Pinocchio adalah salah satu karakter dongeng yang cukup legendaris di seluruh dunia, tanpa terkecuali di Indonesia. Kisah aslinya pertama kali rilis pada tahun 1883 dengan judul The Adventures of Pinocchio karya novelis Italia, Carlo Collodi. Sejak saat itu ada banyak sekali tayangan yang mengadaptasi dongeng populer ini, mulai dari teater sampai film dengan berbagai format. Salah satunya yang paling terkenal adalah film animasi Disney berjudul Pinocchio yang rilis pada tahun 1940.

Menariknya, dalam waktu dekat ini serial animasi tersebut akan kembali tayang dengan format remake live action. Di mana filmnya nanti akan memadukan peran dari para aktor ternama dengan CGI khas studio Mickey Mouse tersebut. Yang lebih menariknya lagi, ternyata akhir tahun ini ada film Pinocchio lain yang akan rilis. Di mana keduanya sama-sama sudah penggemar antisipasi sejak lama. Yang jadi pertanyaan adalah apa perbedaan dari kedua film yang sama-sama menceritakan kisah boneka kayu ini?

Remake Live Action Disney’ Pinocchio

Film Pinocchio dari Disney ini merupakan remake live action dari film animasi yang rilis pada tahun 1940 silam. Itu artinya semua desain karakter dan plot ceritanya akan mengambil materi langsung dari animasinya. Yang sebelumnya memang mengadaptasi dongeng karya Carlo Collodi dengan beberapa penyesuaian. Khususnya nuansa cerita yang lebih ringan dan penggambaran yang penuh warna. Di mana Pinocchio akan melakukan petualangannya agar bisa menjadi anak manusia sungguhan. Namun, dalam prosesnya dia harus melalui berbagai rintangan dan bertemu dengan banyak orang jahat.

Perubahan terbesar dari film garapan Robert Zemeckis ini terletak pada format tayangan, yang mengombinasikan pemeran asli dengan CGI. Untuk jajaran pemerannya sendiri, film ini telah menggaet sejumlah aktor ternama. Seperti Tom Hanks sebagai ayah Pinocchio yang bernama Geppetto, Cynthia Erivo sebagai Blue Fairy yang menghidupkan Pinocchio, Luke Evans sebagai Coachman yang menculik anak-anak mengubah mereka menjadi keledai, Giuseppe Battiston sebagai dalang pertunjungan boneka bernama Stromboli, Lewin Lloyd sebagai Lampwick, dan Sheila Atim sebagai karakter baru benama Signora Vitelli.

Serta tidak ketinggalan juga para pengisi suara, seperti Benjamin Evan Ainsworth sebagai boneka kayu Pinocchio yang hidungnya akan memanjang ketika berbohong, Joseph Gordon-Levitt sebagai Jiminy Cricket yang membawakan narasi cerita Pinocchio, Keegan-Michael Key sebagai rubah licik John Foulfellow yang sering berusaha menipu Pinocchio. Sebelum melihat filmnya, kalian bisa melihat terlebih dahulu trailer film live action Pinnochio di sini. Film sendiri akan segera tayang di saluran streaming Disney+ pada tanggal 8 September besok.

Adaptasi Klasik Netflix’ Pinocchio

Setelah mengetahui seperti apa film live action Pinnochio, sekarang kita bahas apa saja yang membedakannya dengan film Pinocchio versi Netlix. Perbedaan yang paling mudah untuk kita kenali adalah format tayangannya. Alih-alih memakai format live action, film garapan sutradara Guillermo del Toro akan bergaya animasi stop motion. Film animasi Pinocchio ini akan mengambil referensi desain dari buku karya Gris Grimly, adaptasi dongeng Carlo Collodi yang rilis pada tahun 2002.

Karena mengambil desain dari dongeng Pinocchio versi 2002, artinya nuansa dari filmnya akan terasa lebih kelam jika kita bandingkan dengan film live action-nya. Khususnya karakter Pinocchio yang sama sekali tidak mirip anak manusia, melainkan seperti kayu pinus dengan ‘fisiologi’ manusia. Selain nuansanya yang kelam, ceritanya juga akan melakukan pendekatan yang sedikit berbeda. Di mana Pinocchio bukan anak polos seperti di film animasi versi 1940. Alih-alih menjadi anak baik agar menjadi manusia, dia malah berkelakuan seperti anak nakal, sampai akhirnya pengalaman buruk menyadarkannya.

Sama seperti film live action-nya, film animasi ini juga telah menggaet sejumlah aktor yang tidak kalah menarik. Seperti Gregory Mann sebagai Pinocchio, David Bradley sebagai Geppetto, Tilda Swinton sebagai Turquoise Fairy, Ewan McGregor sebagai Sebastian J. Cricket, dan Finn Wolfhard sebagai Candlewick (versi animasi Lampwick). Untuk mengetahui seperti apa desain dari para karakter utama ini, kalian bisa langsung melihat trailernya di sini.

Adapun karakter dari pemeran yang hanya muncul di animasi ini saja di antaranya adalah Christoph Waltz sebagai karakter gabungan dari rubah licik dan Mangiafuoco (Stromboli) bernama Count Volpe. Kemudian Cate Blanchett sebagai monyet bernama Sprezzatura. Terakhir, Ron Perlman sebagai Podestà, pemimpin pemerintah otoriter yang menjadikan Pinocchio tentara. Bersama para aktor yang perannya masih belum terungkap, yaitu Tim Blake Nelson, Burn Gorman, dan John Turturro. Film animasi Pinocchio ini akan tayang pada bukan Desember 2022, hanya di Netflix.

Netflix’ Pinocchio vs Disney’ Pinocchio, Mana Lebih Baik?

Untuk saat ini sulit untuk mengetahui mana film yang lebih baik di antara keduanya. Namun, yang jelas kedua filmnya mempunyai keunggulan masing-masing, tentunya dengan pengerjaan yang sama-sama serius. Jika kalian lebih menyukai kisah Pinocchio versi animasi, mungkin kalian akan suka film live action-nya juga. Sedangkan film animasi karya Guillermo del Toro mungkin akan lebih cocok untuk penggemar yang menyukai nuansa kelam dan juga dewasa. Semuanya kembali pada preferensi masing-masing, apalagi kedua filmnya sama-sama melibatkan para aktor terkenal.

Jika kalian menyukai semua genre film, maka keduanya akan menjadi tontonan yang menyenangkan. Kita lihat saja nanti ya, Geeks, mana yang akhirnya menjadi favorit penggemar secara keseluruhan. Itulah pembahasan mengenai perbedaan dari dua film Pinocchio terbaru yang akan tayang pada tahun 2022 ini. Semoga bisa membantu dalam memutuskan film mana yang cocok untuk kalian.

Egie
Egie adalah content writer yang memiliki passion tinggi untuk topik pop culture seputar komik, film dan series. Bergabung sejak tahun 2021, kini Egie menjadi salah satu sosok paling di andalkan untuk covering berbagai hal seputar pop culture.