Franchise Dragon Ball sudah berada di industri anime dan manga hampir empat dekade. Serinya sendiri memperkenalkan kita dengan sosok Goku yang merupakan protagonis utama. Goku berasal dari luar bumi. Dia bagian dari sebuah ras yang disebut sebagai Saiyan. Goku sendiri menjadi ras Saiyan terakhir dari planetnya.

Bertahun-tahun kemudian Goku kemudian bertemu dengan sesama ras Saiyan lainnya, dan Goku sendiri merasa terganggu dengan sejarah kelam bangsa Saiyan. Saiyan memang dikenal sebagai ras petarung yang sangat hebat. Dengan kegemaran mereka untuk bertarung, saling beradu kekuatan, dan menghancurkan planet lainnya apakah artinya ras Saiyan merupakan ras yang jahat?

Kebudayaan Saiyan

Bagi bangsa Saiyan, berlatih merupakan sesuatu yang sangat esensial seperti halnya bernafas. Bahkan, mereka sudah mulai berlatih sejak usia yang masih kecil. Hal ini dikarenakan level energi dari masing-masing anak tersebut akan dipantau dan menjadi penentu apakah mereka masuk kelompok Saiyan level rendah atau level tinggi. Mereka yang berada di level tinggi harus bersiap untuk bergabung dengan Pasukan Saiyan.

Sedangkan, mereka yang termasuk dalam Saiyan level rendah akan mendapatkan tugas tersendiri seperti membangun fasilitas atau apa pun. Bisa juga mereka dikirim ke planet lainnya sesuai dengan tugas yang diberikan. Dikenal dengan istilah ‘infiltration babies,’ seorang bayi Saiyan akan dikirim ke sebuah planet yang kemudian menjadi target untuk ditaklukan.

Ketika mereka sudah berhasil menjalankan misi yang diberikan sejak lama dan terbukti bahwa mereka pantas untuk kembali, Saiyan  tersebut akan disambut dengan meriah di planet asal mereka dan peringkat Saiyan mereka pun akan meningkat. Goku merupakan salah satu contoh dari teknik di atas, namun untungnya yang terjadi kepada Goku justru berakibat baik.

Peperangan Bangsa Saiyan dan Tuffle

Menurut King Kai, bangsa Saiyan sebenarnya bukan berasal dari planet Sadala seperti yang diyakini selama ini. Mereka tiba di planet tersebut pada tahun 550 setelah planet asal mereka yang sebenarnya hancur. Pada saat itu, planet Sadala dihuni oleh bangsa Tuffle. Mereka hidup dalam situasi yang mewah dan menyenangkan, berkat kemajuan teknologi dari planet tersebut.

Setelah sempat lama hidup dengan damai, terdapat sebuah cerita yang menyebutkan bahwa bangsa Tuffle yang memprovokasi bangsa Saiyan yang pada akhirnya memunculkan pertempuran Saiyan dan Tuffle di tahun 720. Pertarungan terus berlangsung selama satu dekade, sampai kemudian gerhana bulan penuh pun muncul.

Hal tersebut membuat bangsa Saiyan mendapatkan keuntungan karena bisa mengakses kekuatan asli mereka dan berubah menjadi sosok Kera Raksasa. Momen inilah yang menjadi momen penentu kemenangan bangsa Saiyan, di mana mereka berhasil mengalahkan bangsa Tuffle dan akhirnya mengambil alih planet Sadala.

Pembantaian Bangsa Saiyan

Planet Sadala kemudian diganti namanya menjadi planet Vegeta yang diambil dari nama pemimpin mereka, King Vegeta. Namun, planet ini kemudian dihancurkan oleh Frieza atas perintah Beerus, sang Dewa Penghancur. Seiring berjalannya cerita, ketika Beerus mengunjungi planet tersebut, dia meminta bantal yang paling nyaman untuk dipakai tidur.

Namun, King Vegeta tidak mau memenuhi keinginan Beerus tersebut. Mendengar penolakan, pada akhirnya Beerus pun memerintahkan Frieza untuk menghancurkan planetnya. Dan akhirnya, seluruh bangsa Saiyan di planet tersebut berhasil disapu bersih, dengan hanya beberapa dari mereka yang berhasil melarikan diri dan selamat.

Super Saiyan God

Jika memang seluruh bangsa Saiyan jahat, maka tidak akan ada teknik Super Saiyan God. Mengapa? Karena, untuk bisa mengakses kekuatan luar biasa ini diperlukan enam sosok Saiyan terbaik untuk menggabungkan kekuatan mereka dan mengalirkannya kepada satu orang tertentu. Teknik ini bahkan sudah digunakan oleh Saiyan berabad-abad lalu.

Sebelum cerita di Frieza Saga dimulai, terdapat sekelompok Saiyan yang memiliki sikap berbeda dari Saiyan kebanyakan yang dipimpin oleh Yamoshi. Mereka mempraktikan teknik Super Saiyan God untuk menghentikan sifat jahat dalam diri mereka. Sayangnya, ternyata hal itu ternyata tidak berhasil, karena dibutuhkan sosok Saiyan yang dianggap jauh lebih baik dan jauh lebih memiliki sikap dan sifat yang murni.

Terlepas dari semua legenda dan cerita tentang bangsa Saiyan, yang paling penting adalah bagaimana sikap mereka terhadap cara membesarkan anak-anak mereka. Goku, Yamoshi, dan beberapa Saiyan lainnya menjadi bukti, jika seorang anak dibesarkan di sebuah lingkungan yang agresif dan hanya diajarkan tentang kematian maka hal itu juga yang hanya mereka ketahui.

Begitu juga sebaliknya. Ketika Saiyan tersebut dibesarkan di sebuah lingkungan yang baik, maka dia pun akan tumbuh menjadi sosok yang baik. Hal ini bisa dilihat dari sosok Goku yang dibesarkan oleh Gohan dan Master Roshi. Mereka berdua berhasil membentuk Goku menjadi sosok yang seperti kita kenal sekarang. Bahkan, Goku pun berhasil “memengaruhi” lainnya.

Kita bisa melihat bagaimana Piccolo, Vegeta, Android 18, dan para karakter jahat lainnya akhirnya berubah berkat sosok Goku dan Z-Fighter yang besar dalam lingkungan yang baik. Jadi, kesimpulannya, apakah Saiyan merupakan bangsa yang jahat? Secara garis keturunan, memang bangsa Saiyan sudah ditakdirkan untuk menjadi bangsa yang senang bertarung dan memiliki emosi tinggi.

Namun, tidak semua Saiyan lahir dengan darah atau kebudayaan Saiyan, yang mana biasanya sikap dan perilaku mereka berbeda dari Saiyan kebanyakan. Goku, Gine, dan beberapa Saiyan lainnya menjadi bukti dari hal tersebut. Semuanya tergantung di mana Saiyan tersebut dibesarkan dan siapa yang mengajari sosok Saiyan tersebut.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.