Bagi fanboy Batman, pastinya tau banget kalau film Batman & Robin (1997), sering dianggap sebagai film Batman yang paling “hancur”. Bahkan lebih jauhnya, juga sering dianggap sebagai film superhero terburuk dan ter-“cringe” sepanjang masa. Bahkan saking negatifnya respon fans, baik si Batman, George Clooney maupun sutradaranya Joel Schumacher (Batman Forever) sampai berkali-kali minta maaf baik secara tertulis maupun langsung dari mulut mereka.

Tapi apa emang filmnya seburuk itu ya? Kalau buruk banget, kok masih banyak yang suka-suka aja sama filmnya? Nah biar tau jawabnnya, langsung aja deh kalian simak pembahasannya berikut ini.


Gagasan Awal


Proyek Batman & Robin sebenarnya adalah gagasan dari pihak Warner Bros yang sangat aware dengan kesuksesan besar Batman Forever (1995). Seperti kita tahu, walau mendapat respon yang super mix, Batman Forever kenyataannya memang sangat laris. Hal ini karena selain memiliki tone yang lebih light dari Batman (1989) dan Batman Returns (1992), Forever memiliki penampilan yang sangat kuat dari seluruh bintangnya (termasuk Val Kilmer sebagai Batman). Intinya sekali lagi Batman Forever memang dapat menghibur.

Oleh karenanya sekali lagi tak heran apabila WB sangat tertarik untuk memproduksi sekuelnya melalui Batman & Robin ini. Schumacher dan penulis naskah di Batman Forever Akiva Goldsman ditugaskan kembali di film ini.


Masalah Naskah & Percepatan Jadwal


Pasca ditunjuk, Schumacher dan Goldsman langsung gerak cepat. Pasalnya, pihak WB memberikan target rilis di bulan Juni 1997 alias 2 tahun saja. Umumnya, jarak perilisan sekuel kala itu (apalagi film besar seperti Batman) berjarak 2,5 – 3 tahun. Dan di dalam gerak cepatnya tersebut, Schumacher langsung mengusulkan ke Goldsman untuk memproduksi sekuel campy yang terinspirasi dari seri top Batman tahun 60an yang dibintangi oleh Adam West dulu. Ia juga mengusulkan agar Mr. Freeze menjadi villain-nya.

Sayangnya setelah seluruh draf naskah selesai, Goldsman merasa kurang sreg dengan naskahnya. Goldsman khawatir kalau naskahnya tetap dipakai, akan membuat seluruh filmnya menjadi jelek. Dan seharusnya Schumacher mendengarkan kekhawatiran Goldsman ini.


Dicemooh Habis-Habisan Oleh Fans


Nekad menggunakan naskah yang dikhawatirkan partnernya tersebut, alhasil ketika Batman & Robin akhirnya dirilis pada tanggal 20 Juni 1997, film ini dicemooh habis-habisan baik oleh kritikus dan fans si manusia kelelawar. Batman & Robin dianggap tak mencerminkan sosok dan karakteristik Batman seperti di film-film sebelumnya. Terlalu campy dan silly yang alhasil, membuat filmnya terlihat seperti film komedi daripada film superhero.

Naskah dialog sangat cringy seperti layaknya ditulis oleh komedian Adam Sandler. Joke-joke yang dilontarkan tak bisa dikatakan lucu. Oh ya, jangan lupakan juga penampilan seluruh aktornya yang tidak kalah konyol. Memang sih maksud Schumacher seperti yang sudah disebutkan sebelumnya ingin menampilkan film Batman yang memiliki tone seperti seri TV tahun 60an nya silam. Tapi selain campy-nya kelewat batas, juga tone film ini salah tempat dan salah waktu. Kalau mungkin film dirilis di tahun 60an atau merilis film ini lebih dulu sebagai adatasi layar lebar modern pertamanya, mungkin filmnya gak bakalan dicemooh.

Masalahnya disini, sebelum Batman & Robin, kita telah disuguhkan oleh dua film Batman milik Tim Burton yang punya tone jauh lebih serius dan kelam seperti di komiknya. Kalian dapat membayangkannya bagaimana rasanya melihat film dari yang tadinya serius, lalu kemudian disuguhkan dengan film Batman yang “ngelawak” seperti ini? Akan jadi sangat “jomplang” bukan? Jangan lupain juga sosok Bane (Jeep Swenson) yang disini lebih terlihat seperti sosok raksasa aneh ber-steroid ketimbang sosok villain kuat nan sangar yang pernah mematahkan punggung Batman.


Tetap Raup Keuntungan dan Guilty Pleasure


Tapi anehnya, walau dicemooh dan dianggap sebagai film superhero buruk, Batman & Robin tetap sukses meraup untung yang lumayan. Spesifiknya dari modalnya $125 juta, film ini sukses membawa pulang untung sebesar $238.2 juta. Dengan jumlah keuntungan yang didapat tersebut, ini membuktikan kalau lumayan banyak juga audiens yang suka sama filmnya. Dan faktanya hingga detik ini, Batman & Robin memang masih disukai baik oleh awam maupun fans walau mereka juga meyadari kalau film ini memang film superhero yang buruk.

Tak heran apabila kita menjadi penasaran. “Sudah tau jelek kok masih banyak yang nonton ya?” Jawabannya, film ini adalah tipe film guilty pleasure. Batman & Robin adalah tipe film yang pas banget untuk ditonton sebagai penghibur di kala diri lagi stres atau suntuk. Tak perlu berpikir berat-berat untuk mencernanya dan terus tersenyum tertawa sendiri ketika menyaksikan filmnya. Fanboy yang menyaksikan pun juga sadar bahwa film ini adalah representasi buruk dari mitologi seorang Batman. Namun mereka juga manusia yang butuh hiburan enteng sekali-sekali. Dan faktanya sekali lagi Batman & Robin adalah tipe film yang cocok untuk ditonton dalam situasi seperti ini. Pokoknya yang penting bisa terhibur dan puas ngakak-ngakak sendiri bukan?

Nah Geeks, itulah sekiranya penjelasan mengapa walau sudah tau banget filmnya dianggap buruk, namun Batman & Robin tetap disukai dan dianggap memuaskan oleh awam dan fans. Apakah Geeks juga salah satu yang menyukai filmnya?