Akhirnya Geeks! Kami selesai juga menyaksikan ke-13 episode Marvel’s Luke Cage Season 2. Tenang. Bagi kamu-kamu yang mungkin hingga review ini diturunkan belum menyaksikan atau belum sepenuhnya selesai, kami pastikan ulasan ini tidak mengandung SPOILER.

Tidak dipungkiri bahwa musim pertama Luke Cage tidak lepas dari kritikan-kritikan pedas walau secara keseluruhan, mendapatkan review positif dari fans dan media. Dari beberapa kritikan pedas tersebut, secara umum, kritikan banyak ditujukan terhadap laju (pacing) episode demi episodenya yang tidak konsisten. Spesifiknya, di awal terasa oke, pertengahan, melempem, namun di akhir, menggelegar.

Nah, apakah musim keduanya ini akhirnya mampu mengatasi isu tersebut? Dan apakah musim keduanya ini lebih gokil dibanding musim pertamanya yang dirilis 2 tahun lalu?

 


Pacing Masih Bermasalah, Tapi Plot Lebih Enak Diikuti


Langsung saja, pacing Luke Cage Season 2 secara general hampir serupa dengan yang diperlihatkan di musim pertamanya dulu. Di awal sukses membuat hype, di tengah lumayan bikin mengantuk namun, menjelang 4-5 episode terakhir, benar-benar fantastis.

Memang, kalau dipikir tidak adil apabila terus mengangkat permasalahan ini. Karena faktanya, hampir seluruh program Marvel-Netflix semenjak diperkenalkan di tahun 2015, tidak lepas dari masalah ini. At least, Luke Cage Season 2, agak lumayan (ada peningkatan).

Lagipula permasalahan ini, juga sukses tertutupi oleh narasi plot-nya yang lebih enak diikuti daripada musim pertama. Ya, ya memang plot di musim ini masih memiliki beberapa sub-plot seperti di seri-seri Marvel-Netflix pada umumnya. Tapi ya itu tadi, seluruh plot dan sub-plotnya sukses dirangkai sedemikian rupa sehingga lebih enak untuk diikuti.

Mungkin hal ini juga dipengaruhi habis-habisan oleh aktris sekaligus sutradara episode pertamanya, Lucy Liu (Charlie’s Angels) yang memang memberikan arahan yang enak dan smooth banget. Mungkin kalau Liu tidak mengarahkan episode yang berjudul “Soul Brother #1” ini seperti demikian, dapat dipastikan ke-12 episode selanjutnya juga akan membosankan.

 


Luke Lebih Terlihat Cool & Percaya Diri


Faktor lain yang turut membuat musim kedua ini lebih keren, adalah karakter Luke (Mike Colter) yang terlihat lebih cool dan percaya diri. Dari adegan awal episode pertama yang menampilkannya menghabisi seluruh geng yang mendistribusikan drugs dengan menggunakan namanya, terlihat banget aura keren dan percaya dirinya. Bahkan tak jarang juga dirinya diperlihatkan agak menyombongkan diri.

Wajarlah apabila Mr. Cage di musim ini sedikit “belagu” pasalnya ia dan warga distrik Harlem, sudah sangat aware dengan siapa dan bagaimana sosoknya. Terlebih, dirinya seperti kita tahu adalah pria yang kebal peluru. Rasanya sesekali menyombongkan diri dan merasa tidak membutuhkan bantuan siapapun, tidaklah mengapa.

Namun, di saat yang sama, Luke tetaplah sosok pria plontos yang sangat care dan sensitif terhadap orang-orang terdekatnya khususnya, kekasihnya, Claire Temple (Rosario Dawson) dan ayah kandungnya, (Reg E. Cathey). Dan karakteristik mellow yang dimiliki si gundul menawan ini, diperlihatkan lebih jauh lagi di musimnya ini.

 


Alfie Woodard for Emmy?


Karakter pendukung yang meramaikan juga tidak kalah dominannya dengan Colter dan Dawson. Mulai dari E. Cathey sebagai ayah Luke hingga sahabat Cage yang juga bekerja meliput aktivitas dan menjual pernak-pernik Cage di Pop’s Barbershop, D.W. Griffith (Jeremiah Richard Craft), semuanya ditampilkan sama pentingnya alias, tidak sekedar numpang lewat saja.

Namun dari seluruh karakter yang ada, tetaplah si Mariah Dillard (oops sori, Stokes), Alfre Woodard yang mencuri perhatian. WOW, semenjak kita menyaksikan sosoknya di rana MCU memerankan Miriam Sharpe, even hanya sebagai cameo, aktris asal Oklahoma ini, sukses membuktikan kalau dirinya memanglah sosok yang bukan main-main. Dan hal ini semakin diperlihatkan dengan penampilannya di musim kedua ini yang terlihat lebih gahar nan kejam.

Interaksinya, baik dengan Colter, Cathey, putri kandungnya Tilda Johnson (Gabrielle Dennis) dan tentunya, Shades (Theo Rossi) yang by the way, juga sangat keren di musim keduanya, benar-benar terlihat mengagumkan. MelihatĀ  penampilannya yang gokil ini, kami berharap sekali agar aktris berusia 65 tahun ini bisa memenangkan penghargaan aktris terbaik entah di ajang penghargaan Golden Globe atau Emmy tahun 2019 mendatang. Stokes really deserves it.

 


Bushmaster is the Man


Lalu bagaimana dengan sosok villain terbaru di musim ini, John McIver aka The Bushmaster (Mustafa Shakir)? KEREN BANGET-BANGET! Padahal seperti kita tahu, fokus villain di musim kedua ini masihlah Mariah beserta Shades. Namun, karakternya ditampilkan dengan sangat keren dan pas. Atau dengan kata lain tidak terlalu membayangi Mariah.

Dan yang kami suka banget, showrunner, Cheo Hodari Coker, benar-benar aware bahwa sosok Bushmaster di musim ini, tidak boleh hanya sekedar sosok yang tidak penting. Alhasil, Coker pun memberikan backstory yang emosional dan memiliki dampak signifikan terhadap hubungannya dengan Cage dan Dillard yang juga akhirnya, membuat penampilannya di ke-11 episode benar-benar bermakna. Semoga saja di musim ketiganya mendatang, McIver akan kembali berhadapan dengan Cage.

 


Power Man & Iron Fist ROCKS!


Seperti yang kita ketahui, selain menampilkan plot Luke VS Mariah dan Luke VS Bushmaster, musim kedua ini, juga menjanjikan kerjasama perdana Cage dan Danny Rand aka Iron Fist (Finn Jones) layaknya seperti di komiknya. Lalau bagaimana hasil akhirnya?

Keren dan cukup memuaskan. Sebenarnya, kami berharap keduanya bekerjsama di beberapa episode terakhir. Namun apa boleh buat, kerjasama keduanya hanya ditampilkan di satu episode saja. Tapi walau demikian, lagi-lagi seri ini tidak memperlakukannya setengah-setengah.

Memang hanya satu episode. Tapi benar-benar memuaskan kita-kita yang telah lama ingin melihat keduanya beraksi di MCU. Dan satu hal lagi, akhirnya melalui penampilannya di seri ini, kita akan mendapatkan juga sosok Rand yang selama ini kita inginkan. Mari kita berharap saja, semoga di musim kedua Iron Fist yang juga akan dirilis di tahun 2018 ini, memang inilah sosok Rand yang akan kita dapatkan.

 


Abu-Abu Dari Awal Sampai Akhir


Walau aspek-aspek sebelumnya keren dan penting, tapi tak dipungkiri, inilah aspek utama yang membuat overall musim kedua Luke Cage lebih keren dari musim pertamanya. Seluruh karakter di seri ini (even Cage) tidak ditampilkan benar-benar baik atau benar-benar jahat. Semuanya abu-abu. Semuanya saling tusuk-menusuk dari belakang demi mencapai gol masing-masing.

Dan bisa dibilang, arahan seperti inilah yang kini sedang trend dilakukan oleh berbagai seri atau film terutama MCU. Dengan melihat keambiguan pendirian yang ditampilkan, tentunya ini membuat kualitas karakter dan programnya semakin mengasyikan saja untuk disaksikan. Berharap saja, semoga arahan keren ini akan terus diterapkan hingga ke depannya.

Nah, dengan demikian bisa dikatakan bahwa Luke Cage Season 2, jauh lebih keren dan tidak jarang, juga lebih emosional. Aspek drama / konflik antara orang terdekat dan keluarga yang ditampilkan, benar-benar membuat seri ini terlihat sangat kompleks, berbobot, namun tetap mengasyikan untuk disaksikan. Jadi, bagi kamu yang belum menyaksikan, langsung saja deh saksikan Luke Cage Season 2.

TINJAUAN IKHTISAR
Storyline
Acting
Cinematography
Music Scoring
review-luke-cage-season-2-lebih-abu-abu-lebih-powerfulSeluruh karakter di seri ini (even Cage) tidak ditampilkan benar-benar baik atau benar-benar jahat. Semuanya abu-abu. Semuanya saling tusuk-menusuk dari belakang demi mencapai gol masing-masing.