Dari semua ras dan spesies yang ada di multiverse Dragon Ball, para Saiyan, ras dari sang protagonis utama serinya yaitu Goku, adalah yang paling populer selain para manusia. Para Saiyan dikenal karena kekuatan mereka yang sangat dahsyat serta semangat bertarung yang sangat tinggi. Bisa dibilang para Saiyan adalah salah satu ras paling tangguh dan paling dahsyat.

Yang menjadi ciri khas seorang Saiyan adalah emosi, kemarahan, dan sisi emosional mereka. Kemarahan dan emosional dari Saiyan tersebut merupakan sumber kekuatan utama mereka. Semakin marah atau emosi maka semakin besar juga kekuatan yang akan mereka hasilkan. Namun, terkadang kemarahan Saiyan tersebut juga menjadi titik lemah mereka.

Kemarahan dari Saiyan

Ras Saiyan, memang sudah sedari awal adalah bagian dari pejuang. Sikap mereka yang selalu senang bertarung dan pantang menyerah, berasal dari amarah dan amukan mereka. Jika itu terjadi, kekuatan mereka akan meningkat berkali-kali lipat. Dan ketika kekuatan mereka sudah bertambah berkali-kali lipat, mereka akan berubah menjadi makhluk yang sangat mengerikan.

Meskipun kekuatan mereka menjadi ciri khas Saiyan, sayangnya, mereka lebih dikenal dari segi otot dan bukan kecerdasannya. Taktik bertarung mereka juga tidak begitu bagus. Bahkan, ada sebuah teori yang menyebutkan bahwa semua ledakan emosi dan para Saiyan ini sebenarnya adalah penghambat bagi mayoritas mereka untuk mencapai kekuatan terbaiknya.

Image Source: Aminoapps.com

Teori tersebut juga menuturkan bahwa Saiyan yang cerdas dan baik perilakunya sebenarnya adalah Saiyan yang paling kuat. Hal ini bisa dilihat dari sosok Goku dan anaknya, yang mana berkat aksi heroik yang dia lakukan, keduanya mampu mendapatkan transformasi yang sangat kuat seperti Super Saiyan dan berbagai peningkatannya. Goku bahkan mampu mencapai form Super Saiyan 3, yang mana hal tersebut membuat Vegeta cemburu.

Vegeta sangat berbeda dari sosok Goku, dimana Vegeta adalah sosok yang meledak-ledak dan sangat emosional serta pemarah dibandingkan Goku. Dan jika menilik pada teorinya, inilah kemungkinan alasan mengapa Vegeta tidak mampu mencapai Super Saiyan 3, dan cenderung lambat dalam peningkatan kekuatannya.

Yang Tenang yang Menang

Bukti lain dari teori di atas bisa dilihat dari Nappa, dan juga para penerus Goku serta Vegeta di seri Dragon Ball GT (Goku dan Vegeta Junior). Yang menarik adalah mereka berdua diperlihatkan sangat baik dan menarik seperti halnya penduduk bumi pada umumnya. Mereka tidak diperlihatkan agresif atau pernah memiliki masalah dengan Saiyan lainnya.

Dan di akhir cerita serinya, kita melihat Goku dan vegeta Junior berhasil mendapatkan transformasi Super Saiyan di usia mereka yang masih muda. Mereka seakan begitu mudah mendapatkan transformasi tersebut. Sikap mereka yang tenang, dan tidak terlalu memiliki semangat bertarung yang tinggi, memperlihatkan bagaimana mereka sudah meninggalkan budaya asli mereka, yang mana justru hal itu membuat mereka jauh lebih kuat.

Image Source: Hypebeast.com

Form Ultra Instinct, transformasi terkuat Goku, berhasil dia dapatkan setelah melepaskan semua sisi emosional yang dia miliki dan memilih untuk “lepas” dengan semua keadaan yang ada. Ini bisa jadi adalah bukti yang paling nyata bahwa kemarahan dan emosi seorang Saiyan, selain menjadi sumber kekuatan mereka, juga adalah sumber kelemahan mereka.

Mungkin, jika para Saiyan mau meninggalkan sisi emosional mereka, dan mau mengikuti metode latihan Goku dengan tidak terlalu mengandalkan kekuatan otot saja, para Saiyan bisa menjadi ras yang jauh lebih mengerikan dan kuat. Mereka mungkin akan bisa menaklukan musuh utama mereka, Frieza, yang sudah menghancurkan planet Namek.

Featured image: Apkpure.com

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.