Setiap pahlawan hebat dalam cerita Shonen pasti memiliki sebuah gerakan atau teknik yang menjadi ciri khas mereka. Gerakan ini selalu mereka gunakan, dan gerakan ini bisa membuat penonton dan fans tahu bahwa hal itu adalah milik seorang pahlawan hebat. Salah satu contohnya adalah Rasengan milik Naruto atau Chidori milik Sasuke.
Tapi, sebenarnya ada jutsu lainnya yang jauh lebih hebat dan bisa dibilang sudah menjadi ciri khas dari sang protagonist, Naruto, yaitu Talk no Jutsu atau teknik berbicara. Maksud teknik bicara disini adalah bagaimana Naruto mampu mengajak bicara setiap lawan-lawannya, dan bahkan melalui teknik ini Naruto bisa merubah cara pandang musuhnya agar menjadi lebih baik. Naruto melakukan ini dengan cara berbicara dari hati ke hati dengan musuhnya.
Kemampuan ini adalah kemampuan yang secara konsisten muncul sejak awal sampai akhir seriesnya. Bahkan kemampuan ini juga diperlihatkan dalam movienya. Rasanya sulit jika tidak melihat Naruto melakukan berbagai “nasihatnya” kepada sang musuh. Meskipun bagi sebagian orang teknik ini tidak berguna, omong kosong, dan hanya lelucon, faktanya teknik ini sangatlah ampuh.
Naruto selalu berusaha untuk menggunakan teknik ini dalam setiap kesempatan dan pertarungan, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Meskipun begitu, bukan berarti Naruto tidak membalas serangan mereka sama sekali. Naruto juga tetap menunjukan kemampuannya dan menunjukan aksinya agar mereka mau mendengarkan apa yang diucapkan oleh Naruto.
Gaara adalah contoh nyata dari teknik ini, dimana pada awalnya dia adalah parallel dari sosok Naruto. Sama-sama yatim piatu, sama-sama dianggap sebagai monster oleh masyarakat, dan bahkan mereka berdua sama-sama tidak memiliki teman, masa kecil Gaara dan Boruto benar-benar tragis. Meskipun begitu bagaimana Gaara dan Naruto dalam menanggapinya sangat berbeda.
Gaara pada awalnya menanggapi situasinya dengan penuh kekerasan, kekuatan, dan hal yang membuatnya dihormati orang lain. Berbeda dengan Naruto, yang mana dia berusaha sekuat tenaga agar bisa diterima oleh semua orang. Dia berusaha membaur dengan rekan-rekannya di akademi. Apa yang dilakukan oleh Naruto dan Gaara benar-benar sangat berbeda dari berbagai perspektif.
Narutolah yang kemudian membuat Gaara sadar bahwa tindakannya salah. Gaara selalu merasa bahwa dialah yang paling menderita. Tapi, Naruto memahami sakit yang dirasakan Gaara dan justru memberikan motivasi dan semangat agar Gaara berubah menjadi lebih baik dan lebih kuat. Selain Gaara, contoh nyata lainnya dari teknik ini adalah Pain, pemimpin dari Akatsuki.
Pain selalu percaya bahwa dengan menunjukan kepada dunia apa arti sebenarnya dari penderitaan dan kehilangan, hal tersebut akan menyatukan seluruh dunia melalui empati. Meskipun metode yang digunakannya kejam dan salah, ideologi yang dipegang Pain memang masuk akal – bahkan Naruto sendiri memahami hal ini. Tapi, kemudian Naruto merasa bahwa perspektifnya dalam hal ini salah.
Dengan menggunakan “koneksinya” yang pernah merasakan rasa sakit dan penderitaan tersebut, Naruto berusaha menyadarkan Pain bahwa apa yang dia lakukan adalah salah. Apa yang dia lakukan justru membuat orang lain menderita. Meskipun banyak orang yang meragukan kemampuan Talk no Jutsu, nyatanya hal ini berhasil membuat Pain tersadar dan Naruto menyadari bahwa dia sebenarnya adalah orang yang baik.
Satu-satunya orang yang mungkin bisa bertahan dari jutsu ini adalah Uchiha Sasuke. Sejak awal sampai akhir serinya, Sasuke selalu menaruh dendam kepada Naruto yang mana dia selalu berusaha membunuhnya. Di sisi lain, Naruto sendiri selalu berusaha untuk terus menyadarkan Sasuke dan membawanya kembali pulang. Tapi, usaha tersebut selalu gagal. Sudah dua kali kali Naruto gagal membawa pulang Sasuke.
Baru pada pertarungan ketiga, pasca kerja sama mereka dengan para shinobi lain di perang besar ninja keempat menghadapi Kaguya, Naruto akhirnya berhasil menyadarkan Sasuke. Dan akhirnya Sasuke pun kini kembali menjadi bagian dari Konoha, dan bahkan dia adalah Hokage bayangan yang membantu Naruto dalam menghadapi ancaman yang ada.
