Dalam industri film Hollywood terdapat beberapa film yang harus bermasalah dengan hukum, entah karena proses produksi atau karena hal lain. Membuat sebuah film bukanlah sebuah tugas yang mudah. Dengan banyak orang yang terlibat, serta berbagai elemen lainnya yang membuat sebuah film akhirnya bisa berjalan dengan baik, membuat sebuah film merupakan sebuah kerja sama yang kompleks dari berbagai pihak.

Sering kali dalam proses pembuatan film semuanya berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa bagian yang harus mengalami kekurangan. Meskipun begitu, pada akhirnya, film tersebut kembali ke penonton untuk kemudian dinilai dan dinikmati. Namun, ternyata ada beberapa film yang justru harus bermasalah dengan hukum. Apa saja? Berikut adalah beberapa diantaranya.

Straight Outta Compton

Film Straight Outta Compton merupakan film yang berkisah tentang kelompok rap N.W.A. yang populer di era 1990an. Film ini juga bisa dibilang sukses dan cukup banyak mendapatkan tanggapan yang positif. Sayangnya, film yang diproduseri oleh mantan anggota kelompok rap tersebut, Dr. Dre dan Ice Cube, justru harus berhadapan dengan hukum setelah mantan manager kelompok tersebut, Jerry Heller, mengajukan gugatan.

Dalam filmnya, Jerry Heller diperlihatkan sangat mengeksploitasi kelompok rap itu, terutama salah satu anggotanya, Eazy-E. Pada Oktober 2015 lalu, dua bulan setelah filmnya rilis, Heller kemudian mengajukan gugat kepada beberapa pihak yaitu N.W.A, NBCUniversal, Ice Cube, dan Dr. Dre. Heller keberatan dengan bagaimana filmnya menggambarkan sosoknya dan juga mengklaim jika para pembuat filmnya tidak meminta izin terlebih dahulu untuk menggunakan autobiografi dirinya. Kasusnya sendiri kemudian dihentikan pada 2018 setelah Heller meninggal pada 2016 dan pihak produser melayangkan nota pembelaan.

Avatar

Avatar merupakan salah satu film paling sukses sepanjang masa, yang mana artinya tidak mengherankan jika ada pihak-pihak yang tidak senang dengan kesuksesan tersebut. Perlu Geeks ketahui, film garapan James Cameron ini ternyata pernah menghadapi berbagai gugatan hukum. Misalnya, film ini dianggap melakukan plagiat skrip dari sebuah naskah film yang dibuat pada 1998.

Seorang pemilik restoran berkebangsaan Kanada, Emil Malak, mengaku pernah menulis sebuah naskah skrip pada 1998 untuk film Terra Incognita. Dia mengirim naskah tersebut ke rumah produksi Lightstrom Entertainment pada 2002. Plotnya dianggap sama persis dengan yang dibuat oleh Emil, yang mana berfokus pada sebuah suku tertentu yang memiliki ekor dan rambut yang dikepang dan hidup di sekitar pepohonan yang menyimpan kenangan mereka.

Dalam gugatannya, Emil menyebutkan bahwa ada 45 hal yang dianggap sama dengan apa yang dia buat. Emil pun mengunggat kerugian sebesar 100 juta Dollar Amerika. Kasusnya kemudian dihentikan karena Emil tidak memiliki bukti yang kuat, dan juga Cameron mengaku menulis cerita Avatar pada 1996, dua tahun lebih dahulu dari Emil.

Drive

Seorang warga Michigan bernama Sarah Deming pernah mengajukan gugatan terhadap film Drive yang rilis pada 2011. Gugatan yang diajukan oleh Sarah berisi bahwa film apa yang dihadirkan saat promosi filmnya berbeda dengan apa yang dihadirkan di filmnya. Dalam berbagai materi promosi diperlihatkan jika film Drive penuh dengan nuansa aksi, kebut-kebutan, yang mirip dengan Fast & Furious.

Kemudian, Sarah juga mengklaim jika filmnya sangat anti Yahudi dan mempromosikan kriminalisasi terhadap Yahudi. Pada Maret 2012, hakim di pengadilan Michigan menolak gugatan Sarah tersebut. Mereka menyebutkan bahwa tidak ada bukti kuat dari semua hal yang dituduhkan Sarah. Sarah sempat melakukan banding, namun pada 2013 upaya banding tersebut kembali ditolak. Alasannya kembali, tidak ada bukti kuat yang mendukung gugatan tersebut.

Black Swan

Darren Aronofsky kembali menjadi sorotan publik setelah film terbarunya, The Whale, masuk dua kategori Academy Award. Sebelum film ini, Aronofsky sempat menggarap film Black Swan pada 2010, yang mana cukup sukses di pasaran. Namun, ada kontroversi besar yang kemudian muncul. Ternyata, ada masalah di balik layar yang akhirnya terungkap ke publik.

Pada 2011, dua orang pegawai lepas untuk proses produksi dan akunting, Alex Footman dan Eric Glatt, melayangkan gugatan terhadap Fox Searchlight Pictures. Mereka menggugat rumah produksi tersebut karena mengerjakan apa yang seharusnya tidak mereka kerjakan. Pekerjaan tersebut seharusnya dikerjakan oleh para pegawai tetap, bukan pegawai lepas.

Mereka juga menggugat karena pihak Fox Seacrhlight tidak memberikan pembelajaran yang seharusnya mereka dapatkan. Kasus ini sempat menjadi sorotan banyak pihak, karena dalam industri Hollywood memang ada banyak sekali para pegawai lepas yang tidak dibayar (unpaid interns). Kasusnya sendiri kemudian selesai pada 2016 dengan adanya kesepakatan dari kedua pihak.

Back To The Future II

Crispin Glover merupakan sosok yang penting di film pertama Back to the Future, di mana dia berperan sebagai George McFly, ayah dari Marty McFly. Ketika kemudian film sekuelnya diproduksi, banyak yang berharap Crispin akan kembali yang pada kenyataanya justru sebaliknya. Dia menolak untuk kembali, karena merasa pihak studio tidak membayarnya sama dengan para aktor lain.

Jika seharusnya karakter dari Crispin ditulis ulang untuk dihapus atau dihilangkan dari cerita, namun hal lainnya dilakukan oleh sang sutradara, Robert Zemeckis. Dia menggunakan footage atau rekaman dari film sebelumnya untuk mengisi kekosongan sang aktor. Dia juga meminta aktor, Jerry Weissman, untuk menggunakan riasan yang membuatnya mirip dengan karakter Crispin.

Hal tersebut membuat Glover kemudian mengajukan gugatan kepada para pembuat film tersebut. Glover menganggap mereka tidak berhak menggunakan karakter tersebut tanpa persetujuannya. Kasus ini menjadi sangat penting kedepannya, karena menyangkut hak pribadi seseorang. Screen Actors Guild Awars kemudian membuat klausul yang menyebutkan para produser dan aktor tidak diperbolehkan menggunakan metode seperti efek visual atau riasan agar mirip dengan aktor lain.

Black Widow

Salah satu film blockbuster yang mengalami masalah hukum adalah Black Widow. Disney memutuskan untuk merilis filmnya dalam versi bioskop dan juga ditayangkan di platform Disney Plus, dengan tambahan biaya 2,99 dollar Amerika. Sekitar 20 hari setelah penayangan filmnya, pada 2021 kemarin sang bintang utama, Scarlett Johansson, mengajukan gugatan hukum terhadap Disney.

Menurut Scarlett, apa yang Disney lakukan melanggar kontrak yang ada di mana seharusnya film tersebut hanya tayang di bioskop. Di sisi lain, Disney juga seharusnya memberikan bonus dalam jumlah besar dari penayangan di TV. Kasusnya kemudian selesai pada September 2021 dengan hasil sidang yang dirahasiakan. Scarlett sendiri kemudian ditunjuk sebagai produser untuk dua film, yaitu The Tower of Terror dan sebuah film Marvel yang dirahasiakan. Penanganan kasus yang buruk oleh CEO Disney saat itu, Bob Chapek, akhirnya membuat dia didepak dan diganti oleh pendahulunya, Bob Iger.

Borat

Borat mungkin adalah salah satu film yang harus menghadapi kasus hukum yang sangat berat. Filmnya sendiri dirilis pada 2006, di mana Borat banyak menjadi perbincangan orang-orang berkat akting yang ciamik dari Sascha Baron Cohen. Juga, bagaimana alur cerita tentang penduduk desa dari Kazakhstan yang belajar budaya Amerika dianggap sebagai sesuatu yang unik dan menarik.

Selain meraih kesuksesan, film Borat juga banjir dengan gugatan hukum. Beberapa gugatan yang mendapatkan perhatian publik adalah ketika para penduduk dari desa Glod, Rumania, mengajukan ganti rugi sebesar 38 juta dollar Amerika. Penduduk desa tersebut menganggap Sascha dan juga para pembuat filmnya sudah berbohong dengan tujuan pengambilan gambar mereka.

Di sisi lain, para penduduk desa tersebut juga tidak terima dengan penggambaran situasi desa mereka di film itu yang dianggap tidak sesuai dengan fakta. Ada juga penyanyi dari Eropa yang mengisi soundtrack untuk filmnya mengajukan gugatan karena dianggap sudah membohongi tujuan awal pembuatan lagu-lagu tersebut. Film sekuelnya, Borat Subsequent Moviefilm, juga mengalami nasib yang sama.

Twilight Zone: The Movie

Ini adalah film yang paling tragis dan paling dikenang sebagai film dengan masalah hukum paling besar. Twilight Zone: The Movie adalah adaptasi dari sebuah TV series dengan judul yang sama. Yang menarik adalah ada kerja sama apik dari nama-nama besar seperti Steven Spielberg, George Miller, Joe Dante, dan John Landis. Yang kemudian membuat film ini bermasalah dengan hukum adalah apa yang terjadi saat proses produksi.

Aktor Vic Morrow dan aktor anak-anak Myca Ding Le dan Renee Shin-Yi Chen, harus tewas dalam sebuah kecelakaan helikopter yang mana saat itu kecelakaan tersebut terjadi untuk pengambilan gambar filmnya. Tragedi tersebut membuat banyak gugatan hukum bermunculan. Para nama-nama besar tersebut kemudian menyalahkan John Landis atas kejadian tersebut. Sebagian lain bahkan memutuskan untuk mundur dari produksinya karena sangat mengerikan. Diketahui, jika John Landis melanggar berbagai aturan yang ada, termasuk aturan tentang pekerja anak-anak.

Berbagai film yang bermasalah dengan hukum di atas adalah bukti bahwa butuh upaya yang besar untuk menghadirkan satu film yang menarik dan bagus. Semua pihak perlu saling bekerja sama untuk kemudian menciptakan film yang diterima dengan baik. Dan yang paling penting juga adalah bagaimana dalam prosesnya semua bisa berjalan baik tanpa ada pihak yang dirugikan.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.