Home MOVIE MOVIE FEATURES 10 Film Dengan Multi Genre!

10 Film Dengan Multi Genre!

Dalam industri perfilman Hollywood modern terdapat beberapa judul film yang termasuk dalam multi genre atau lebih dari satu genre. Film umumnya memiliki genre untuk memudahkan para penonton menentukan selera mereka. Dan biasanya, film tersebut termasuk dalam salah satu genre seperti komedi, horor, aksi, fiksi ilmiah, dan sebagainya. Namun, di era modern ini ada beberapa film yang termasuk multi genre. Berikut adalah film terbaik multi genre.

10 Everything Everywhere All At Once

Film terbaik multi genre yang pertama adalah Everything Everywhere All At Once. Ini merupakan film terbaik multi genre yang baru saja rilis pada 2022 kemarin. Selain itu, film ini juga dianggap sebagai film yang berhasil menghadirkan alur cerita yang orisinal, bahkan dianggap sebagai salah satu film yang sangat kreatif di industri perfilman Hollywood. Premis filmnya sendiri cukup unik dan menarik.

Fokus utama ceritanya adalah sosok imigran China Amerika bernama Evelyn. Dia diperlihatkan harus mengalami petualangan epik di sebuah multiverse. Evelyn sengaja melakukan hal tersebut untuk menghentikan versi lain dari sang putri yang berencana untuk menghancurkan seluruh dunia. Meskipun konsep Multiverse sudah banyak muncul di film superhero atau fiksi ilmiah, namun film ini menghadirkan sesuatu yang berbeda.

Everything Everywhere All At Once berhasil memenangkan kategori Best Picture dalam ajang Oscar. Dan film ini pun menjadi momen bagi Michelle Yeoh untuk mendapatkan piala bergengsi tersebut untuk pertama kalinya. Filmnya benar-benar menyajikan sesuatu yang baru dan berbeda yang bisa dinikmati oleh para pecinta film. Everything Everywhere All At Once juga masuk genre Coming Of Age Drama, fiksi ilmiah, aksi, fantasi, dan komedi.

9 Pan’s Labyrnth

Pan’s Labyrnth merupakan sebuah film epik karya sutradara kawakan Guillermo del Toro. Dan dalam sejarahnya, del Toro memang terkenal senang untuk menghadirkan sebuah film yang menggabungkan berbagai genre. Pan’s Labyrnth merupakan contoh nyata dari proyek ambisius sang sutradara. Banyak yang beranggapan jika film ini mungkin tidak akan jadi film epik jika dikerjakan sutradara lain.

Bersetting di masa pasca perang Saudara di Spanyol, Ofelia muda mengikuti jejak ibunya untuk pindah dan tinggal di rumah baru ayah tirinya. Namun, Ofelia justru merasa kesepian dan hilang ketika berada di sana. Namun, kemudian dia secara tidak sengaja terjebak di sebuah dunia fantasi yang sangat indah yang berbanding terbalik dengan situasi ketika momen peperangan terjadi.

Di sana, Ofelia merasakan kedamaian dan juga ketenangan, sesuatu yang sangat dia dan ibunya rindukan. Dan ironisnya, dunia fantasi tersebut seolah jadi tempat pelarian bagi kehidupan mengerikan yang mereka jalani. Pan’s Labyrnth, meskipun menghadirkan elemen fantasi, namun menghadirkan perbedaan yang signifikan dengan cerita-cerita lainnya yang mana wajar jika film ini masuk salah satu multi genre terbaik.

8 Three Flavors Cornetto

Nama Edgar Wright dikenal sebagai sosok sutrara yang sering menggabungkan berbagai genre dalam proyek filmnya, sama seperti del Toro. Contoh nyata dari hal ini adalah Scott Pilgrim vs the World. Namun, karya dari Wright yang sangat populer dan masuk film multi genre terbaik tidak lain adalah Three Flavors Cornetto. Ini merupakan sebutan bagi tiga film garapan Wright yang saling terkoneksi.

Tiga film tersebut adalah Shaun of the Dead, Hot Fuzz, dan The World’s End. Untuk film Shaun of the Dead, Edgar Wright menggabungkan antara film horor zombie dengan film komedi romansa. Sementara, Hot Fuzz menghadirkan film komedi yang digabungkan dengan elemen film aksi ala Michael Bay. Bahkan, bisa dibilang, film ini jadi yang paling laris dan paling laku dari ketiganya.

Sementara itu, The world’s end merupakan sebuah film komedi yang cukup aneh di mana di akhir filmnya kita diperlihatkan sebuah pertarungan menghadapi alien yang datang ke bumi. Meskipun film trilogi atau sekuel adalah hal yang lumrah, namun rasanya jarang ada pembuat film yang menghadirkan konsep unik seperti Edgar Wright di mana masing-masing film memiliki multi genre sendiri.

7 Who Framed Roger Rabbit

Nama Robert Zemeckis mungkin lebih terkenal sebagai sosok sutradara dari film fiksi ilmiah fenomenal, Back to the Future. Namun, di industri film sendiri sosok Zemeckis jadi salah satu pionir yang ikut mengembangkan teknologi perfilman dengan menggabungkan animasi dengan live action. Hal ini terjadi dalam proyek filmnya yang berjudul Who Framed Roger Rabbit.

Film Who Framed Roger Rabbit merupakan salah satu film awal besutan Warner Bros. yang menghadirkan gabungan antara animasi dan live action. Ceritanya sendiri cukup simpel, di mana karakter kartun Roger Rabbit dituduh sebagai pelaku sebuah pembunuhan. Kecurigaan kemudian muncul terhadap istri dari Roger, Jessica, ketika Eddie Valiant yang merupakan seorang detektif swasta mengetahui jika Jessica berselingkuh dengan karakter kartun lain.

Meskipun rilis di tahun 1988 dan teknologi film saat itu masih belum maju seperti sekarang, namun film Who Framed Roger Rabbit dianggap sebagai contoh epik penggabungan multi genre yang sangat apik. Kesuksesan film ini bahkan kemudian ditirukan oleh film sensasional lainnya, Space Jam, pada era 1990an dan kemudian Tom and Jerry di tahun 2021.

6 Colossal

Film Colossal mungkin asing di telinga Geeks semua. Hal ini wajar karena film tersebut memang bisa dibilang kurang begitu populer dan bahkan banyak yang tidak menyadari jika ada film ini sedang diproduksi. Colossal meruakan fim yang masuk genre fiksi ilmiah, melodrama, dan kaiju. Geeks mungkin bingung dengan genre tersebut, namun pada kenyataanya memang ada monster kaiju yang muncul dalam cerita.

Colossal sendiri bercerita tentang sosok Gloria, seorang wanita penggemar pesta yang dipaksa untuk pergi meninggalkan kota New York yang besar dan kembali ke daerah asalnya. ketika terdapat laporan yang menyebutkan jika ada kehancuran besar di wilayah Seoul akibat sosok kaiju atau monster, dia pun perlahan sadar bahwa kaiju tersebut terkoneksi dengan sosoknya.

Anne Hathaway dan Jason Sudeikis merupakan dua bintang yang jadi protagonis utama dalam filmnya. Mereka merupakan sosok individu yang menggunakan sebuah totem kaiju di wilayah lain di dunia yang bisa menirukan berbagai gerakan mereka. Disutradarai dan ditulis oleh pembuat film asal Spanyol, Nacho Vigalondo, film ini mungkin cukup aneh dan membingungkan bagi sebagian penonton. Di situs rating film, IMDb, sendiri film ini mendapatkan nilai 6,2/10.

5 Cloud Atlas

Cloud Atlas adalah sebuah film multi genre lainnya di mana ada banyak sekali nama besar Hollywood yang bermain di filmnya. Berbagai nama populer Hollywwood tersebut diantaranya Tom Hanks, Halle Berry, Jim Sturgess, Hugo Weaving, Hugh Grant, Ben Whishaw, dan masih banyak lagi. Dibutuhkan biaya sebesar 150 juta Dollar Amerika untuk membuat film ini.

Meskipun begitu, ada alasan mengapa film ini memiliki banyak sekali bintang besar dalam ceritanya. Cloud Atlas merupakan film adaptasi dari novel karya David Mitchell, di mana dalam ceritanya ada berbagai plot yang terjadi selama enam era atau enam masa. Karena menghadirkan cerita yang berbeda, timeline dan plotnya pun bisa dibilang sering berpindah-pindah satu sama lain sampai semua ceritanya selesai.

Disutradarai oleh Wachowski bersaudara, Cloud Atlas merupakan film yang masuk genre fiksi ilmiah, komedi, drama, dan juga horor. Film-film garapan Wachowski bersaudara, seperti Cloud Atlas, mungkin memang tidak bisa diterima oleh semua kalangan. Namun, rasanya tidak ada salahnya untuk menyaksikan film Cloud Atlas yang menghadirkan berbagai genre cerita.

4 Beau Is Afraid

Nama Ari Aster saat ini sedang berada di puncak kejayaanya dengan menjadi sutradara bagi beberapa judul film horor modern. Contohnya adalah Hereditary dan juga Midsommar. Namun, Ari kemudian menghadirkan sesuatu yang berbeda dengan genre horor tersebut di film ketiganya yaitu Beau is Afraid. Selain menghadirkan elemen film horor, Ari Ester juga menghadirkan elemen film komedi, fantasi, dan juga melodrama.

Filmnya sendiri berkisah tentang sosok pria bernama Beau Wasserman, yang mengalami banyak nasib buruk dalam hidupnya terlepas dari dia merupakan putra seorang pengusaha kaya raya. Beau sendiri merupakan sosok yang kikuk dan pendiam serta paranoid. Dan hal ini pun semakin menjadi-jadi ketika dia berusaha untuk pulang ke rumah dan memperingati kematian ayahnya.

Banyak kejadian yang unik yang terjadi pasca Beau kehilangan kunci rumahnya sebelum dia berangkat pulang. Mulai dari ibunya yang dikabarkan meninggal dunia hingga mengalami momen di mana dia disidang oleh sang ibu. Banyak yang bertanya apakah semua ceritanya tersebut benar terjadi atau merupakan khayalan serta rasa takut dari Beau itu sendiri.

3 Tropic Thunder

Salah satu contoh epik lainnya film dengan multi genre. Disutradara dan dibintangi oleh Ben Stiller, Tropic Thunder bercerita tentang sekelompok aktor yang mencoba untuk membuat film tentang perang Vietnam. Para aktor tersebut kemudian berubah menjadi tentara “sungguhan” seiring berjalannya cerita. Selain Ben Stiller, film komedi ini juga menghadirkan akting yang apik dari Robert Downey, Jr. dan tentunya Tom Cruise.

Tropic Thunder merupakan salah satu film komedi yang cukup fenomenal di akhir era 2000an. Selain itu, Tropic Thunder jugaa jadi film salah satu film komedi paling kontroversial karena beberapa hal. Misalnya, yang pertama adalah banyak pihak yang menganggap film ini mengangkat sisi kelam dari Hollywood. Kedua, bagaimana RDJ mengubah warna kulitnya menjadi hitam dianggap menyinggung kaum kulit hitam.

Komedi, satir, aksi, dan drama, adalah beberapa genre yang Ben Stiller hadirkan di film ini. Banyak yang bahkan beranggapan jika film Tropic Thunder hampir menyentuh atau menghadirkan semua genre film. Meskipun hingga sekarang Tropic Thunder tekenal sebagai salah satu film komedi populer dan berpengaruh, di sisi lain film ini juga masih sering jadi perbincangan para fans.

2 Personal Shopper

Personal Shopper adalah film yang dibintangi oleh Kristen Stewart, di mana film ini termasuk film dengan genre horor, drama, suspense, dan thriller. Ceritanya sendiri berfokus pada seorang wanita bernama Maureen. Dia merupakan seorang personal shopper atau orang yang menjadi perwakilan bagi seseorang, yang biasanya adalah aktris atau selebritis, untuk membeli barang-barang yang mereka inginkan.

Meskipun kehidupan Maureen nampak menyenangkan, tetapi kenyataanya dia hidup dalam ketakutan besar. Ternyata, Maureen merupakan medium atau media yang digunakan untuk menghubungi arwah dari adik kembarnya yang baru saja meninggal dunia. Film ini mengeksplor tema cerita tentang kehilangan, kesedihan, dan juga tentunya tentang supranatural dan menggabungkan semuanya jadi satu.

Elemen horor dalam film ini mulai muncul ketika Maureen mengalami berbagai pengalaman misterius dan aneh, baik ketika dia sedang berada di rumahnya maupun ketika berada di pekerjaanya. Maureen pun mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan berbagai keanehan yang terjadi itu, yang kemudian berujung pada sebuah akhir yang mengejutkan.

1 Time After Time

Time After Time menghadirkan salah satu premis yang sangat luar biasa dalam sejarah mainstream film secara baik dan apik. Filmnya sendiri berkisah tentang seorang penulis novel populer Inggris, H.G. Wells, yang berusaha untuk menangkan sosok penjahat paling populer dan paling dicari di abad ke-20 yaitu Jack the Ripper. Dalam ceritanya, Jack berhasil mencuri mesin waktu ciptaan sang penulis.

Berbagai upaya pun kemudian dilakukan oleh Wells demi menghentikan Jack the Ripper melakukan berbagai aksi kriminal dan kejahatan lainnya di era 1970an di wilayah New York. Time After Time merupakan sebuah film yang menghadirkan berbagai genre seperti fiksi ilmiah, komedi, thriller, petualangan, romansa, dan juga kriminal. Malcolm McDowell merupakan aktor yang memerankan H.G. Wells dalam ceritanya.

Nicholas Meyer merupakan sutradara untuk film epik ini. Banyak ulasan positif yang dihadirkan untuk film klasik tersebut, di mana sebagian besar sangat menikmati alur ceritanya yang ringan dan menarik. Sebagian juga memuji kreativitas filmnya yang mana mampu menghadirkan sesuatu yang berbeda dari mayoritas film di era 1980an.

Kreativitas dalam pembuatan film saat ini tidak bisa lagi dibatasi dengan merujuk pada salah satu genre. Berbagai film epik di atas bisa jadi contoh bagaimana kreativitas dalam sebuah film bisa menghadirkan sebuah film dengan multi genre. Dengan demikian, para penonton pun bisa merasakan hal lainnya dalam film tersebut.

Exit mobile version