Perjanjian darah merupakan sebuah aspek yang paling penting dalam kisah John Wick. Hal ini bisa dilihat dari fim John Wick: Chapter 2 dan John Wick: Chapter 3 – Parabellum. Dalam kehidupan lama John, dia merupakan seorang pembunuh elit dan menjadi bagian dari sebuah kelompok rahasia. dalam kelompok tersebut perjanjian darah merupakan salah satu kontrak antara hidup dan mati antara sang pembunuh bayaran dan juga kelompok tersebut.

Kalimat “perjanjian darah” sendiri sebenarnya merupakan hal yang umum terjadi di dunia nyata. Perjanjian tersebut bisa diartikan bahwa kedua belah pihak tidak boleh melanggar apa yang sudah mereka janjikan. Dari sisi sejarah, banyak sekali kebudayaan yang melibatkan perjanjian darah ini, juga ditambahkan sebuah jabatan tangan erat sebagai sebuah komitmen keseriusan.

Di dunia John wick, hal itu sedikit memiliki kesamaan. Ketika seseorang sudah memutuskan untuk melakukan perjanjian darah, dia kemudian sedikit “melukai” ibu jari tangannya dan meletakannya di sebuah alat yang disebut sebagai marker. Ini artinya orang yang melakukan perjanjian tersebut bersumpah  untuk memenuhi janjinya dengan darah yang menggambarkan sebuah hukuman karena melanggar perjanjiannya.

Derek Kolstad, screenwriter dari John Wick, sempat menjelaskan tentang perjanjian darah ini. “ini (perjanjian darah) seperti kau memberikan janji kepada orang lain di depan notaris yang berasal dari dunia bawah tanah. Ketika semuanya sudah selesai kau harus memberikan darahmu untuk menandai dengan orang seperti Winston yang menanda tangani penyelesaian janji tersebut.

Setelah John memutuskan untuk melakukan perjanjian ini dengan Santino D’Antonio, dia kemudian mulai menyingkirkan para pesaing Viggo. Seperti yang diungkapkan oleh Viggo di film pertamanya, “The bodies he buried that day laid the foundation of what we are now (tubuh-tubuh yang dikubur pada hari tersebut menjadi fondasi kita saat ini).”

Perjanjian darah ini sempat membuat hidup John menderita. Setelah dirinya menyelesaikan berbagai masalahnya dengan keluarga Tarasov, Santino kemudian muncul kembali dan memaksa John untuk menyelesaikan perjanjian darah tersebut. Tugasnya adalah membunuh adiknya Gianna. Santino ingin menyingkirkan adiknya dan mengambil jatah kursi di the High Table, yang ayahnya berikan kepada adiknya.

Ketika misinya selesai, Santino justru ingin “meninggalkan jejaknya” dengan membuat John menjadi targetnya dan menaruh kontrak untuk nyawanya. John kemudian memburu balik Santino , hal itu kemudian memaksanya meminta perlindungan ke hotel The Continental. Winston (yang sejak awal berada di pihak John) memaksa Santino untuk menekan ibu jarinya di dalam sebuah log book, demi menyelesaikan perjanjian antara dirinya dan John.

Setelah bertemu di ruang bawah tanah The Continental, akhirnya John harus melanggar peraturan dasar hotel tersebut yaitu tidak boleh ada pembunuhan di wilayah The Continental. Apa yang dilakukannya berakibat pada John yang berubah statusnya menjadi seorang excommunicado. Hal ini juga yang membuat John akhirnya diburu oleh banyak pembunuh bayaran. Di trailer John Wick 3, fakta baru kemudian terungkap jika kontrak baru untuk John naik. John harus melakukan semuanya untuk bertahan hidup.

Meskipun perjanjian darah dengan Santino sudah selesai, dia masih memiliki satu perjanjian lagi dengan Winston yang sempat memberikan dia waktu satu jam sebelum dia diburu oleh para pembunuh bayaran. Setelah berhasil lolos dari New York dengan menggunakan “tiket”, akhirnya John pergi ke Casablanca.  Disana, John kemudian bertemu dengan Sofia. John sendiri sebenarnya masih memiliki satu perjanjian darah dengan Sofia yang harus ditebus. Akhirnya John membantu Sofia untuk menyelamatkan anaknya dengan menyembunyikannya di suatu tempat dari kejaran musuh ibunya.

John membawa Sofia kepada seseorang bernama Berrada, yang kemudian menuntunnya pada salah satu pemimpin The High Table, The Elder. Ketika Berrada tewas (karena dia membunuh salahs atu anjing milik Sofia dan Berrada sendiri dibunuh oleh Sofia), perjanjian darah tersebut pun akhirnya selesai.

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.