Ada banyak hal yang membuat sebuah film sukses. Beberapa diantaranya adalah: kekuatan superstar, akting, cerita, efek khusus, berhubungan secara personal kepada para penonton, dll. Crazy Rich Asians kemungkinan memiliki beberapa faktor yang telah disebutkan tersebut. Film yang diadaptasi dari novel mega best-seller karya Kevin Kwan ini berhasil meraih pendapatan box office sebesar 35 juta US Dollar pada minggu pertama.

Crazy Rich Asians digembar-gemborkan sebagai film Hollywood yang menggunakan pemeran keturunan Asia, setelah The Joy Luck Club dan Memoirs of a Geisha. Film ini dibintangi oleh Constance Wu, Henry Golding, Michelle Yeoh, Gemma Chan, Awkwafina, Nico Santos, Lisa Lu, dan Ken Jeong. Namun, terlepas dari kesuksesan film ini Crazy Rich Asians juga mengundang kontroversi, terutama dalam hal representasi. Baca terus artikel ini untuk mengetahui alasan kesuksesan dan kontroversi yang menyelimuti film Crazy Rich Asians.


Cerita Dari Perspektif Orang Asia-Amerika


Crazy Rich Asians berkisah mengenai Rachel Chu (Constance Wu), seorang professor ekonomi asal Amerika Serikat, yang berkunjung ke negara asal pacarnya Nick Young (Henry Golding), di Singapura. Di sana Rachel menemukan bahwa keluarga pacarnya adalah konglomerat real estate super kaya. Rachel rupanya mendapat pertentangan dari ibunya Nick, Eleanor (Michelle Yeoh), dikarenakan Rachel itu adalah “orang luar” meskipun dia seorang wanita keturunan Tiongkok.

Pergulatan Rachel inilah yang menyebabkan banyak orang Amerika keturunan Asia (terutama Tiongkok) datang ke bioskop. Bagi mereka, ini adalah sebuah pengalaman yang berhubungan kepada mereka secara pribadi, terutama dalam masalah identitas. Audrey Yeo Clap dari situs Variety mengatakan bahwa Crazy Rich Asians adalah cermin dari pengalaman pribadinya. “Pengalaman tunggal dari orang Asia-Amerika ini,” tulis Audrey, “di mana orang Asia-Amerika kebingungan di antara dua budaya, dan selalu takut kalau terjatuh di tengah-tengah, digambarkan dengan efek yang hebat di dalam film.”


Komedi-Romantis Masih Banyak Disukai


Setelah bisnis film merabah ke dunia digital seperti Netflix, Amazon Video, dan iTunes, banyak studio yang memfokuskan produksi film mereka menjadi ajang “Netflix-and-Chill.” Ketakutan atas gagalnya meraih keuntungan yang diharapkan juga menjadi salah satu alasan studio lebih memilih untuk membuat film yang dapat dinikmati di rumah, daripada harus repot-repot pergi ke bioskop. Film-film seperti Set It Up, The Kissing Booth, dan To All the Boys I Have Loved (yang juga menampilkan keluarga Asia-Amerika sebagai fokus utama), terbukti bahwa film romcom (komedi romantis) masih populer di kalangan penonton.

Namun, kesuksesan romcom di dalam ajang streaming bukan berarti kematian bagi komedi-romantis di layar lebar. Hal ini dibuktikan dengan kesuksesan The Big Sick, Love Simon, dan tentu saja Crazy Rich Asians. Film terakhir ini berhasil meraih pendapatan box office sebesar 35 juta US Dollar, pada minggu pertama, dari budget produksi sebesar 30 juta US Dollar. Nilai box office tersebut juga hanya pendapatan yang diraih di wilayah Amerika Serikat, karena Crazy Rich Asians belum mendapat perilisan globalnya.


Keberagaman Budaya Dalam Sebuah Film Hollywood


Film-film Hollywood biasanya dikritik karena menampilkan tokoh utama kulit putih dan pemeran pendukung Asia. Namun, di dalam Crazy Rich Asians semua pemerannya adalah orang keturunan Asia-Amerika. Sehingga hal ini dianggap sebagai sebuah batu loncatan yang luar biasa atas keragaman etnis dan budaya di Amerika Serikat. Di dalam Crazy Rich Asians, orang Asia-Amerika dapat melihat atau merasakan, bagaimana jadinya apabila orang keturunan Asia pulang ke kampong halamannya.

Warner Bros., studio yang memproduksi Crazy Rich Asians, mengatakan bahwa tujuan mereka dalam film ini memang untuk menggaet penonton Asia-Amerika. Uniknya, berdasarkan statistik saham dari situs Market Watch, sebesar 41% penonton Crazy Rich Asians adalah orang kulit putih, 38% orang Asia-Amerika, 11% orang Hispanik, 6% adalah orang Afrika-Amerika, dan 4% adalah orang keturunan lainnya. Sehingga, meskipun orang Asia-Amerika adalah target utama, orang-orang dengan beragam jenis ras, etnis, warna kulit, dan budaya dapat menikmati komedi-romantis ini.


Apakah Crazy Rich Asians Adalah Film yang Merepresentasikan “Orang Asia”?


Kontroversi menyelimuti film Crazy Rich Asians perihal representasi orang Asia. Audrey Yeo Yap dalam situs Variety mengatakan bahwa Crazy Rich Asians tidak merepresentasikan seluruh orang Asia. Namun, menurutnya itu tidak mengapa karena memang film ini mengambil fokus cerita mengenai wanita Amerika keturunan Tiongkok, dalam menangani perbedaan budaya yang dihadapinya ketika ia pergi ke negara Asia. Pada titik ini muncul juga pertanyaan mengenai definisi “orang Asia” dalam pehaman masyarakat Amerika. Pasalnya, kebanyakan pemeran yang ada di Crazy Rich Asians adalah orang Amerika keturunan Asia Timur (Tiongkok, Jepang, dan Korea).

Sangeetha Thanapal, aktivis dan penulis keturunan Singapura-India, memprotes mengenai representasi orang singapura “berkulit coklat” di dalam film ini. Menurutnya orang keturunan Melayu dan India di Singapura, hanya menjadi “pembantu” bagi orang Singapura keturunan Tiongkok, yang menjadi mayoritas di Singapura. Thanapal juga mengatakan: “Orang Asia berkulit cokelat telah diabaikan dalam definisi orang Asia di Amerika Serikat.” Jurnalis Cat Wang mengatakan bahwa film ini memberikan kesalah pahaman “bahwa untuk menjadi Orang Asia, kamu harus menjadi keturunan Tiongkok.”

Kirsten Han, seorang jurnalis asal Singapura, mengatakan bahwa Crazy Rich Asians bercerita mengenai sebuah komunitas Asia yang sangat spesifik: super kaya, mewah, dan sangat terbaratkan. Ia kemudian melontarkan sebuah pertanyaan: “Apakah orang kulit putih di Hollywood mau membiayai film ini apabila tidak bercerita mengenai orang Asia super kaya?”

Sutradara Crazy Rich Asians, John M. Chu mengatakan bahwa film ini tidak akan memenuhi ekspetasi semua orang. Chu juga mengatakan di dalam konferensi pers bahwa dari awal film Crazy Rich Asians bukanlah sebuah film yang dapat menangani semua isu mengenai representasi. Memang, sebuah film yang mengangkat sebuah topik seperti Crazy Rich Asians biasanya akan memiliki kontroversi. Namun, terlepas dari kontroversi yang menyelimutinya, Crazy Rich Asians dapat menjadi sebuah awal dari batu loncatan atas representasi kebergaman budaya di Asia. Bagaimana Geeks? Apakah kamu akan menonton Crazy Rich Asians apabila film ini rilis di Indonesia nanti?