Sedari awal kemunculannya di MCU, Tony Stark adalah seorang penemu dan juga seorang mekanik yang handal. Dia mampu menciptakan apapun yang dia inginkan. Armor yang dia gunakan di MCU untuk melawan para villain pun merupakan buatan Tony sendiri. Kemampuannya tersebut dia gunakan untuk terus menyempurnakan armor miliknya, demi mampu menghadapi berbagai ancaman yang dihadapi oleh Avengers.

Hal ini termasuk armor baru yang dia gunakan di film Avengers: Endgame, setelah armor teknologi nano miliknya hancur saat menghadapi Thanos di planet Titan dalam film Infinity War. Weta Digital adalah perusahaan yang menangani efek visual dari armor milik Tony, khususnya saat pertarungan terakhir melawan Thanos di Endgame. Matt Aiken adalah orang yang bertanggung jawab dalam proses efek digital ini.

Di Infinity War, dan kemudian di beberapa bagian di Endgame, dia memiliki teknologi nano Bleeding Edge yang dia kembangkan sendiri. Dan itulah ide dari armor yang terbuat dari partikel nano yang bisa berubah menjadi cair dan bergerak ke seluruh bagian armornya, dan membentuk berbagai senjata, dan kemudian mengeraskan juga mengkristalkan armor tersebut. Kami mengembangkan teknologi tersebut untuk film Infinity War, dan menggunakannya kembali dalam dua adegan di film Endgame.

Setelah menjelaskan bagaimana armor berteknologi nano tersebut mampu mengikuti tubuh dari tony, sehingga armornya tidak perlu lagi dipanggil atau dibawa-bawa, Aitken kemudian menjelaskan tentang adegan saat Thanos melawan Tony Stark. Juga beserta semua teknologi yang digunakan di adegan tersebut.

Ada sebuah pertarungan dengan Thanos di awal bagian akhir filmnya, dimana dia menggunakan sebuah alat yang disebut sebagai Lightning Refocuser. Alat tersebut mampu menangkap energi kilat milik Thor dan kemudian mengubahnya menjadi sebuah ledakan energi repulsor yang dahsyat, yang dia gunakan untuk menghadapi Thanos.

Aiken juga menjelaskan tentang perubahan terbesar dalam armor Tony Stark. Menurutnya di akhir film, saat Tony melakukan jentikan jari untuk yang terakhir kalinya, merupakan momen terbesar dari perubahan armor Tony.

Armornya mencoba untuk melindungi Tony dari energi Infinity Stones dan mencoba untuk mengembalikan energi yang masuk ke dalamnya, tapi energi Infinity Stones terlalu kuat, dan akhirnya armor tersebut rusak. Kami melakukan sebuah simulasi yang cukup kompleks untuk hal tersebut dimana kita bisa melihat bagaimana energinya masuk ke seluruh armor Tony, dan memperlihatkan energinya menghancurkan armor tersebut. Kami memperlihatkan versi tersebut ke pihak studio, dan mereka mengatakan bahwa hal itu sangat bagus, tapi menurut mereka simulasi yang ditunjukan terlalu banyak hal yang diperlihatkan.

Akhirnya masukan tersebut kemudian diterima oleh Weta Digital dan visual efek yang dimunculkan agar dikurangi. Tujuannya adalah agar para penonton bisa fokus pada reaksi Tony yang kesakitan menahan energi dari Infinity Stones, dibandingkan dengan sebuah momen yang memperlihatkan banyak sekali sentuhan efek visualnya.

Ini merupakan sebuah tindakan yang dilakukan untuk menyeimbangkan semuanya karena kami sadar bahwa apa yang terjadi akan menjadi bukti bahwa hal tersebut fatal bagi Tony… kita sudah melihat efek dari Infinity Stone pada Thanos dan Hulk di filmnya.

Kemunculan Tony Stark di MCU benar-benar memukau banyak orang, apalagi dengan berbagai teknologi modern yang dia gunakan. Tapi, sayangnya kini Tony sudah meninggal akibat snap yang dia lakukan demi menghilangkan Thanos dan pasukannya.

 

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.