Suka atau tidak, Joker merupakan sebuah film yang memaksa para penontonnya untuk bertanya-tanya seberapa besar atau seberapa banyak adegan yang terjadi di filmnya yang merupakan “kenyataan”. Hal ini seperti yang diperlihatkan oleh filmnya, bahwa Arthur Fleck memiliki sebuah gangguan jiwa dimana dia sering halusinasi tentang apa yang terjadi di dalam kepalanya. Oleh karena itu, apa saja adegan yang dianggap sebagai sebuah fantasi Arthur Fleck?

Hubungan Arthur dengan Sophie

Apapun interpretasi Geeks tentang akhir dari film Joker atau hubungannya dengan cerita Batman, ada sesuat yang janggal tentang tetangga Arthur di apartemennya yaitu Sophie. Dan ini adalah salah satu contoh ilusi dari Arthur. Sophie dan Arthur sendiri bertemu ketika mereka berada di satu lift yang sama, yang ternyata Sophie pun tinggal di lantai yang sama.

Pertemuannya dengan Sophie, memicu Arthur untuk “lebih mengenal” Sophie dengan mengikutinya kemanapun dia pergi. Kemudian, Arthur dikejutkan dengan Sophie yang pergi ke apartemen miliknya dan mengatakan tentang apa yang sudah dilakukan oleh Arthur terhadap dirinya. Namun, anehnya justru Sophie tidak merasa terganggu dengan perilaku yang cukup menganggu tersebut. Bahkan, mereka memutuskan untuk berkencan.

Setelah Arthur membunuh pegawai Wayne Corps di kereta bawah tanah, Arthur kemudian memberanikan diri pergi ke apartemen Sophie dan menciumnya. Romansa diantara mereka pun dimulai. Tapi, fakta mengejutkan kemudian diperlihatkan setelah dia membunuh ibunya di rumah sakit. Ketika Arthur masuk ke dalam ruangan apartemen Sophia, justru dia tidak mengenal siapa Arthur (selain mengetahui bahwa dia adalah tetangganya).

Kemudian fakta mengejutkan muncul bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Arthur dan Sophie, mulai dari bertemu di depan kamar Arthur, pergi makan malam, melihat komedi Arthur Fleck, sampai hubungannya dengan Sophie ternyata semuanya hanyalah ilusi atau bayangan dari Arthur Fleck saja. Sebenarnya ada beberapa petunjuk mengenai hal ini.

Pertama adalah seorang wanita merasa tidak terbebani ketika ada seorang pria yang mengikutinya bersama anaknya. Hal itu tentunya hanya ada di dalam pikiran orang yang benar-benar gila atau orang yang penuh delusi. Kedua, disadari atau tidak, anak Sophie tidak muncul setiap kali mereka pergi berdua.

Kemunculan Pertama Arthur Sebagai Penonton di Acara Murray Franklin

Satu hal lainnya yang dianggap sebagai ilusi dari Arthur adalah ketika dia muncul di acara Murray Franklin dan menjadi sala satu penonton di studionya. Seperti yang diperlihatkan di filmnya, Arthur dan ibunya, Penny Fleck, merupakan penggemar berat dari acara TV milik Murray Franklin. Setiap malam mereka selalu menonton acara tersebut.

Ketika Arthur menjadi bagian dari penonton, Murray menyadari kemunculan Arthur ketika dia mengatakan bahwa dia adalah penggemar terbesar dari Murray. Arthur pun kemudian diajak untuk naik ke atas panggung dan menceritakan tentang pengalaman hidupnya. Selain mengidolakan Murray, Arthur juga sudah menganggap Murray sebagai figur ayah.

Oleh karena itu, dia sangat marah ketika Murray justru menghina leluconnya dan juga kondisinya. Adegan tersebut juga didukung bagaimana Arthur begitu ngotot ingin menjadi seorang komedian terkenal dan juga bagaimana dia sangat ingin tampil di acara Murray Franklin. Namun, di akhir filmnya kita menyadari bahwa Arthur memang sepertinya memiliki dendam kepada Murray dengan mengatakan bahwa dia jahat karena telah menertawakannya dan juga menganggapnya jahat. Akhirnya dia pun membunuh Murray di tengah-tengah acaranya berlangsung.

Kondisi  Mental Arthur

Mendiskreditkan masalah medis seseorang memang dianggap sesuatu hal yang kurang patut, namun Arthur Fleck adalah seorang pembunuh berantai, jadi mempertanyakan kebenaran dari kondisi tertawanya yang tidak terkontrol adalah hal yang wajar. Pseudobulbar Affect merupakan sebuah kondisi medis yang memang benar ada di dunia nyata.

Kondisi tersebut membuat penderitanya tidak mampu mengekspresikan apa yang sebenarnya dia rasakan, oleh karena itu penderita pun mengeluarkan tawa histeris di saat yang kurang tepat. Ada kemungkinan bahwa apa yang terjadi kepada Arthur merupakan efek dari masa kecilnya yang selalu disiksa oleh orang tuanya.

Hal ini sama seperti sindrom Tourette, dimana Arthur tertawa histeris ketika dalam keadaan stress atau tertekan. Contohnya adalah ketika dia tampil pertama kali di sebuah pertunjukan komedi atau ketika dia dimarahi oleh seorang wanita di dalam bis, karena dianggap mengganggu anaknya.  Tapi, kondisi berbeda diperlihatkan oleh Arthur di akhir filmnya setelah dia mendapatkan persona “Joker” dimana justru dia jarang tertawa.

Meskipun ada kemungkinan Joker memiliki lebih sedikit beban dibandingkan dengan Arthur, dan stress atau tekanan tidak lagi memicu Joker untuk tertawa histeris, rasanya tidak berlebihan jika mengatakan bahwa seluruh tawa yang dilakukan oleh Arthur merupakan gejala psikosomatis. Pekerjaan Arthur sebagai seorang komedian dan membuat orang tertawa, membuatnya bisa saja tertawa secara tidak sengaja di tengah-tengah situasi yang tidak terduga. Intinya, catatan medis Arthur bisa saja palsu karena sebenarnya Arthur memiliki penyakit mental lainnya selain Pseudobulbar.

BERSAMBUNG KE HALAMAN 2

1
2
Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.