Sudah lebih dari satu minggu film Avatar 2 yang berjudul resmi The Way of Water tayang di seluruh bioskop Indonesia dan juga dunia. Sampai hari ini masih banyak penggemar yang berbondong-bondong menyaksikan film tentang bangsa Na’vi dan keindahan laut Pandora ini. Menariknya, belum lama ini sutradara James Cameron mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi salah satu inspirasi dirinya dalam menciptakan Metkayina, suku Na’vi pesisir yang jadi salah satu fokus utama Avatar 2.

Dalam sesi wawancaranya dengan National Geographic, Cameron mengatakan “Untuk menciptakan budaya asli melalui kacamata Pandora, kami melakukan banyak riset tentang budaya pribumi yang sangat erat kaitannya dengan lautan. Ada suku [Bajo] di Indonesia yang tinggal di rumah panggung dan hidup di atas rakit. Kami mencari hal-hal seperti itu.” Bajo sendiri adalah suku yang dahulu sempat nomaden, sehingga saat ini keberadaan mereka telah banyak tersebar. Termasuk di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan wilayah Indonesia bagian timur lainnya.

Berdasarkan pernyataanya tersebut cukup jelas bahwa keunikan suku Bajo, baik secara langsung maupun tidak, telah meninspirasi penciptaan suku Metkayina di Avatar 2. Bagi yang belum tahu atau masih penasaran dengan sejauh mana kemiripan suku Bajo di dunia nyata dengan Metkayina di Pandora, kali ini kita akan membahas tentang tentang persamaan dari kedua suku pesisir tersebut. So, check this out, Geeks!

Tinggal di Atas Perairan

Persamaan yang pertama, baik Bajo maupun Metkayina, mereka sama-sama tinggal di atas perairan. Metkayina sendiri adalah suku Na’vi yang tinggal di laut, pulau, atau pesisir laut Pandora. Jika dilihat dari desa utama mereka yang disebut Awa’atlu, para Metkayina ini  membangun rumah gantung Marui tepat di atas air agar lebih memudahkan mereka untuk berenang atau melaut. Sama halnya dengan suku Bajo yang membangun rumah tradisional Baboroh dari batang pohon di atas laut dangkal. Tujuannya tentu saja agar mereka lebih mudah mengakses lautan ketika ingin melaut atau melakukan aktivitas lainnya.

Mahir Berenang dan Menyelam

Dari dahulu sampai sekarang, penduduk suku Bajo sangat terkenal sebagai perenang dan penyelam yang ulung. Tanpa baju selam khusus, dengan sekali tarikan napas penduduk suku Bajo terbukti bisa menyelam hingga kedalaman 70 meter dan menahan napasnya selama 13 menit. Berdasarkan hal tersebut tidak aneh jika akhirnya Cameron menjadikan Bajo sebagai salah satu inspirasinya dalam menciptakan Metkayina. Karena di Pandora sendiri suku Metkayina terkenal mampu menyelam dengan sangat dalam dengan sekali tarikan napas. Hal ini bahkan menjadi salah satu ujian yang harus dilalui oleh seorang Metkayina muda saat melakukan upacara kedewasaan iknimaya.

Fisik yang Bermutasi

Karena telah menjalani kehidupan yang sangat lama di lautan, seiring berjalannya waktu tubuh seorang Metkayina atau Bajo mulai mengalami mutasi genetik dan juga fisik yang membuat mereka berbeda dari orang biasa. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Suku Bajo memiliki ukuran limpa 50% lebih besar daripada manusia biasa. Mutasi tersebut tersebut ternyata memungkinkan mereka untuk menampung sekaligus menyuplai oksigen dengan lebih maksimal selama menyelam. Dalam kasus Metkayina, mereka bisa menyelam lebih lama dengan meambatkan denyut jantung. Selain itu fisik mereka juga bermutasi menjadi lebih kuat serta mempunyai selaput di antara jari-jari tubuhnya.

Bergantung Pada Lautan

Baik Metkayina maupun Bajo, mereka adalah suku yang sama-sama bergantung pada lautan. Selain menyukai sensasi saat berenang, mereka juga sangat membutuhkan pasokan dari laut untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya ikan atau biota laut lainnya yang bisa mereka manfaatkan untuk makanan dan sebagainya, tanpa perlu mengeksploitasi secara berlebihan. Bagi suku Metkayina, mereka bahkan punya ‘saudara laut’ yang disebut tulkun, ikan besar yang mirip paus. Sementara Bajo menggunakan perahu untuk beraktivitas, Metkayina justru mengandalkan hewan ilu mirip plesiosaurus sebagai tunggangannya.

Sangat Menghormati Laut

Persamaan terakhir antara suku Metkayina dan Bajo yang harus kita acungi jempol adalah sikap mereka yang sangat menghormati laut. Ketika akan melaut, biasanya suku Bajo akan memegang teguh tiga pantangan, yaitu istri yang ditinggal tidak boleh membawa api dan menyapu di dalam rumah, setelah berada di dalam perahu tidak boleh mengeluarkan air sebelum perahu berjalan, dan pada saat melaut tidak boleh mengucapkan kata-kata kotor atau makian. Semua hal tersebut mereka lakukan karena menghargai roh penguasa laut yang disebut Mbo. Sedangkan bagi Metkayina, alasan mereka sangat menghormati laut karena percaya bahwa roh Eywa selalu menjaga dan mengawasi mereka.

Itulah 5 persamaan antara suku Bajo dan Metkayina di film Avatar 2. Dengan berbagai persamaan ini cukup masuk akal mengapa sutradara James Cameron akhirnya menjadikan Bajo sebagai salah satu sumber inspirasi untuk menciptakan suku fiktif Metkayina di Pandora. Karena pada dasarnya Bajo adalah suku pribumi yang sebagian besar aspek kehidupannya sangat berhubungan erat dengan laut Bumi. Sebuah kebanggan bagi kita mempunyai suku Bajo sebagai bagian dari budaya Indonesia. Bagi yang belum menonton filmnya, saat ini Avatar: The Way of Water sudah bisa kalian saksikan di bioskop terdekat.

Egie
Egie adalah content writer yang memiliki passion tinggi untuk topik pop culture seputar komik, film dan series. Bergabung sejak tahun 2021, kini Egie menjadi salah satu sosok paling di andalkan untuk covering berbagai hal seputar pop culture.