Gak bisa dipungkiri kalau 8 film yang disertakan di dalam nomine film terbaik aka Best Picture di ajang Academy Awards tahun ini, merupakan film yang dianggap layak dan pantas untuk disertakan di dalam kategori tersebut. Ya kalau misalkan tidak pantas, mana mungkin juga Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) memilih film-film ini bukan? Tapi dari kacamata pengamat film yang biasa aja, sebenarnya, beberapa dari nomine, justru terlihat dan terasa sangat overrated.

Overrated seperti yang dijelaskan definisinya di Cambridge Dictionary, memiliki makna: “(of something) considered to be better than it really is”. Atau dalam konteks di artikel ini,  film-film yang overrated adalah film yang walau bagus, namun kerap dipuja / dihargai melebihi kapasitasnya.

Tapi sekali lagi bukan berarti filmnya buruk loh. Namun lebih ke film yang seharusnya gak perlu-perlu banget mendapatkan nomine penghargaan, tapi justru malah masuk ke nominasi. Dan berikut adalah beberapa film nomine Oscar 2019 yang penulis anggap sangat overrated .

Oh ya dikarenakan disini gue akan menyinggung aspek naskah atau bahkan mungkin plot dari filmnya, maka yap, artikel ini SPOILER ALERT!!!!


BlacKkKlansman


Walaupun disutradarai oleh sutradara kulit hitam legendaris Spike Lee (Malcolm X) dan mengusung tema cerita pengintaian organisasi rasis kontroversial top, Ku Klux Klan (KKK) yang diambil dari memoir kisah nyata yang ditulis oleh real-life mantan polisi kulit hitam tahun 70an, Ron Stallworth, pada akhirnya setelah gue menyaksikan filmnya, film ini sangatlah overrated dan terlalu digembar-gembor bombastis.

Memang isu yang diangkat sangatlah berani, riskan, dan masih sangat relevan dengan kehidupan dunia yang kita tinggali saat ini. Dan akting putra aktor veteran Denzel Washington (Training Day), John David Washington dan si Kylo Ren, Adam Driver, sangat mesmerizing.

Tetapi pada akhirnya kalau dilihat lagi, film ini gak terlalu berbeda dengan kebanyakan film-film tensi rasis yang sudah-sudah. Malah kalau boleh jujur awal 10-15 menit awal film ini lumayan bikin ngantuk. Barulah setelah adegan karakter Stallworth yang diperankan oleh Washington tidak sengaja mengungkapkan nama aslinya di telepon ketika sedang berbicara langsung dengan salah satu pengurus tertinggi organisasinya, film ini mulai terasa seru.

Tapi sayangnya lagi, ketika menjelang akhir terutama di bagian ending, entah apa memang Lee ingin menampilkan ending-nya dengan pendekatan yang artistik atau entahlah. Adegan yang seharusnya bisa terlihat sangat keren dan provokatif, terlihat menjadi agak silly.

Sejujurnya sekali lagi yang membuat BlacKkKlansman dinominasikan di Oscar tahun ini adalah hanya karena faktor kebesaran nama Lee dan faktor tensi rasis yang masih marak terjadi saat ini. Namun secara keseluruhan film-nya, film ini cenderung B aja.


Bohemian Rhapsody


Well wait a moment Geeks. Penulis juga fans berat Queen ko dan sadar bahwa Rami Malek sebagai (alm) Freddie Mercury kemungkinan besar akan memenangkan penghargaan aktor terbaik di ajang Oscar-nya. Lebih jauh lagi, kami juga sadar bahwa Bohemian Rhapsody adalah film yang sangat fun.

Namun sekali lagi kalau kita mau membicarakan dari segi keseluruhan filmnya. Seperti yang dikatakan sebelumnya, film ini cuma punya sisi fun aja. Pasalnya film ini masih menampilkan beberapa kesalahan di dalamnya.

Bukan hanya urutan kronologis yang tidak sesuai seperti kejadian di real-life (contoh: “We Will Rock You” diciptakan ketika Freddie masih tak berkumis dan Freddie mengungkapkan ia terkena AIDS pertama kali secara privat menjelang akhir 80an dan BUKAN ketika sedang latihan persiapan Live Aid 1985), bagi gue untuk film dengan genre biography, hal ini bisa dibilang ngurangin nilai positif. Selain itu “Kriminal” terbesar dari BohRap adalah film ini tidak terlalu sesuai dengan yang dijanjikan.

Spesifiknya kalau Geeks masih ingat, Gitaris Brian May dan Drumer Roger Taylor kerap megatakan kalau film arahan Bryan Singer (X-Men: Days of Future Past) ini akan mengisahkan perjalanan perjuangan Queen dari nol hingga menjadi band legendaris seperti saat ini.

Dan memang janji tersebut direalisasikan. Namun di saat yang sama, kalau kita perhatikan dari awal hingga akhir, fokus film hampir 90% berfokus pada plot kehidupan Freddie. Memang tak dipungkiri sosok vokalis asal Zanzibar ini, tidak bisa dipisahkan oleh Queen. Tapi yang ada justru dengan memilih arahan ini, alhasil film ini seperti ingkar janji sendiri.

BohRap seakan seperti film mengenai Freddie daripada film mengenai Queen. Sehingga ya.. sekali lagi film ini semestinya gak perlu-perlu banget dinominasikan sebagai film terbaik di Oscar.


Vice


Walau film arahan Adam McKay (The Other Guys) ini mengangkat tema politikal A.S yang sangat “menohok” dan faktanya, si Batman, Christian Bale sukses memenangkan penghargaan aktor terbaik atas perannya sebagai Dick Cheney di penghargaan Golden Globe & Critic’s Choice tahun ini, tetap saja Vice adalah film yang overrated.

Pasalnya, film ini hanyalah mengisahkan perjalanan wakil Presiden George W. Bush ini dari nol hingga menjadi sosok Wakil Presiden A.S yang ironisnya juga dianggap sebagai salah satu Wakil Presiden A.S yang juga overrated. Selain itu, layakanya Bohemian Rhapsody, film ini juga sangat divisive (rasio suka dan tidak suka berimbang).

Malah beberapa mengkritik habis-habisan naskahnya yang dianggap “clumsy display of political hatred”. Sekali lagi satu-satunya aspek yang membuat Vice masuk nomine film terbaik Oscar adalah, penghargaan ini terlihat masih keren dan relevan di mata publik (baca: buat yang peduli dengan konflik politik yang masih terjadi di A.S hingga detik ini). Dan oh ya, mungkin juga untuk menghargai pengorbanan Bale yang lagi-lagi harus bertansformasi tubuh gila-gilaan demi peran Chenny-nya.


Roma


Mungkin dari seluruh nomine Best Picture di perhelatan Oscar tahun ini, tidak ada yang lebih digadang-gadang untuk membawa pulang pialanya selain film drama berbahasa Spanyol arahan Alfonso Cuaron (Harry Potter and the Prisoner of Azkaban) ini.

Rasanya setiap kita membaca arttikel atau mendengar siaran podcast film, Roma selalu disebut-sebut sebagai pemenang besarnya. Dikarenakan hype yang super duper ini, tak pelak penulis pun jadi penasaran sekali. “Apa memang benar-benar worth” untuk menjadi pemenang ‘besar’?

Well, ketika akhirnya gue nonton filmnya, tak dipungkiri bahwa hype tersebut sangatlah berlebihan. Iya emang aspek utama yang membuat Roma begitu diunggulkan, adalah cara pengarahan sekaligus sinematografi super indah yang dilakukan oleh Cuaron.

No doubt deh kalau misalkan di berbagai penghargaan film yang lebih mengedepankan aspek teknis, Roma pasti juara. Namun seperti kita ketahui, penghargaan film terbaik di ajang Oscar, bukan hanya dinilai karena pengarahan dan sinematografi indah saja.

Namun tentunya yang dinilai aspek dan bobot ceritanya dan semua-semuanya. Dan apabila kita menilai dari kacamata tersebut, sayangnya Roma bukanlah film yang akan memenangkan penghargaannya. Pasalnya secara kisah pun, film in esensinya hanya mengisahkan kisah perselingkuhan, aborsi, dan sosok nanny yang awalnya kurang begitu dihormati oleh ibu tuan rumahnya, menjadi dihormati karena ia, menyelamatkan nyawa salah satu anaknya yang hampir tenggelam.

Plot yang sangat generik nan sinetron sekali bukan? Banyak sekali film-film dengan plot seperti ini. Namun kita lihat saja nanti. Kalaupun pada akhirnya menang, ya Good deh untuk Mr. Cuaron dan Netflix. Namun untuk sementara, gue tetap menganggap Roma sebagai film yang paling overrated yang pernah dinominasikan di sepanjang sejarah penghargaan paling prestisius ini.

Nah Geeks. Itulah tadi beberapa film nomine Best Picture Oscar tahun 2019 yang gue anggap sangat overrated. Bagaimana? Apakah kalian sependapat? Atau punya judul lain yang kalian anggap overrated? Share di kolom komentar ya!