Tema pasca apokaliptik zombie selalu menjadi kisah yang menarik untuk diikuti, baik itu di video game maupun di tayangan film atau serial. Menariknya dari semua media hiburan yang menghadirkan tema tentang wabah zombie, The Last of Us merupakan salah satu video game yang kisahnya cukup realistis. Hal inilah yang pada akhirnya membuat banyak penggemar menyukai waralabanya, termasuk mengantisipasi adaptasi serialnya yang sebentar lagi akan tayang di saluran streaming HBO.

Menjelang perilisan serial live action-nya, tidak sedikit penggemar yang penasaran dengan penyebab wabah zombie di The Last of Us, yaitu jamur Cordyceps. Faktanya pencipta game yang kini bertindak sebagai produser serialnya, Neil Druckmann, sebelumnya memang pernah mengatakan bahwa infeksi Cordyceps memang ada di dunia nyata. Jika benar seperti itu apakah ini artinya wabah zombie The Last of Us bisa benar-benar terjadi di dunia nyata? Demi keselamatan bersama akan lebih baik jika kalian menyimak pembahasan kali ini, Geeks.

Kengerian Infeksi Cordyceps di The Last of Us

Baik di serial maupun di video game The Last of Us, Cordyceps digambarkan sebagai jamur parasit yang dapat menginfeksi otak manusia dan kemudian mengubah mereka menjadi zombie. Di gamenya sendiri jamur Cordyceps diceritakan berasal dari Amerika Selatan yang akhirnya tersebar keseluruh penjuru dunia setelah menempel pada sejumlah tanaman pangan. Setelah jamur ini menginfeksi otak manusia pertama pada tahun 2013, dengan cepat infeksinya berubah menjadi wabah global yang disebut Cordiceps Brain Infection (CBI), di mana hal tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit.

Hanya dalam hitungan bulan, wabah CBI di The Last of Us langsung menewaskan sekitar 60% umat manusia di muka Bumi, entah karena infeksinya langsung atau malah karena dibunuh oleh para manusia yang menjadi zombie. Yang jelas ketika seseorang terinfeksi Cordyceps, biasanya hanya membutuhkan waktu dua hari sampai akhirnya mereka berubah menjadi agresif. Kemudian dua minggu setelah wajah orang yang terinfeksi akan ditumbuhi jamur yang secara tidak langsung menandai wujud zombie mereka.

Bagi 40% populasi manusia yang tersisa, mereka harus bertahan dengan segala cara agar bisa terus hidup di dunia pasca apokaliptik sekaligus terhindar dari infeksi CBI. Itulah mengapa pada akhirnya ruang lingkup manusia menjadi terbatas, karena jika ingin berpergian ke suatu tempat mereka harus mengenakan masker gas. Karena jika tidak mereka mempunyai potensi terkena infeksi CBI yang menyebar melalui semburan jamur atau spora udara, yang biasanya lebih banyak terjadi di tempat lembap dan gelap seperti gorong-gorong atau bangunan terbengkalai. Terdengar masuk akal ‘kan, Geeks?

Terinspirasi dari Jamur Sungguhan

Seperti yang sudah disinggung di awal, pencipta The Last of Us Neil Druckmann pernah mengatakan bahwa wabah Cordyceps di video game garapan Naughty Dogs ini memang terinpirasi dari infeksi sungguhan. Inspirasi tersebut pertama kali muncul ketika tim kreatif Naughty Dogs melihat sebuah tayangan dokumenter BBC Planet Earth yang berjudul ‘Jungles’. Di mana dalam tayangan yang telah dirilis 16 tahun lalu ini, jenis jamur Cordyceps terbukti mampu membunuh hewan-hewan kecil, seperti semut bahkan laba-laba. Yang lebih mengerikannya lagi, jamur ini memang selalu mengincar otak korbannya.

Di dunia nyata, jamur Cordyceps yang banyak ditemukan di Asia ini biasanya menyebar lewat semburan spora yang kemudian bisa hinggap di otak korbannya, khususnya semut. Dalam waktu sekitar 4 sampai 10 hari, Cordyceps akan mulai tumbuh menjulang di kepala semut, sementara serangga malang tersebut hidup seperti zombie sampai akhirnya mati karena kepalanya hancur. yang lebih mengerikannya lagi, saking cepatnya penyebaran dan pertumbuhan Cordyceps, seekor semut yang terinfeksi bisa membuat seluruh koloninya mati karena jamur ini.

Apa Yang Terjadi Jika Kita Terinfeksi Cordyceps

Bagaimana Geeks, sudah bisa mulai merasakan kengerian dari jamur Cordyceps ini? Untungnya menurut sains, meskipun sangat berbahaya bagi hewan-hewan kecil seperti spesies serangga dan laba-laba, ternyata Cordyceps tidak akan memicu wabah zombie seperti di The Last of Us. Untuk kasus yang sangat langka, Cordyceps memang bisa menginfeksi manusia, tetapi efek sampingnya tidak akan mengubah kita menjadi zombie agresif, melainkan hanya menimbulkan perubahan perilaku yang cukup minor seperti kegelisahan atau pikiran kalut yang akan hilang dengan sendirinya.

Alasan mengapa Cordyceps tidak bisa tumbuh di otak manusia adalah karena pada dasarnya tubuh manusia mampu mengurai sporanya sebelum tumbuh membesar. Selain itu, ukuran manusia yang jauh lebih besar dari semut dan laba-laba telah memungkinkan kita untuk bisa bertahan lebih lama ketika terjangkit spora Cordyceps. Dengan kata lain wabah zombie di The Last of Us hanya akan terjadi jika muncul jenis jamur Cordyceps baru yang ukurannya lebih besar dari kepala manusia. Di mana hal tersebut sangat tidak mungkin terjadi di dunia nyata.

Itulah pembahasan jawaban dari apakah wabah zombie The Last of Us bisa terjadi di dunia nyata atau tidak. Jawabannya tentu saja tidak, setidaknya untuk sekarang karena masih belum ada penemuan yang mengungkapkan jamur Cordyceps berukuran besar. Dengan pembahasan ini harapannya kalian bisa lebih menikmati serial The Last of Us nanti tanpa perlu takut mengunjungi tempat gelap dan lembap. Serial The Last of Us sendiri rencananya akan tayang perdana di HBO pada tanggal 15 Januari besok, kita nantikan saja ya, Geeks.

Egie
Egie adalah content writer yang memiliki passion tinggi untuk topik pop culture seputar komik, film dan series. Bergabung sejak tahun 2021, kini Egie menjadi salah satu sosok paling di andalkan untuk covering berbagai hal seputar pop culture.