Villain Lainnya di My Hero Academia
Ada juga beberapa villain lain yang memiliki cerita serupa, contohnya adalah Jin Bubaigawara alias Twice. Jin memiliki kepribadian ganda akibat dari Quirk miliknya, yang membuat dia bisa membuat kloning tubuhnya. Pengalaman buruk dalam hidupnya membuat dia frustasi dan depresi, yang mana kemudian hanya League of Villains yang mau menerima dia apa adanya.
Padahal, pada dasarnya, Jin berubah menjadi villain hanya demi melindungi teman-temannya. Dia bahkan rela menyerahkan jiwanya demi menolong rekannya – meskipun sesama villain. Twice sebenarnya adalah contoh nyata dari hasil penilaian masyarakat yang salah tentang seseorang. Contoh lainnya adalah Spinner. Dia menjadi seorang villain karena dia tidak percaya dengan para pahlawan. idolanya adala Stain, yang memiliki mimpi untuk menjadi pahlawan yang orang-orang benci. Salah satu yang dia lakukan adalah menghabisi nyawa orang lain.
BACA JUGA:Â One Piece: Memprediksi Gear Puncak Luffy!
Kesimpulannya di My Hero Academia
Banyak para villain yang muncul di seri My Hero Academia sebenarnya memiliki kisah yang tidak berbeda jauh dengan kisah para pahlawan. Yang membedakan mereka adalah para villain merupakan sosok yang melanggar hukum. Iida sendiri sempat melontarkan pernyataan yang menarik saat arc Hideout Raid terjadi. Dia bertanya apakah jika teman-temannya melanggar hukum maka mereka akan sama dengan para villain.
Jika berpacu pada hal di atas, maka jawabannya adalah benar. Deku dan yang lain memang tidak melakukan hal mengerikan seperti membunuh, namun mereka sering melanggar aturan. Artinya secara tidak sadar mereka pun sebenarnya sama seperti para villain. Deku melakukan apa yang dia lakukan karena secara moral merasa bahwa itu adalah sesuatu yang benar.
Padahal, itu juga yang para villain rasakan selama ini. Beberapa dari para villain memang pantas untuk mendapatkan gelar tersebut, karena apa yang mereka lakukan, seperti membunuh banyak orang. Namun, sebagian dari villain lainnya mungkin tidak pantas untuk mendapatkan gelar tersebut. Karena, mereka sebenarnya adalah “korban” dari sistem yang ada.