Banyak penggemar One Piece masih penasaran, apa sebenarnya kekuatan yang dimiliki oleh Im—penguasa rahasia yang berada di puncak dunia. Namun jika kita memperhatikan lebih dalam, Eiichiro Oda sepertinya sudah memberikan banyak petunjuk sejak lama. Salah satunya lewat Big Mom. Bagaimana maksudnya? Simak artikel ini selengkapnya untuk penjelasan yang lebih dalam Geeks!
Im dan Big Mom: Dua Sisi Kekuatan yang Berbeda
Sekilas, Im dan Big Mom tampak sangat berbeda. Tapi jika kita lihat lebih dalam, ada banyak kemiripan antara keduanya. Big Mom memiliki kekuatan buah iblis Soru Soru no Mi, yang memungkinkannya memanipulasi jiwa dan memberikan jiwa kepada benda mati. Sedangkan Im, menurut teori, punya kekuatan yang justru berkebalikan: ia tidak memberi jiwa, tetapi mengambil kehidupan.
Big Mom memerintah Totland dan menagih “pajak jiwa” dari penduduknya. Im, menurut dugaan, memberikan kekuatan kepada orang lain dengan imbalan nyawa mereka. Keduanya mengendalikan orang lain, tapi dengan cara yang berbeda. Big Mom menggunakan rasa takut, sementara Im menggunakan kendali penuh atas hidup dan mati orang-orang di sekitarnya.
Ada juga kesamaan dalam aspek pribadi mereka. Big Mom selalu membawa foto Mother Carmel, sosok penting dalam hidupnya. Im pun terlihat menyimpan foto Nefertari Lily, yang diduga punya peran besar dalam masa lalunya. Keduanya terikat pada sosok dari masa lalu yang memengaruhi jalan hidup dan pandangan mereka.
Big Mom membangun keluarganya lewat pernikahan dan anak-anak. Im justru membangun kekuasaannya dengan memberi kekuatan kepada pihak-pihak elit seperti Gorosei dan Holy Knights. Para pengikut Im tidak terikat darah, tetapi terikat kontrak kekuatan—dan mungkin juga kematian. Mereka menjadi pelayan yang tidak bisa lepas dari kendali Im.
Jika teori ini benar, maka Im adalah kebalikan dari Big Mom. Jika Big Mom memberi hidup kepada benda mati, maka Im memberikan kekuatan dengan mengambil nyawa. Orang-orang yang menerima kekuatan dari Im mungkin mendapatkan keabadian atau kekuatan luar biasa, tetapi mereka kehilangan kebebasan untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Ke Halaman 2
