Seperti yang kita ketahui dalam cerita One Piece terdapat beberapa kekuatan besar yang menguasai dunia. Pertama adalah Pemerintah Dunia, kemudian angkatan laut, kemudian Shichibukai, dan Yonko. Shichibukai merupakan salah satu sistem yang unik di mana bajak laut bekerja sama dengan pihak angkatan laut untuk memerangi bajak laut lainnya.

Para bajak laut yang dianggap kuat kemudian akan diajak untuk bergabung dengan Pemerintah Dunia, dan menjadi bagian dari Shichibukai dengan imbalan mereka akan mendapatkan perlindungan hukum. Sistem Shichibukai sendiri saat ini sudah dibubarkan dalam Reverie, setelah dianggap terlalu banyak menyebarkan ancaman. Namun, sebenarnya ada banyak pertanyaan yang muncul dari sistem Shichibukai ini.

Apa Hukuman Yang Diterima Jika Menolak Tawarannya?

Seperti yang disebutkan di atas, Shichibukai merupakan bajak laut yang diajak bekerja sama oleh pihak angkatan laut dan Pemerintah Dunia. Mereka harus membantu kerja pihak angkatan laut dengan menangkap bajak laut kuat lainnya, dengan imbalan bahwa mereka bebas untuk melakukan apa pun. Di satu sisi tentunya ini merupakan sebuah tawaran yang sangat menggiurkan mengingat mereka bebas melakukan apa pun.

Namun, yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan adalah apa yang akan terjadi ketika bajak laut menolak tawaran tersebut? Apakah angkatan laut akan menangkapnya? Juga yang menjadi pertanyaan adalah dengan asumsi seorang bajak laut sudah menerima tawaran menjadi Shichibukai, bagaimana jika kemudian mereka melanggar kesepakatan tersebut? Apakah pihak pemerintah akan menghukum mereka?

Mengapa Tidak Ada Pengawasan dari Pihak Angkatan Laut?

Pasca kejadian di Alabasta, para fans One Piece akhirnya mengetahui bahwa Pemerintah Dunia hampir tidak mengawasi semua perilaku atau pun aktifitas dari para Shichibukai. Mereka bisa bergerak sesuka hati, melakukan apa pun yang mereka inginkan, atau bahkan tidak mengikuti sebuah pertemuan. Ini tentunya menjadi sebuah resiko yang besar, di mana para bajak laut ini mungkin tidak menjalankan kewajiban mereka.

Pertanyaanya kemudian mengapa di kelompok bajak laut yang menjadi Shichibukai tersebut tidak ada pengawasan dari pemerintah? Mengapa tidak ada bagian dari angkatan laut atau CP-9 yang kemudian mengawasi mereka? Mungkin hal ini ada kaitannya dengan prinsip bajak laut yang ingin bebas. Namun, dari apa yang terjadi di Alabasta seharusnya mereka berpikir bahwa bajak laut tidak boleh dibebaskan begitu saja.

Mengapa Tidak Ada Batasan yang Diberikan?

Para Shichibukai sepertinya tidak pernah tergantikan dari posisinya. Terlepas dari para bajak laut tersebut melakukan tugasnya dengan baik atau tidak, para Shichibukai sepertinya masih boleh untuk terus menjadi bagian dari Pemerintah Dunia. Cukup menjadi pertanyaan besar juga mengapa kemudian pihak pemerintah tidak membuat semacam kesepakatan dengan para bajak laut ini.

Para bajak laut yang tertarik untuk mendapatkan keuntungan yang diberikan saat menjadi Shichibukai tentunya akan terikat dengan perjanjian yang dibuat oleh pihak pemerintah. Juga, yang menarik adalah ketika ada satu bajak laut yang diganti, mereka tidak menggantinya dengan bajak laut yang memiliki posisi atau kinerja lebih baik. Mereka justru menghadirkan bajak laut yang lagi-lagi tidak patuh terhadap kesepakatan yang ada.

Mengapa Tidak Ada Kriteria Khusus?

Poin di atas ada kaitannya dengan poin ini, di mana kita tidak tahu apa yang kemudian membuat pemerintah memutuskan seorang bajak laut layak atau tidak menjadi bagian dari Shichibukai. Dengan tidak adanya kriteria khusus yang menjadi bahan pertimbangan mereka, bukan tidak mungkin mereka akan merekrut bajak laut yang kurang cocok untuk menjadi Shichibukai.

Contohnya adalah Dracule Mihawlk, Boa Hanock, atau Jinbe adalah Shichibukai yang memang dirasa pantas menduduki jabatan ini karena kemampuan dan juga reputasi mereka. Namun, kita kemudian melihat sosok Buggy si badut, yang jarang sekali diperlihatkan bertarung dan bahkan kemampuan bertarungnya pun bisa dibilang tidak terlalu handal.

BERSAMBUNG KE HALAMAN 2

1
2
Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.