Home MOVIE MOVIE FEATURES 10 Live Action yang Lebih Buruk dari Versi Original!

10 Live Action yang Lebih Buruk dari Versi Original!

Membuat sebuah film live action memang tidak pernah mudah. Ada banyak sekali film live action yang berbeda jauh dari versi originalnya. Dan hanya segelintir film live action saja yang dianggap berhasil, contohnya adalah Alita: Battle Angel, Barbie, hingga The Lord of the Rings. Sementara jumlah live action yang gagal memang jauh lebih banyak. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas berbagai film live action yang lebih buruk dari versi originalnya. Padahal versi originalnya dianggap sangat bagus dan menarik untuk kita simak. Apa saja? Simak berikut ini Geeks!

10 Avatar: The Last Airbender

Avatar: The Last Airbender mengikuti perjalanan Aang, seorang anak laki-laki yang secara tidak sengaja membeku selama seratus tahun dan bangun di dunia yang telah berubah drastis. Aang menemukan bahwa ia adalah seorang Avatar, pengendali udara yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan keempat elemen. Dunia terbagi menjadi empat bangsa, dan setiap bangsa memiliki kelompok pengendali elemen mereka sendiri.

Sebuah kelompok militer yang kuat dari bangsa Api, dipimpin oleh Fire Lord Ozai, berusaha untuk menguasai dunia. Aang, bersama dengan teman-temannya Katara dan Sokka, berusaha menghentikan ambisi bangsa Api dan mengembalikan keseimbangan dunia. Film ini memang mengadaptasi series animasinya, tetapi film ini berujung gagal total. Ceritanya dianggap terlalu terburu-buru. Dapat dibayangkan memang karena series animasi Avatar: The Last Airbender memang cukup panjang, dan filmnya berusaha merangkum itu semua ke dalam durasi yang terbatas.

Pemilihan pemerannya pun dianggap tidak tepat, yang membuat filmnya semakin buruk. Para pemeran di film ini antara lain adalah Noah Ringer sebagai Aang, Nicola Peltz Beckham sebagai Katara, Jackson Rathbone sebagai Sokka, dan masih banyak lagi. Nama besar M. Night Shyamalan rasanya masih belum cukup membawa film ini berakhir dengan baik.

9 Dragon Ball: Evolution

Dragon Ball: Evolution mengikuti petualangan seorang pemuda bernama Goku (diperankan oleh Justin Chatwin), yang mengetahui bahwa ia adalah keturunan ras Saiyan dan memiliki tanggung jawab untuk menghentikan Piccolo (diperankan oleh James Marsters), seorang makhluk jahat yang ingin menguasai dunia. Dalam perjalanan Goku, ia bertemu dengan sejumlah karakter, termasuk Bulma (diperankan oleh Emmy Rossum), Master Roshi (diperankan oleh Chow Yun-fat), dan Yamcha (diperankan oleh Joon Park).

Bersama-sama, mereka berusaha mengumpulkan Dragon Balls untuk menghentikan ancaman Piccolo. Meskipun film ini mencoba memadukan elemen-elemen dari manga dan anime aslinya, banyak perubahan signifikan pada karakter dan alur ceritanya yang membuat Dragon Ball: Evolution tidak sesuai dengan harapan banyak penggemar Dragon Ball. Film ini justru lebih dikenang sebagai salah satu live action terburuk yang pernah dibuat.

Meskipun diharapkan menjadi film blockbuster, Dragon Ball: Evolution gagal secara komersial. Film ini tidak mencapai kesuksesan di box office dan menghasilkan keuntungan yang sangat kecil. Ada banyak faktor yang membuat film ini buruk, dan salah satunya yang kentara adalah desain kostum karakter utama, seperti Goku, yang sangat buruk. Efek visualnya juga mendapat kritik keras karena dianggap mengerikan.

8 Garfield: The Movie

Pada tahun 1978, Jim Davis, seorang kartunis asal Amerika Serikat menciptakan Garfield, seekor kucing gemuk dan malas. Karakter ini dikenal karena sikapnya yang santai, senang akan makanan, dan ketidaksukaannya terhadap hari senin. Garfield pertama kali muncul dalam strip komik pada 19 Juni 1978 dan segera menjadi salah satu karakter komik paling terkenal di dunia.

Selain itu, Garfield juga muncul dalam berbagai series animasi. Karena karakter Garfield sukses besar, pada tahun 2004 muncul rencana untuk membuat film live action Garfield yang diberi judul Garfield: The Movie. Bahkan filmnya pun dibuatkan sekuel berjudul Garfield: A Tail of Two Kitties yang rilis tahun 2006. Sayangnya kedua film tersebut gagal total, baik dari segi kualitas maupun pendapatan di box office.

Padahal film ini membawa nama besar Bill Murray sebagai pengisi suara karakter Garfield. Menariknya, Bill Murray dengan lucu mengungkapkan penyesalannya atas film Garfield, lima tahun kemudian saat dia selesai membintangi film Zombieland. Komik maupun series animasi Garfield memang terasa jauh lebih baik ketimbang filmnya.

7 Inspector Gadget 2

Inspector Gadget versi live action dirilis pada tahun 1999 dan disutradarai oleh David Kellogg. Film ini diikuti oleh sekuel berjudul Inspector Gadget 2 yang dirilis pada tahun 2003. Matthew Broderick tidak kembali untuk sekuel ini, dan French Stewart mengambil peran sebagai Inspector Gadget. Dalam versi live action, John Brown adalah karakter yang tidak berpengalaman dan menjadi Inspector Gadget setelah kecelakaan.

Sementara dalam versi original, Inspector Gadget sudah menjadi seorang detektif sejak awal. Film ini mengikuti kisah John Brown, seorang penjaga keamanan yang tidak berpengalaman yang secara tidak sengaja menjadi sukarelawan untuk menjadi bagian dari program pemerintah yang mengubahnya menjadi Inspector Gadget. Dengan bantuan dari Dr. Brenda Bradford, John Brown menjadi pahlawan yang dipersenjatai dengan berbagai perangkat canggih yang ada dalam tubuhnya.

Saat itu, kota Metro City berada dalam bahaya karena ada ancaman dari Dr. Claw, seorang penjahat jenius yang menginginkan kekuasaan. Inspector Gadget berusaha untuk menghentikan rencana jahat Dr. Claw dan menyelamatkan kota. Sayangnya, film live action ini dianggap tidak menyenangkan untuk ditonton, berbeda dengan versi originalnya. Selain itu, filmnya juga tidak mirip dengan yang asli, yang membuat ceritanya cukup menyimpang.

6 The Flintstones In Viva Rock Vegas

The Flintstones in Viva Rock Vegas mengisahkan tentang awal hubungan antara Fred Flintstone dan Barney Rubble, serta Wilma Slaghoople dan Betty O’Shale. Fred dan Barney bekerja di sebuah tambang batu di Bedrock dan bermimpi untuk memiliki hidup yang lebih baik. Ketika mereka datang ke Rock Vegas, Fred dan Barney bertemu dengan Wilma dan Betty, yang sedang mengalami masalah dengan para pemilik kasino, Chip Rockefeller dan Roxie.

Meskipun awalnya mengalami kesalahpahaman, akhirnya Fred dan Barney berhasil menarik hati Wilma dan Betty. Sementara itu, Chip berencana untuk menculik Wilma untuk mengamankan warisan keluarganya. Dalam usahanya untuk menyelamatkan Wilma, Fred menyadari betapa pentingnya cinta dan persahabatan. The Flintstones in Viva Rock Vegas adalah film komedi yang dirilis pada tahun 2000, yang merupakan prekuel dari film The Flintstones (1994).

Sayangnya film ini dianggap buruk dalam berbagai aspek. Pemeran barunya bahkan disebut tidak semenarik aslinya, dan film ini mengabaikan kepribadian tiap karakter yang selalu menonjol dalam versi originalnya. Sebenarnya ada banyak faktor lagi yang membuat film ini semakin lebih buruk dari original.

5 Dudley Do-Right

Dudley Do-Right adalah film komedi yang dirilis pada tahun 1999. Film ini disutradarai oleh Hugh Wilson dan dibintangi oleh Brendan Fraser sebagai Dudley Do-Right. Filmnya didasarkan pada karakter kartun klasik dari “The Rocky and Bullwinkle Show” yang menceritakan Dudley Do-Right, seorang polisi yang bekerja di kota kecil Semi-Happy Valley.

Ia adalah polisi yang sangat jujur dan memiliki tekad yang tinggi untuk menjaga ketertiban di kota. Namun, semuanya berubah ketika Nell Fenwick, kekasih Dudley, terpikat oleh penjahat kaya dan cerdik, Snidely Whiplash. Dengan kehilangan cinta sejatinya, Dudley memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan mencari keberuntungan di dunia luar. Namun, Dudley tidak menyadari bahwa Snidely memiliki rencana jahat untuk mengambil alih kota dan membuatnya hancur.

Film ini tidak mendapat tanggapan positif dari para kritikus dan penonton umum. Selain itu, filmnya juga gagal bersinar di box office. Beberapa mengkritik penulisan naskah dan eksekusi humor yang terasa buruk. Filmnya pun dianggap tidak mampu membuat penonton tertarik dengan petualangan yang terjadi di filmnya.

4 The Cat in the Hat

The Cat in the Hat dirilis pada tahun 2003 dan diadaptasi dari buku anak-anak klasik dengan judul yang sama karya Dr. Seuss. Film ini disutradarai oleh Bo Welch dan dibintangi oleh Mike Myers sebagai The Cat, Dakota Fanning sebagai Sally, dan Spencer Breslin sebagai Conrad. The Cat in the Hat mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Conrad dan adik perempuannya Sally yang tinggal di rumah keluarga Walden yang sangat teratur.

Hidup mereka berubah secara drastis ketika seorang kucing antropomorfik, yang dikenal sebagai The Cat, tiba di rumah mereka. The Cat datang dengan niat untuk memberikan kegembiraan dan petualangan, tetapi keberadaannya justru membuat semuanya kacau balau. Conrad dan Sally harus mencari cara untuk mengembalikan kondisi rumah sebelum ibu mereka, Joan, pulang dan menemukan keadaan rumah yang kacau balau.

Meskipun digemari di kalangan anak-anak, tetapi film ini menerima kritik keras dari para kritikus, terutama karena melenceng dari cerita asli Dr. Seuss dan pendekatan filmnya yang dibuat lebih dewasa. Padahal film ini diperuntukkan juga untuk anak-anak sehingga tidak sesuai dengan tujuan awal.

3 Alvin and the Chipmunks: Chipwrecked

Alvin and the Chipmunks: Chipwrecked adalah film yang dirilis pada tahun 2011. Film ini merupakan sekuel dari Alvin and the Chipmunks: The Squeakquel (2009) dan film ketiga dalam seri Alvin and the Chipmunks. Di sini diceritakan bahwa Alvin, Simon, Theodore, dan para Chipettes (Brittany, Jeanette, dan Eleanor bersama dengan Dave Seville), melakukan perjalanan liburan bersama di kapal pesiar. Di tengah perjalanan, Alvin membuat kekacauan dan mengubah liburan yang seharusnya menyenangkan menjadi petualangan yang berujung pada kecelakaan.

Akibatnya, mereka semua terdampar di pulau terpencil. Di pulau tersebut, mereka menemukan bahwa mereka tidak sendirian. Seorang penjahat berbahaya bernama Ian Hawke juga berada di pulau itu, dan mereka harus bekerja sama untuk bertahan hidup. Waralaba Alvin and the Chipmunks secara luar biasa mampu menghasilkan empat film meski banyak dicemooh oleh kritikus dan penonton. Tetapi mungkin film ketiga inilah yang paling buruk di antara yang lain.

Ada banyak faktor yang membuat film ini buruk, mulai dari cerita yang begitu-begitu saja dari film sebelumnya, hingga lelucon yang tidak cukup untuk membuat penonton muda tertawa. Tak heran jika David Cross, salah satu pemeran (pengisi suara) dari franchise ini mengaku tidak memiliki kenangan indah saat membuat film ini. Tentu saja film animasi Chipmunk yang rilis tahun tahun 80-an lebih baik dalam segala aspek.

2 Mulan

Live action mulan dirilis pada tahun 2020, dan diadaptasi dari film animasinya berjudul sama yang dirilis pada tahun 1998. Film live action ini disutradarai oleh Niki Caro dan menceritakan perjalanan seorang perempuan muda bernama Hua Mulan (diperankan oleh Liu Yifei), yang menyamar sebagai seorang pria untuk menggantikan ayahnya yang sakit untuk menjadi tentara Kekaisaran Tiongkok.

Hua Mulan berlatih bertarung dengan tekad untuk melindungi keluarganya dan memenuhi panggilan hatinya. Mulan memiliki kekuatan khusus yang dikenal sebagai “chi,” tetapi perempuan tidak diizinkan untuk menggunakan kekuatan tersebut di hadapan umum secara bebas. Dan ketika itu, Tiongkok dihadapkan pada ancaman serangan dari utara oleh pasukan Rouran yang dipimpin oleh Bori Khan dan penyihirnya, Xian Lang.

Keungulan film ini hanyalah visualnya saja. Film ini dianggap gagal di hampir semua elemen lain, dan tidak mampu menghadirkan kembali apa yang menjadikan film animasinya sebagai salah satu film animasi Disney terbaik. Premis filmnya memang masih sama seperti film aslinya, tetapi filmnya menghilangkan beberapa bagian penting seperti musik, karakter Mushu, dan banyak lagi.

1 Scooby-Doo

Scooby-Doo adalah film yang dirilis pada tahun 2002 dan diadaptasi dari film dan series animasi dengan judul sama. Film ini disutradarai oleh Raja Gosnell, dan ceritanya berpusat pada kelompok detektif remaja, yaitu Scooby-Doo, Shaggy, Fred, Daphne, dan Velma, yang dikenal sebagai Mystery Inc. Mereka disewa oleh pihak management di sebuah pulau bernama Spooky Island untuk menyelidiki serangkaian kejadian aneh yang terjadi di sana.

Para anggota Mystery Inc. awalnya terpisah dan masing-masing berusaha menemukan solusi sendiri untuk misteri ini. Namun, mereka harus bergabung kembali ketika mereka menyadari bahwa mereka dihadapkan pada kekuatan supernatural yang sebenarnya. Mereka harus mengungkap kebenaran di balik misteri Spooky Island dan menghadapi tantangan untuk menyelamatkan dunia dari ancaman yang lebih besar.

Sayangnya film ini mendapat ulasan dan tanggapan yang buruk. Filmnya disebut menetapkan standar rendah untuk sebuah film hybrid live action dengan efek visual yang terasa murah. Selain itu, akting para pemerannya pun dinilai kaku, dan naskahnya sangat membosankan. Filmnya juga terlalu menakutkan untuk ditonton oleh anak-anak, terlalu konyol untuk remaja, dan tidak disukai bahkan oleh penggemar Scooby-Doo.

Itulah dia Geeks beberapa film live action yang dianggap lebih buruk dari versi originalnya. Film-film tersebut gagal mengeksekusi berbagai elemennya dengan baik, dan berujung dengan kritik yang tajam. Di antara film-film tersebut, mana yang kalian anggap paling buruk Geeks?

Exit mobile version