Ketika Robert Downey Jr. masih bergabung dengan Marvel Cinematic Universe, dia sempat juga muncul dalam berbagai proyek film lainnya, salah satunya adalah proyek film yang disutradarai oleh Guy Ritchie, Sherlock Holmes, yang dirilis pada 2009 dan sekuelnya pada 2011 lalu. RDJ berperan sebagai sang detektif cerdas, ditemani oleh Dr. John Watson yang merupakan sahabatnya, yang diperankan oleh Jude Law.

Dengan kesuksesan yang diraih oleh Jude Law dan RDJ saat itu, wajar jika kedua filmnya bisa dianggap sebagai film yang sukses secara komersial. Hal ini juga yang mendorong para fans yang ingin kembali melihat penampilan keduanya di film Sherlock Holmes 3, yang saat ini dijadwalkan akan dirilis pada 2021 mendatang. Namun, di film ketiga ini bukan lagi Guy Ritchie yang akan mengarahkan filmnya melainkan Dexter Fletcher.

Ada hal menarik mengenai masa depan franchise Sherlock Holmes ini. Dalam sebauah panel di Fast Company Innovation Festival, RDJ mengungkapkan visinya untuk membangun sebuah franchise Sherlock Holmes, yang terinspirasi dari pengalamannya di MCU. Dengan kata lain, RDJ ingin membangun sebuah jagat sinematik yang berdasarkan cerita dari Sir Arthur Conan Doyle ini. Tapi, apakah hal itu akan berhasil?

Film Misteri Kembali Populer

Selama ini rasanya belum pernah ada sebuah jagat sinematik yang menghubungkan antara satu film misteri, dengan film lainnya. Dan Sherlock Holmes bisa jadi yang pertama di tengah kebangkitan genre ini. Memang tidak semuanya yang berjalan di genre misteri ini mendapatkan kesuksesan besar. Film Murder Mystery yang diproduksi oleh Netflix dan dibintangi Adam Sandler dan Jennifer Anniston, menjadi salah satu contoh nyata dari film misteri yang banyak dikritik penonton.

Kemudian film Murder on the Orient Express yang merupakan karya dari Kenneth Brannagh. Meskipun diadaptasi dari novel Agatha Christie, Brannagh dianggap gagal untuk mengadaptasi ceritanya. Terlepas dari semua kegagalan tersebut, kedua judul itu tetap membantu genre misteri kembali bangkit di era modern ini. Beberapa judul juga bahkan berhasil mendapatkan sekuelnya, seperti Knives Out.

Sherlock Holmes 3 Menjadi Awal Diluncurkannya Jagat Sinematik

Sherlock Holmes: A Game of Shadows menghadirkan sebuah cerita cliffhanger yang besar, dimana Sherlock dan Moriarty diasumsikan sudah tewas setelah terjatuh dalam sebuah pertarungan. Namun, di ujung filmnya para penonton dibuat terkejut bagaimana Sherlock kemudian muncul di kantor Watson, dimana ternyata dia bersembunyi dibalik salah satu kostum kamuflasenya.

Ceritanya sendiri diadaptasi dari “The Final Problem” karya Conan Doyle, dimana Sherlock dan Moriarty bertarung di Reichenbach Falls dan terjatuh. Seharusnya, dalam kejadian tersebut Sherlock tidak pernah selamat dan menjadi petualangan terakhir dari Sherlock. Namun, berkat desakan dari para fans akhirnya Conan Doyle kembali menghadirkan Sherlock Holmes beberapa tahun kemudian dalam cerita “The Adventure of the Empty House”, sebelum dia benar-benar pensiun di cerita His Last Bow.

Meskipun filmnya sudah menghadirkan kisah tentang insiden Reichenbach Falls dan kematian palsu Sherlock Holmes, masih ada banyak cerita lainnya yang bisa diadaptasi  atau menjadi inspirasi bagi film-film ini selanjutnya. Kunci utama bagi Sherlock Holmes 3 untuk menjadi awal bagi sebuah jagat sinematik adalah dengan memperkenalkan berbagai karakternya. Sherlock Holmes sendiri sudah menghilangkan dua karakter utama mereka yaitu Irene Adler dan Moriarty.

Namun, tentu saja, Sherlock Holmes 3 juga bisa saja menghadirkan karakter orisinal seperti halnya Lord Blackwood dan Madame Simza Heron, yang bisa memiliki ceritanya sendiri jika mereka berhasil mendapatkan perhatian para penonton. Salah satu hal positif atau hal menarik dalam konsep jagat sinematik ini adalah Sherlock Holmes tidak perlu muncul dalam setiap filmnya. Yang terpenting semuanya saling terhubung.

Cerita dan Karakter Yang Bisa Muncul di Jagat Sinematik Sherlock Holmes

Yang juga menjadi nilai plus dari sebuah jagat sinematik adalah film-filmnya tidak perlu sesuai dengan kronologi waktu yang ada. Contoh paling nyata adalah Black Widow atau Wonder Woman 1984. Jadi, selain para penonton dan para fans bisa mengetahui cerita tentang Sherlock, mereka juga bisa mengetahui cerita masa lalu atau cerita dari poin waktu tertentu dari karakter seperti John Watson, Irene Adler, Moriart, dan masih banyak lainnya.

Sedangkan untuk cerita yang bisa dieksplor dari universe Sherlock Holmes ini, semuanya tergantung pada karakter yang terlibat di dalamnya, tapi jika memang ada keterlibatan dari  sosok Sherlock sendiri, berbagai cerita mulai dari “The Adventure of the Dancing Men”, “The Adventure of the Six Napoleons”, “The Adventure of the Second Stain”, bisa menjadi pilihan sutradara. Cerita ini bersetting pasca dia memalsukan kematiannya sendiri.

Namun, seperti yang sudah disebutkan di atas, Warner Bros. juga bisa saja membuat cerita orisinal yang terinspirasi dari cerita-cerita tersebut. Mereka tidak perlu terpaku dengan cerita dari Conan Doyle, seperti yang terjadi di MCU.

Apakah Proyek Ini Bisa Berhasil

Inilah pertanyaan yang kemudian muncul, apakah proyek ini akan berhasil? Jika konsep ini bisa membawa kesuksesan untuk genre superhero, bukan berarti genre lainnya juga bisa meraih kesuksesan yang sama dengan genre superhero. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa ada kemungkinan besar, universe Sherlock Holmes ini tidak akan sebesar dan sesukses jagat sinematik MCU.

Mengeksplorasi cerita diluar sosok Sherlock sendiri tentunya akan memberikan angin segar kepada para fans, yang mungkin merasa bosan dengan kemunculannya di setiap film. Tapi, bukan berarti trik ini tidak memiliki resiko. Warner Bros harus bisa mencari jalan agar cerita yang ditampilkan tidak monoton dan membosankan – dan juga bagaimana mereka memberikan sedikit twist dari cerita versi Conan Doyle untuk ditampilkan di filmnya.

Resiko terbesar yang mungkin terjadi dengan jagat sinematik Sherlock ini adalah kembali mengulang kesalahan dari series Sherlock yang tayang di BBC, dimana setelah Sherlock Holmes kembali muncul, berbagai kasus dan metodenya semakin sulit dipercaya, dan kualitas ceritanya juga menurun. Membangun sebuah jagat sinematik Sherlock Holmes bukanlah sebuah keharusan, tapi jika memang dieksekusi dengan baik, hal ini bisa menjadi sangat menarik untuk dieksplor. Semuanya kembali ke Sherlock Holmes 3, apakah filmnya bisa menjadi jembatan bagi dibukanya jagat sinematik atau justru menjadi film terakhir dari semuanya.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.