Para penggemar komik mungkin kenal dengan istilah retcon atau rertroactive continuity, yang secara terjemah bebas artinya adalah sebuah cara untuk menghubungkan kelanjutan dari cerita yang sudah ditinggalkan atau diatur atau yang berbeda dari sebuah karya yang dipublikasikan. Simpelnya adalah yang tadinya berbeda, sekarang bisa muncul jadi satu. Hal ini merujuk pada merger yang dilakukan Disney dan Fox.

Dengan suksesnya kesepakatan tersebut, membuat Marvel memilki lebih banyak lagi karakter yang bisa dimunculkan dalam film. Lebih besar lagi, mungkin berbagai crossover seperti Avengers bisa dilakukan dengan karakter yang berbeda. Beberapa karakter yang bisa Marvel “mainkan” diantaranya adalah Galactus, Phoenix Force, Fantastic Four, dan para mutant. Namun, yang menjadi fokus sekarang adalah bagaimana franchise X-Men dan Fantastic Four bisa bergabung ke MCU.

Cerita tentang pasukan kosmik juga bisa coba diangkat oleh Marvel dengan menghadirkan Galactus, sang pemakan planet, dan juga Phoenix Force. Salah satu cara termudah untuk menghubungkan mereka adalah dengan Infinity Stones. Dan jika Marvel mengambil langkah ini, mereka bisa menjelaskan cerita origin dari para mutant di MCU.


Infinity Stones Versi MCU Berbeda Dengan Versi Komik


Perlu untuk dipahami, Geeks, kalau Infinity Stones versi dan versi komik itu dua versi yang berbeda. Di MCU, Odin menggambarkan Infinity Stones sebagai relik dari universe sebelum kita. The Collector di GOTG menjelaskan lebih detil, bahwa sebelum ada universe sekarang, ada enam singularities. Kemudian the Collector lanjut menjelaskan, “kemudian jagat raya meledakmenjadi seperti sekarang, dan yang tersisa dari sistem ini dibentuk menjadi batu… yaitu Infinity Stones.”

Film-film Marvel belum terlalu banyak untuk membahas cerita asli dari Infinity Stones. Mungkin yang paling dekat pembahasannya adalah di film Avengers: Age of Ultron, ketika Tony Stark menganalisis Mind Stone. Dia menemukan sebuah jaringan neuron, yang mengisyaratkan kalau Mind Stone lebih dari sekedar kekuatan kosmik mentah, batu ini memiliki sejenis entitas dirinya sendiri. Hal tersebut kemudian memunculkan kemungkinan, beberapa dari Infinity Stones ini merupakan sebuah makhluk yang selamat dari kehancuran universe sebelumnya.

Marvel saat ini menemukan sebuah pertanyaan yang belum bisa dijawab, yaitu apa yang akan terjadi kepada Infinity Stones setelah Avengers 4? Kisah Thanos mungkin menjadi penutup yang logis dari cerita tentang Infinity Stones tapi, setelah Avengers 4 mereka tentu harus kembali menulis cerita tentang ini secepatnya. Menghancurkan batu tersebut, seperti yang Wanda lakukan terhadap Mind Stone milik Vision, merupakan cara terbaik. Namun, bila ternyata benar kalau Infinity Stones hanyalah sebuah “penjara” untuk makhluk yang terkurung di dalamnya, maka hal itu bisa membuka beberapa kemungkinan yang menarik.


Power Stone Adalah Jelmaan Galactus


Di cerita komik, Galactus merupakan makhluk terakhir yang selamat dari universe sebeleumnya. Dia merupakan seorang humanoid alias manusia buatan yang lahir di planet Taa. Galan merupakan seorang penjelajah yang pergi ke surga untuk menyelamatkan rumahnya dari kehancurkan. Meskipun dia gagal, Galan menjadi satu-satunya yang selamat, dan kemudian berubah menjadi Galactus sang pemakan planet.

Menjadi salah satu orang yang terkuat yang pernah ada, Galactus “diberkahi” dengan rasa lapar yang sangat besar.  Satu-satunya cara untuk mengurangi rasa lapar tersebut adalah dengan mengkonsumsi sebuah planet. Tapi, caranya bukan seperti kita makan bakso atau siomay. Galactus mengubah planet tersebut menjadi energi, kemudian baru dia memakan planet tersebut. Dia pergi ke seluruh universe ini demi mencari planet yang bisa dia konsumsi untuk mengurangi rasa laparnya tersebut.

Ada kesamaan antara Galactus dan Power Stone versi MCU. Di MCU, Power Stone digambarkan memiliki warna ungu, warna itu juga menjadi warna ciri khas seorang Galactus. Selain itu juga warna tersebut pernah dipakai pada zaman dulu, oleh bangsa Celestials untuk menjajah alam ini. Para bangsa Celestials mengontol Power Stone dalam sebuah tongkat, bentuknya sama seperti helm yang dipakai oleh Galactus.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh VFX supervisor film Infinity War, Power Stone merupakan batu yang “bertanggung jawab” dari menghilangnya separuh makhluk di jagat raya tersebut. Dia juga menyebutkan kalau semua Infinity Stones memiliki warna khas dan munculsebagai sebuah efek visual.

Usaha retcon ini akan membuat Marvel tidak perlu repot untuk memasukan Galactus ke dalam cerita MCU. Jika dengan menghancurkan Power Stone berarti melepaskan Galactus, maka saat itu juga salah satu dari karakter kosmik yang ikonik dan juga luar biasa kuat di MCU akan muncul.


Mind Stone Adalah Phoenix Force


Phoenix Force adalah kekuatan lain yang membentuk jagat raya kita saat ini. Cerita dari Phoenix Force bahkan lebih hebat dari Galactus. Dalam komik X-men:  Handbook dijelaskan kalau Phoenix Force merupakan penghubung dari energi mistis yang selalu muncul di seluruh realita dari beberapa universe. Phoenix Force berhasil menyelamatkan para makhluk yang hidup di universe yang sekarat oleh kehancuran.

The Phoenix merupakan sebuah kekuatan kosmik dari kematian dan kelahiran kembali. Biasanya the Phoenix selalu dikaitkan dengan X-Men. Dalam cerita Avengers vs X-Men, dengan dilepaskannya kekuatan besar dari the Phoenix kembali menghidupkan gen-X di seluruh planet, yang membuat kembali lahirnya ras mutant.

Tidak sulit untuk menghubungkan Phoenix Force dengan Mind Stone. Warnanya kuning, orange, dan merah menyala sangat dekatmirip dengan warna batu Mind Stone di MCU. Hubungan misterius antara Scarlet Witch dan Quicksilver terhadap Mind Stone bisa sangat pas dengan usaha retcon ini. Jika Marvel menghubungkan Mind Stone dan Phoenix Force, kehancurannya bisa menjadi awal lahirnya ras mutant, sama seperti di cerita Avengers vs. X-Men.


Usaha Ini Menjadi Jalan Keluar Bag Masalah Marvel


Teori-teori tersebut mungkin bisa dengan baik masuk ke dalam jalan cerita di MCU tapi, perlu diingat bahwa mereka semua adalah retcon. Ketika MCU dimulai, Marvel tidak tahu bahwa akan hari dimana beberapa karkater seperti X-Men, Fantastic Four, dan beberapa karkater lain akan kembali ke Marvel Studios. Bahkan, berusaha untuk memulai franchise tersebut bisa menjadi sebuah pelanggaran kontrak antara Marvel dan Fox. Sampai proses kespakatan Fox-Disney selesai, tidak boleh ada sedikit pun usaha untuk memulai hal tersebut.

Usaha ini memang bisa menyelesaikan banyak masalah besar di tubuh Marvel. Pertama adalah usaha ini menyediakan sebuah cara untuk memperbaiki plot dari Infinity Stones, untuk menutup cerita tersebut sehingga tidak akan ada pengulangan cerita atau plot yang sama dengan muncul villain yang berusaha untuk mencari batu tersebut.

Selain hal tersebut, dengan hancurnya keenam batu tersebut bisa menjadi kelanjutan dari cerita kosmik, membuat cerita tentang masa lalu universe tersebut yang sama sekali belum pernah ditampilkan. Jika, Galactus dan Phoenix Force terjebak di Infinity Stones sebelum munculnya bangsa Celestials, dengan kembalinya dua karakter ikonik tersebut, para “legenda” tersebut akan coba “menggoyangkan” cerita kosmik MCU.

Yang menarik lainnya adalah, dengan cerita lain dari Infinity Stones ini bisa menjelaskan cerita origin dari para mutan di MCU. Mereka bisa menjelaskan bahwa para mutant sebenarnya sudah ada di Mcu, hanya saja masih para pendahulunya. Api dari ledakan Phoenix bisa memicu gen-X awal di seluruh dunia, membuat manusia bisa melahirkan ras baru yaitu mutant. Inilah yang bisa menjelaskan cerita dari Maximoff bersaudara.

Para penggemar buku komik Marvel sempat kesal dengan fakta bahwa Quicksilver dan Scarlet Witch versi MCU bukanlah mutant. Dengan usaha retcon ini, kita nantinya bisa diberikan penjelasan bahwa mereka merupakan mutant generasi pertama yang diaktifkan oleh Mind Stone. Kevin Feige berulang kali menyebutkan kalau dirinya masih belum mempunyai rencana jelas untuk X-Men dan Fantastic Four di MCU. Tapi, dengan teori di atas setidaknya bisa menggambarkan apa yang diinginkan para fans terhadap karakter tersebut. Infinity Stones bisa menjadi  hal yang vita bagi masa depan franchise ini.

 

Irvan
Irvan adalah content writer yang berpengalaman lebih dari 5 tahun di bidang pop culture termasuk film, otaku stuff dan gaming. Di Greenscene, Irvan berfokus untuk coverage di topik seputar Otaku.