tidak nyata.

2 Blade Runner 2049

Blade Runner 2049 dirilis pada tanggal 6 Oktober 2017 dan disutradarai oleh Denis Villeneuve, yang sebelumnya dikenal atas karyanya dalam film-film seperti Arrival dan Sicario. Filmnya sendiri merupakan sekuel dari film Blade Runner yang rilis tahun 1982. Ryan Gosling memerankan peran utama sebagai Agent K, sementara Harrison Ford kembali memerankan karakter Rick Deckard dari film pertama Blade Runner.

Blade Runner 2049 mengambil setting tiga puluh tahun setelah peristiwa film pertama dan mengikuti cerita dari sososk Agent K, seorang replicant – android yang diciptakan mirip dengan manusia – yang bekerja sebagai Blade Runner untuk LAPD. Agent K melakukan penyelidikan tentang misteri yang terjadi di tengah masyarakat yang dapat mengubah dunia yang telah hancur akibat perang dan perubahan iklim.

Saat menjalankan misinya, K mengungkap rahasia yang telah lama tersembunyi dan bertemu dengan Rick Deckard, seorang mantan Blade Runner yang telah menghilang selama tiga puluh tahun. Selain Deckard, yang juga nampak kembali muda di film ini adalah Rachael yang merupaka love interest dari Deckard. Kedua bintang ini nampak lebih muda setelah penggunaan teknologi de-aging. Namun, kualitas de-aging filmnya sendiri dianggap kurang maksimal.

1 Indiana Jones and the Dial of Destiny

Film blockbuster yang gunakan teknologi de-aging yang terakhir adalah Indiana Jones and the Dial of Destiny. Film kelima dari franchise Indiana Jones ini kembali memperlihatkan Harrison Ford sebagai Indiana Jones, yang mana dalam film ini Indy nampak lebih muda. Salah satu elemen yang menarik dari film Indiana Jones and the Dial of Destiny adalah kemunculan dari sosok Indiana Jones muda.

Dalam film ini, kita akan melihat bagaimana sosok Indy puluhan tahun lalu ketika dia berhasil menyusup di kelompok Nazi. Hal tersebut terjadi setelah dia mengetahui jika pihak Nazi berencana menghadirkan kekacauan besar. Kemunculan Indiana Jones muda ini bisa terwujud berkat teknologi komputer serta pencahayaan. Sayangnya, hal tersebut tidak bisa membantu menaikan popularitas dan kesuksesan dari filmnya.

Dilansir Forbes, Disney dilaporkan mengalami kerugian sebesar 134,2 juta Dollar akibat Indiana Jones and the Dial of Destiny. Kerugian itu terjadi akibat anggaran yang sangat besar untuk sekuel ini, dengan biaya tambahan dari pasca produksinya sebesar 79 juta Dollar Amerika, yang membuat anggaran total keseluruhannya menjadi 387,2 juta Doilar Amerika. Penggunaan de-aging sendiri dianggap sebagai salah satu penyebab gagalnya film ini.

Film blockbuster Hollywood tidak akan ragu untuk memaksimalkan berbagai teknologi yang ada untuk menciptakan sebuah film yang sempurna. Teknologi tersebut juga digunakan untuk menghadirkan hal yang sebelumnya tidak ada, seperti kemunculan sosok karakter. Namun, memang tidak semua penggunaan teknologi de-aging bisa berjalan baik.

Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.
Exit mobile version