Seorang ronin, atau samurai tak bertuan, datang di sebuah kota kecil yang terlihat mati. Alasan yang membuat kota kecil tersebut tampak mati adalah dua geng menguasai kota tersebut. Saking parahnya, situasi kota kecil tersebut digambarkan dengan seekor anjing yang berlari sembari menggigit sebuah telapak tangan. Sang ronin tanpa nama tersebut menghiraukan peringatan pemilik warung agar pergi dari tempat yang telah mati ini.

Ia menggunakan kemampuan pedangnya yang spektakuler untuk menjadi bodyguard atau dalam Bahasa Jepang sebagai, Yojimbo. Dengan kemampuan pedangnya, dan juga akal kancilnya, sang ronin berusaha menggunakan situasi di kota agar kedua geng dapat saling menghancurkan satu sama lain. Di dalam kekacauan tersebut ia juga berniat untuk mencari sedikit keuntungan.

Uniknya, plot yang sama juga dapat ditemukan di dalam A Fistful of Dollars. Film spaghetti western (film koboi buatan Itali) yang dirilis pada tahun 1964 ini menampilkan Clint Eastwood muda, sebagai tokoh utama. Tidak seperti Yojimbo, yang mengambil setting Jepang pada abad ke-19, A Fistful of Dollars mengambil latar belakang di tanah Meksiko pada abad yang sama. Clint muda tidak tampil sebagai ronin tanpa nama, tapi seorang koboi misterius yang hadir di sebuah kota kecil di Mexico, dengan situasi sama seperti Yojimbo. Pria tanpa nama (Man With No Name) ini menggunakan keahliannya dalam menggunakan pistol untuk mengadu kedua geng, yang terdiri atas geng Meksiko dan Amerika, agar saling menghancurkan satu sama lain.

Kalau Geeks membaca kedua plot di atas, terlihat sebuah konsep dan ide cerita yang sama bukan? Apakah A Fistful of Dollars adalah sebuah remake dari Yojimbo? Jawabannya: ya. Namun, tahukah Geeks kalau A Fistful of Dollars adalah sebuah remake tidak resmi dari Yojimbo? Bagaimana sih cerita dibalik kedua film legendaris dalam genrenya masing-masing ini? Baca terus artikel ini untuk mengetahui kisahnya.


Yojimbo: Sebuah Film Samurai yang Mengambil Ide dari Film Noir

Yojimbo (1961) adalah film samurai yang disutradarai oleh sutradara legendaris Jepang, Akira Kurosawa, dengan aktor terkenal Jepang Toshiro Mifune sebagai tokoh utama. Kurosawa juga terkenal dengan film samurai lainnya, yakni Seven Samurai (1954) dan The Hidden Fortress (1958). Seven Samurai nantinya akan diremake menjadi Magnificent Seven (1960) dan beragam film dengan konsep yang sama. Sementara The Hidden Fortress diakui oleh pencipta Star Wars, George Lucas, sebagai inspirasi utama pembuatan space opera tersebut. Kedua film tersebut juga menampilkan Mifune.

Kurosawa mengatakan bahwa inspirasi dari Yojimbo adalah film noir klasik, The Glass Key, sebuah adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Dashiell Hammett. Namun, banyak peneliti film yang mengatakan bahwa plot Yojimbo lebih mendekati Red Harvest, novel noir karya Hammett lainnya. Meski begitu, sejarawan film Jepang Donald Richie, mengatakan bahwa kemiripan tersebut merupakan sebuah kebetulan. Meski mengaku terinspirasi, Yojimbo bukanlah remake atau adaptasi dari The Glass Key.

Hingga kini, Yojimbo telah meraih beragam pengakuan dari penonton, kritikus, dan pembuat film lainnya. Majalah Empire memasukkan Yojimbo ke dalam daftar “500 Film Terbaik di Dunia” mereka, di mana Yojimbo meraih peringkat ke-95. Film ini dinominasikan dalam kategori “Kostum Terbaik” pada ajang penghargaan Academy Awards ke-34 tahun 1962.

BACA JUGA : Time Travel, Kemana Saja Para Avengers Pergi?

Toshiro Mifune, yang memerankan ronin tanpa nama, berhasil meraih penghargaan Volpi Cup untuk aktor terbaik pada Festival Film Venesia ke-22. Dengan menggunakan elemen film koboi atau western ke dalam film samurai, Yojimbo menginspirasi seorang sutradara asal Italia untuk membuat ulang Yojimbo. Namun, ia merubah setting Jepang abad ke-19, ke dalam setting western pada abad yang sama.


A Fistful of Dollars: Remake ‘ilegal’ yang Berujung ke Meja Hijau

A Fistful of Dollars adalah sebuah cara bagi sutradara Italia legendaris, Sergio Leone, untuk menciptakan kembali genre western. Pangsa pasar untuk film western di Eropa pada saat itu masih besar. Oleh karena itulah ia berusaha membuat film western, namun dengan gaya yang sesuai dengan selera orang Italia dengan A Fistful of Dollars. Sebelum Clint Eastwood dipilih, Leone mengincar aktor-aktor Hollywood seperti Henry Fonda, Charles Bronson, James Coburn, dan Richard Harrison. Sayangnya aktor-aktor tersebut tidak dipilih karena terlampau mahal atau menolak. Saking rendahnya budget A Fistful of Dollars, Eastwood sampai memodali sendiri beberapa kostum dan prop dari karakternya, seperti celana jeans hitam, topi, cerutu, dan pistolnya.

Dirilis di Italia pada bulan September, 1964, A Fistfull of Dollars, dihujat oleh kritikus lokal tapi disukai oleh penonton. Film ini meraih box office di Italia sebesar empat juta US Dollar, atau sekitar empat milyar Lira (mata uang Italia dari 1861-2002). A Fistful of Dollars dirilis di negara asal Clint Eastwood, Amerika Serikat, tiga tahun kemudian pada tahun 1967. Hal ini dikarenakan distributor takut dituntut oleh pihak Kurosawa. Sutradara Jepang legendaris ini sendiri telah melihat A Fistful of Dollars dan menyukainya; sama seperti Leone ketika melihat Yojimbo. Namun, ketakutan sang distributor ternyata menjadi kenyataan: Kurosawa menuntut Leone dan jajaran produksi atas tuduhan plagiasi!

Akira Kurosawa mengirimkan surat kepada Leone yang mengatakan bahwa ia sangat menyukai A Fistful of Dollars. Tapi, Kurosawa juga menegaskan bahwa Leone mengambil ide dari filmnya. Toho Film, distributor Yojimbo, dan Kurosawa berhasil memenangkan tuntutan mereka dengan mendapatkan hak distribusi A Fistful of Dollars di Asia dan keuntungan sebesar 15% dari pendapatan global. A Fistful of Dollars sukses di Asia, terutama di Jepang, di mana Kurosawa dan Toho mendapat keuntungan yang lebih besar dari apa yang mereka tuntut.

Kesuksesan A Fistful of Dollars mendorong Sergio Leone untuk membuat dua sekuel: For a Few Dollars More dan The Good, The Bad, and The Ugly. Diantara trilogi film Man With No Name ini, The Good, The Bad, and The Ugly dianggap yang terbaik dan meraih pengakuan sebagai salah satu film western terbaik.


Versi Resmi dari Hollywood yang Gagal

Sutradara terkenal Walter Hill bertanggung jawab dalam membuat remake resmi dari Yojimbo pada tahun 1996 dengan judul Last Man Standing. Pada awalnya Hill tidak mau menyutradarai remake ini, karena ia merasa bahwa hal tersebut adalah ide gila, mengingat ia sangat menyukai Yojimbo dan menghormati Kurosawa. Setelah mengetahui Kurosawa mendukung remake dari Yojimbo, Hill setuju untuk menulis naskah dan menyutradarai film ini dengan satu syarat: remake ini bukan film koboi atau western, sebuah genre yang Hill sangat ahli.

Film ini dibintangi oleh Bruce Willis, Christopher Walken, Bruce Dern, dan William Sanderson dan  mengambil setting tahun 1930-an pada masa prohibition. Di masa ini para gangster tumbuh dan ditakuti oleh masyarakat Amerika. Bruce Willis berperan sebagai John Smith (nama asli karakter ini tidak diketahui juga), pria misterius yang secara tidak sengaja tiba di kota kecil Texas, yang tengah dikuasai oleh Mafia Italia dan Irlandia. Tentu, seperti cerita-cerita sebelumnya, karakter Willis berusaha mengadu domba kedua belah pihak sembari mencari sedikit keuntungan.

Sayangnya film ini gagal secara finansial dan kritik. Dari modal sebesar 67 juta US Dollar, Last Man Standing hanya meraih keuntungan sekitar 47 juta US Dollar dari box office global. Last Man Standing juga adalah remake dari Yojimbo yang tidak populer. Ironisnya Last Man Standing adalah remake resmi dari Yojimbo, tidak seperti A Fistful of Dollars.

Begitulah Geeks kisah dari Yojimbo, sebuah film samurai legendaris yang telah dibuat ulang beberapa kali oleh berbagai pihak. Menarik apabila film ini dibuat oleh pembuat film di Indonesia. Kira-kira setting mana yang cocok apabila Indonesia membuat ulang Yojimbo? Apakah zaman kolonial Belanda? Pendudukan Jepang? Kemudian apakah remake ini akan menjadi film silat? Berikan komentar kalian di bawah apabila kalian mempunyai ide remake film Yojimbo di Indonesia.